"Boleh Ray katanya" ucap Zayna sembari menyakukan lagi hpnya di saku gamisnya"Oke nanti jam makan siang aku ke kamu yah Zay"
Zayna mengangguk lalu kembali masuk ke ruangannya, dia mengerjakkan kembali pekerjaan yang tadi tertunda karna Raya memberikan berkas dan mengajaknya makan siang bersama
Zayna menengok kearah ruangan suaminya, terlihat Agrata tengah meminum kopi botol favoritnya sembari membolak balikkan berkasnya
Zayna tersenyum, dia terpesona dengan wajah sang suami ketika sedang serius tampak bertambah tampan sekali
Beberapa waktu berselang, Zayna melirik jam tangannya sudah menunjukkan waktunya makan siang.
Dia membereskan berkasnya lalu keluar dari ruangannnya menuju ruangan sang suami
"Assalamualaikum yah"
"Waalaikumussalam"
Iyah, Zayna sedikit demi sedikit mulai mengajari Agrata, menyadarkan lelaki itu pentingnya iman kepada Tuhannya
"Yah, aku berangkat ya sama Raya"
"Iya bun, Ayah juga udah janji sama pak Marco tadi mau makan siang di rumah makan padang yang di pinggir kota"
"Pak Marco ?"
"Masa gak inget bun, Pak Marco yang teman sekolah ayah"
"Oh yang istrinya 3 ?"
"Iya bun"
Zayna mengangguk lalu mengulurkan tangan kanannya di depan suaminya, Agrata langsung menyambutnya namun bukan itu yang Zayna maksudnya
"Bukan gini yah"
"Hah terus gimana ?" Tanya Agrata yg tadinya tengah menatap laptop menjadi menatap sang istri
"Minta uang jajan hehehe" ucap Zayna kembali mengulurkan tangan kanannya
"Kamu ini, uang di atm habis ? Nanti ayah transfer lagi"
"Enggak lah, pengin aja kaya orang lain kalau mau jajan minta di suami hehehe"
"Emang biasanya minta disiapa ?"
"Ya disuami sih cuma kan lewatnya Atm"
Agrata mengeluarkan dompetnya, dia menghitung beberapa lembar berwarna merah
"Mau berapa ?"
"Terserah ayah"
"Ya kalau terserah, ayah bingung bun"
"Berapa aja deh yah, buat bayarin Raya sekalian"
"5 juta cukup ?"
Zayna mendengus kesal
"Cuma makan berdua yah, bukan 2 Rt" ungkap Zayna
Agrata terkekeh karna jujur ia bingung, Dulu Zea tak pernah bertingkah seperti ini
"Berapa bun ?"
"Seratus ribu aja deh" ucap Zayna masih dengan nada kesalnya
Agrata kembali terkekeh lalu ia berdiri didepan istrinya, ia berikan 10 lembar pecahan seratus ribu
"Seratus yah bukan sejuta"
"Udah ambil aja bun"
"Beneran loh"
"Iya sayang, tapi inget, nanti malam itu malam jumat" bisik Agrata
"Hih dasar, udah curiga sih pasti ada maunya"
"Hahahaha"
Agrata memegang muka Zayna dengan kedua tangannya lalu menciumi habis wajah Zayna
><><><><><><><><><><><><><><><><><><><><><>
Seperti biasa, kegiatan Zayna saat pulang kerumah adalah menemani Ameera bermain.
Sore hari ini Agrata ikut andil, dia mengajari Ameera berenang, meskipun sudah lincah namun tetap saja Zayna akan menegur jika Agrata melepaskan Pegangan Ameera dengan waktu lama
"Ayo coba renang dari Ayah ke Bunda" ucap Agrata memegang kedua tangan anaknya
"Bun munduran" ucap Agrata pada Zayna
Zayna menurut dengan mundur 2 langkah, Ameera dilepas lalu berenang menuju Zayna, namun belum sampai ke Zayna, wanita itu langsung maju untuk meraih tangan putrinya karna tak tega
"Yey bisaaaa" teriak Ameera yang langsung dihadiahi ciuman oleh Zayna
"Bunda curang masa maju" kekuh Agrata
"Kasian yah, masa anaknya dibiarin tenggelem" jawab Zayna lalu membawa Ameera naik ke permukaan kolam
"Ayo renang lagi bun"
"Udah 45 menit yah, Ameera gak kuat nantinya"
Agrata mengiyakan lalu dirinya kembali berenang bolak balik kolam hingga lelah
Sementara Zayna memberikkan Ameera ke susternya untuk digantikan pakaian dan dia pun masuk ke kamarnya untuk bilas
20 menit lagi Adzan Maghrib berkumandang, Agrata sudah selesai mandi dan memakai kaos oblong putihnya
"Yah"
"Hmm"
"Sholat Maghrib berjamaah yuk"
Agrata hanya diam, 5 tahun dia tak melaksanakan kewajiban umat muslim itu setelah kehilangan orang yang dia cintai itu
"Yah" ucap Zayna memegang kedua pundak suaminya, keduanya tengah duduk ditengah ranjang
"Gak bun, ayah belum siap"
"Kapan siapnya yah ? Ini kewajiban yah bukan pilihan"
"Ayah takut bun, ayah takut" ucap Agrata lalu masuk dalam pelukkan sang istri
Zayna dg sabar mengusap punggung suaminya, dia pun belum tau alasan sebenarnya suaminya itu apa, dia hanya tau sang suami sudah tak percaya lagi dengan tuhannya
"Apa yg ayah takutkan yah ?"
"Takut kehilangan kamu sayang"
Zayna mencium pipi suaminya yang basah karna air matanya, Iyah Agrata menangis terisak dipelukkan Zayna
Zayna membiarkan sang suami menangis dipelukannya, sembari kedua tangannya memberi usapan lembut
Tak lama Agrata menegakkan badannya, wajahnya memerah penuh air mata. Zayna menghapus air mata itu lalu dengan lembut mencium kening suaminya
"Ayah mau cerita ?"
"Ayah pernah punya adik bun, perempuan umur 13 tahun" ujar Agrata yang dibalas anggukkan Zayna
"Dia meninggal tertabrak mobil saat ayah tinggal untuk Sholat Dzuhur, Ayah sudah bilang buat tungguin ayah, dia gak sholat waktu itu lagi haid, ayah emang yang ngajak dia keluar kota, tanpa sepengetahuan mommy dan papih, dan saat ayah selesai Sholat banyak orang berkumpul di pinggir masjid dan ternyata itu adik ayah, dia meninggal ditempat karna ayah tinggal sholat dzuhur bun"
Ungkap Agrata lalu kembali menangis dan memeluk ZaynaZayna terdiam, sekarang ia tau mengapa Agrata begitu sulit untuk sholat, dia takut orang disekitarnya pergi disaat dia kembali sholat.
Padahal bukan itu sebabnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZaTa
Fanfiction"Ini kamar kita dan disana kamar Ameera" ucap lelaki itu sembari membuka kamar berpintu putih "kita sekamar pak ? Gak pisah kamar dulu kaya perjodohan novel novel gitu ?" "apa bedanya malam saya nanti setelah dan sebelum menikah, saya juga ingin ada...