MakoHaru, Penjelasan

253 25 9
                                    

[Makoto]

Kepercayaan? Aku tidak terlalu memikirkannya, asal ia ada didekatku dan jujur kepadaku aku tak masalah.

"Apa yang membuat kau ingin membantunya?!!" Tanyaku pada Haru yang menunduk.

"Dia terus memaksaku, menggangguku difakultas maupun diapartemen. Aku tidak punya pilihan lain selain menyetujui untuk membantunya" jelas Haru lirih. "Maaf Makoto karena tidak bilang kepadamu, aku tau kau akan marah jika bilang kepadamu"

Aku menghela nafas kasar sambil meraup wajahku. Kalau sudah begini, apa yang harus aku lakukan. "Aku ingin dengar apa rencanamu setelah mengetahui rencana konyol senpai mu itu"

"Menikah? Kau ingin menikah dengan dia?!" Tanyaku, membuat Haru menggeleng. "Aku ingin bersamamu" Haru tampak memainkan kedua telunjuknya, kalau saja aku tidak sedang membuatnya sadar, sudah pasti akan ku terkam saking gemesinnya.

"Aku akan membatalkan kerjasama kami"

"Kau yakin?!"

"Yah, jika itu bisa membuat kita seperti dulu lagi, aku akan bilang kepada Junta-san"

"Terima kasih Haru" aku membawanya kedalam dekapanku. "Sejujurnya aku tak masalah bila kau ingin membantunya, tapi jika seperti itu bantuannya, tentu saja akan masalah" aku terkekeh melihat ekspresi Haru yang menyesal. "Tapi sungguh aku tidak tau bila rencananya seperti itu!!"

"Aku tau, aku percaya kepadamu" aku mengusak surainya gemas. "Kau berani jujur kepadaku saja sudah membuatku senang"

"Terima kasih Makoto" Haru mendongakkan wajahnya, menatapku sambil tersenyum. Aku yang sudah tidak tahan, mendekatkan wajahku kepadanya. Manik biru laut itu membulat, kala merasakan benda kenyal menghampiri bibirnya.

Aku melumat bibirnya lembut, sambil sesekali menggigitnya kecil. Tangan kananku, menekan tengkuknya agar ciuman kami semakin dalam.

"Mhmm..."

Tangan kiriku menelusup kedalam, mengusap punggung halus itu pelan, membuat Haru merinding seketika.

Tubuhnya sedikit bergetar, aku terkekeh melihatnya. Imut dan lucu seperti boneka saat ciuman kami terlepas dan wajah merah padam Haru aku lihat.

"Sudah lama bukan kita tidak berciuman?!" Tanyaku membuat wajahnya semakin merona.

"Y-ya k-kau benar" Haru memalingkan wajahnya dariku.

"Jangan memalingkan wajahmu dariku" aku menarik kembali wajahnya agar menatapku.

"T-tapi aku malu -//-"

"Apa yang kau malukan? Kau masih pakai baju, apa kau mau aku membuat tubuhmu tanpa busana??" Ujarku sedikit menggoda, membuat Haru memukul dadaku pelan.

"J-jangan m-menggodaku!!"

"Hahaha kau lucu sekali. Lihatlah wajah merahmu itu, apa kau sedang demam hm??" Tanyaku. "Atau kau memikirkan yang tidak-tidak tentangku?" Aku kembali menggodanya sambil sesekali mencubit hidungnya.

"M-makoto!!" Haru mengusak-usak wajahnya didadaku, aku tau dia malu banget pasti. Tapi aku suka ngeliat wajahnya yang memerah.

Kruyukkkkk

"Eh" aku menatap Haru sedikit terkejut. Wajahnya semakin memerah kala perutnya berbunyi, membuatku terkekeh pelan.

"Ingin ku buatkan makanan?!"

"Tidak, aku tidak ingin makan-makanan rumah"

"Lalu? Kau ingin pergi keluar hm??"

"Tidak, aku ingin pesan online"

Makoto To HaruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang