06. Akibat Nafsu Sesaat

243 47 18
                                    

Terima kasih atas vote dan komentarnya ...

- 𝘼𝙔𝘼𝙍𝘼 𝘿𝘼𝙉 𝙍𝘼𝙃𝘼𝙎𝙄𝘼𝙉𝙔𝘼 -

Hari ini Ayara tidak sekolah, dia absen karena alasan kesehatan. Demam juga dia tadi pagi, beruntung Ayu menemani sampai menyiapkan sarapan juga obatnya. Alih-alih seharian beristirahat menambah tenaga, Ayara justru keluar rumah. Kalau Ayu tahu pasti sudah diomeli.

Ayara mengedarkan pandangannya, berharap Arga datang siang ini. Mereka berjanji untuk bertemu lagi kemarin malam, tetapi Ayara mendapat bisikan datang siang hari. Menunggu dengan sabar, walau tak pasti cowok itu benar-benar datang ke sini.

"Permisi, apa saya bisa duduk di sini?"

Ayara menoleh, secara otomatis dia tersenyum ketika melihat siapa yang datang. Dia beranjak berdiri, lalu dikejutkan saat ujung tongkat mendarat sempurna di keningnya.

"Meskipun saya tidak bisa melihat, tapi saya tahu ada seseorang di sini," ujar Arga dengan suara beratnya.

"Arga," panggil Ayara.

Arga mengulum senyuman manis mendengar suara itu, ia lantas menurunkan tongkatnya dan sebelah tangannya meraba-raba. Ayara mengerti, ia menggapai tangan Arga untuk digenggam.

"Kamu habis dari mana, Ga?" tanya Ayara antusias, tidak salah dia datang ke sini.

"Aku habis dari sekolah," jawab Arga. "Walau begini, aku harus belajar. Keterbatasan jangan dijadikan alasan untuk malas."

Ayara tersenyum kagum, ia menatap tangannya yang kini mendapat balasan genggaman dari cowok ini, lalu genggaman itu terlepas begitu saja. Keduanya lantas duduk di bangku, berdampingan dengan posisi canggung.

"Kamu sudah pulang, ya?" tanya Arga.

"Iya," jawab Ayara dusta. "Sekolah dibubarkan tadi, makanya aku ada di sini."

"Kita bertemu lagi, Ay," ucap Arga.

"Ay?" tanya Ayara panik.

Arga mengangguk. "Namamu Ayara, aku boleh manggil kamu dengan sebutan Ay, 'kan?"

Ayara menyibak rambutnya ke belakang mendadak salah tingkah, dia bahkan tak pernah dipanggil seperti itu oleh orang-orang terdekatnya. Jarang, bahkan tidak pernah.

"Boleh atau tidak?" tanya Arga.

"B-boleh, sih," jawab Ayara gugup. "Ya, boleh."

Arga tersenyum senang, sedang di sampingnya Ayara menggigit kepalan tangannya sebagai cara untuk meluapkan rasa salah tingkah. Agak lain nama panggilan itu sepertinya.

"Ay," panggil Arga.

"Hmm?"

"Aku harus belajar menyebrang," kata Arga.

"Kalau tidak keberatan, aku bisa bantu kamu," balas Ayara. "Gimana?"

Arga tertawa kecil. "Memangnya kamu tidak malu?"

"Why?"

"Aku tidak bisa melihat, Ay," kata Arga yang nada bicaranya menjadi lebih rendah. "Abangku saja malu mengakui aku sebagai adiknya."

"Arga," ucap Ayara lemah lembut. "Kamu itu spesial, mana bisa aku malu jalan sama kamu. Kamu juga ganteng, jangan minder."

"Pembohong."

"Apa? Kenapa?"

"Abang aku bilang aku jelek, aku gak ada bentukannya, jadi dia malu ngakuin aku ke teman-temannya."

Ayara dan RahasianyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang