- 𝘼𝙔𝘼𝙍𝘼 𝘿𝘼𝙉 𝙍𝘼𝙃𝘼𝙎𝙄𝘼𝙉𝙔𝘼 -
Suhu tubuhnya naik, punggungnya terasa sakit, kepalanya berdenyut bahkan ketika ia tidur sekali pun. Ayara tidur dengan gelisah di sana, dengan keringat yang membasahi dahinya.
Arga hanya duduk di kursi dekat ranjang Ayara, dia tak sedikit pun berniat beranjak karena melihat kondisi Ayara yang semakin parah saja. Teman-temannya sih pergi ke sekolah, mereka tak mungkin izin karena sebentar lagi ulangan akhir semester tiba.
Arga mengulurkan sebelah tangannya dan mengusap keringat di dahi Ayara, tentu dengan penuh kehati-hatian karena takut mengusik tidurnya. Kasihan, Ayara baru bisa tidur setelah semalaman ia terjaga.
"Ay, cepat sembuh."
Arga kembali duduk di kursi itu, ia meraih sebelah tangan Ayara dan digenggam dengan penuh kasih sayang. Ia mendaratkan satu kecupan lamat di punggung tangan cewek ini. Dapat dirasakan suhu tubuhnya yang tak kunjung turun sejak tadi pagi.
"Assalamualaikum~"
"Waalaikumsalam."
Kedatangan Jasmine dan Asri membuat Arga segera beranjak, ia tersenyum menyapa kedatangan dua wanita tersebut.
"Bagaimana kondisi Aya?" tanya Jasmine.
"Dia baru bisa tidur beberapa menit yang lalu," jawab Arga. "Dia masih demam dari pagi."
"Astagfirullah~" Asri mengusap dadanya. "Kata Dokternya bagaimana?"
Arga memainkan jemarinya cemas, dia tidak tahu apakah harus mengungkap kebenarannya atau justru mengatakan tidak tahu saja.
"Saya sudah seperti Ibunya Aya, kok," kata Jasmine.
"Kanker darah stadium akhir."
Dua wanita itu tak bisa menyembunyikan rasa terkejut mereka, gadis semuda Ayara harus terkena penyakit yang berbahaya, bahkan sudah sampai stadium akhir. Penyebaran kankernya begitu cepat, bahkan dr. Andri pun sempat memprediksi hidup Ayara hanya sebentar lagi.
"Ma."
Suara serak Ayara mengalihkan segalanya, Jasmine dan Asri segera menghampiri ranjang rumah sakit itu untuk memastikan. Punggung tangan Jasmine meraba kening Ayara, merasakan seberapa tinggi suhu tubuhnya saat ini.
"Aya," panggil Jasmine sembari mengusap kening Ayara. "Bunda di sini, Sayang. Istirahat yang banyak, ya, jangan banyak pikiran."
Sepasang mata Ayara terbuka, terlihat begitu jelas warna kemerahan di matanya yang menandakan bahwa dia mengalami demam tinggi sekarang. Samar-samar Ayara melihat ada tiga orang di sini, entah mengapa begitu membuka mata pandangannya memburam.
"Bunda Jasmine di sini, Aya," bisik Jasmine.
Ayara menelan salivanya dengan susah payah. "Bunda."
"Iya kenapa, hm?"
"Aya boleh minta pelukan?"
"Boleh, boleh banget, Sayang." Jasmine memeluk tubuh Ayara. "Meluknya begini saja, ya. Kamu jangan banyak gerak dulu, istirahat yang benar."
"Bunda Aya sakit," aku Ayara lemah. "Aya mau menyerah aja, sakit banget."
"Sssttt, kamu pasti sembuh, Sayang. Jangan bicara seperti itu, nanti Bunda ajakin kamu jalan-jalan, deh."
"Tapi sakit banget, Bunda."
Jasmine tak bisa menahan air matanya mendengar keluhan Ayara, karena memang tidak bisa dipungkiri lagi bahwa semakin ke sini kondisinya semakin memburuk. Tubuhnya juga mulai kurus, entah berapa banyak Ayara kehilangan berat badannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ayara dan Rahasianya
Fanfiction[COMPLETED] Alternate Universe Story Ayara selalu menjadi sandaran ternyaman untuk teman-temannya, menjadi konsultan terbaik bagi teman-temannya, dan dianggap sebagai makhluk yang paling baik-baik saja. Namun, ia mempunyai rahasia tersendiri, rahasi...