MakoHaru, Hanya dia

200 17 2
                                    

Tokyo, 12 Desember 2004

Langit malam tampak indah dipandang.

Senyumanmu, bagaikan ukiran nada didalam bait puisiku.

Aku terbangun didalam tidur gelapku, menemukan kau yang sedang terbaring lemah disisi ranjang.

Aku tersenyum...

Memandang wajahmu yang tampan dan rupawan.

Senyummu, bagaikan syair lagu didalam melodiku.

Begitu hangat, dan menenangkan.

Makoto...

Apa kau tau bahwa dunia ini hanya milikmu?

Apa kau tau bahwa hati ini hanya milikmu?

Dan apa kau tau bahwa raga ini hanya milikmu?

Jiwaku bersamamu.

Didalam kukungan indahmu, tubuhku tersentak kaget.

Desahan nikmat bagaikan sebuah surga didalam diriku.

Keprustasian akan sentuhanmu, membuat jiwaku meronta tak terkendali.

Makoto....

Kini kau hanya milikku, dan akan terus seperti itu.

Aku mencintaimu sama halnya dengan kau yang mencintaiku.

---

[Haru]

Langit biru yang tampak mendung itu, tak membuat semangatku turun setelah apa yang kami lewati.

Keberhasilan operasi Makoto, keberhasilan terapinya selama ini hingga sembuh, membuatku sangat senang.

Aku menarik tangan Makoto. Mengitari pantai tanpa alas kaki sedikitpun.

Kami berdua menatap hamparan-hamparan pantai yang terlihat indah itu.

Air dingin menabrak kakiku yang sontak membuatku tersenyum seraya semakin menggenggam lengan pemuda itu.

Aku menoleh, menatap Makoto yang sekarang telah resmi menjadi suamiku itu lembut.

"Apa kau suka? Tidak ada bedanya bukan dengan beberapa tahun lalu??"

"Ya, aku suka sekali dengan pantai ini" Makoto tersenyum hingga matanya menyipit. "Kau selalu bisa membuatku tidak terpuruk lagi"

"Aku ada disini untukmu Makoto. Gunakanlah aku jika kau butuh sesuatu" aku memeluknya erat.

"Iya, aku akan menggunakanmu saat diranjang nanti" goda Makoto, membuatku merona seketika.

"Jangan seperti itu! Bukankah semalam kita baru saja melakukannya? Bagaimana kau bisa ingin lagi hm??"

"Aku tidak bilang nanti 'Malam' Haru. Rupanya kau sangat tidak sabaran yah" Makoto melepaskan pelukanku dan merentangkan tangannya.

Aku langsung melompat kedalam pelukannya. Makoto mengangkatku tinggi-tinggi, aku menengadahkan wajahku, menatap langit yang kini menjadi terang kembali. Surai hitamku, bergerak-gerak mengikuti arah angin bertiup.

Makoto menatap Haru sambil tersenyum bahagia. Rengkuhannya semakin erat dipinggangku.

Aku kembali menatapnya. Melingkarkan kedua kakiku dipinggangnya dan menempelkan dahiku dengan dahinya.

"Aishiteru"

"Aishiteru yo, Haruka Tachibana"

---

[Makoto]

Makoto To HaruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang