Zayna menghapus air mata Agrata, dia memegang wajah Agrata dengan kedua tangannya, dielus lembut pipi basah suaminya"Yah, bukan sholatnya yang salah sayang, bukan"
"Kalau ayah gak sholat waktu itu, adik ayah gak mungkin ketabrak bun, dia pasti ada dalam lindungan ayah"
"Dan ayah akan dilaknat oleh Allah"
Keduanya kini terdiam, saling menatap sembari Zayna merapikan rambut suaminya
"Ayah tau kan kenapa setiap kemana mana, aku selalu pamit ke ayah"
Agrata mengangguk
"Tau kenapa ?"
Dibalas gelengan Agrata
"Izin pada kedua orang tua / suami itu sangat penting yah, Satu langkah seorang istri keluar dari rumah tanpa izin suami maka langkahnya akan dilaknat oleh malaikat, dan sama halnya dg anak yang pergi tanpa Ridho orang tuanya, tidak akan diberkahi Allah yah, akan ada saja musibah yang datang, bukan salah sholatnya sayang, salah ayah tidak izin ke mommy dan papih"
"Sekarang, Ayah ambil wudlu, sebentar lagi Adzan, kita sholat ya yah, Ayah jadi imam, 4 bulan aku nikah sama ayah, belum pernah merasakan kenikmatan itu yah"
Agrata tersenyum lembut lalu mengangguk, namun dia terlebih dulu memeluk sang istri, dia tak menyangka akan Allah beri hidayah lewat perantara sang istri
"Makasih sayang" ucap Agrata
"Sama sama yah, aku pengin kita bisa bersama nanti disurga, sama sama berjuang biar bareng disurga ya yah"
"Iya sayang"
Adzan maghrib berkumandang, Zayna terlebih dulu masuk kamar mandi setelah Adzan selesai, setelah itu baru Agrata.
Zayna tersenyum akhirnya bisa menyiapkan alat sholat untuk suaminya juga
"Bun, Ayah gak punya sarung, pakai celana panjang yah" ucap Agrata hendak mengambil celana panjang dari lemari
"Bentar yah, Bunda ada" ucap Zayna.
Zayna mengambil sarung hitam dikotak dibagian bawah lemari, dia memang sudah menyiapkan bukan hanya untuk Agrata bahkan dia sudah menyiapkan mukenah kecil untuk putrinya yang kembaran dengannya
Agrata segera memakainya dan memulai sholatnya, dari awal takbir hingga salam terucap, suara Agrata begitu parau, dia meneteskan banyak air mata disujud terakhirnya
Dia menyesal menyalahkan tuhan, padahal Allah begitu baik padanya, bahkan memberikan istri sebaik Zayna
Agrata memanjatkan Doa yang diaminkan oleh Zayna, wanita itu bahkan tak menyangka sang suami hafal surat al Mulk yang tadi dibacakan setelah Al Fatihah
Seteelah mengaminkan, Zayna langsung memeluk sang suami yang masih bergetar punggungnya
Dan benar saja, lelaki itu menangis tersedu sedu dengan menutup wajahnya
"Astaghfirullah ya Robb"
Itulah kalimat yang Zayna dengar dari tangisan Agrata
"Ayah" ucap Zayna sembari mengelus lengan suaminya
Agrata langsung membalikkan badan lalu memeluk badan Zayna
"Makasih sayang, makasih"
"Sama sama, jangan tinggalin Allah lagi ya yah"
.
><><><><><><><><><><><><><><><><><><><><><>Hari jum'at seperti biasanya, Jadwal karyawan tidak begitu padat, bahkan hari ini Agrata menraktir semua karyawan makanan dengan syarat makan tetap dikantor.
Lelaki itu memesan beberapa makanan dengan jumlah banyak lalu menyuruh setiap bagian untuk mengambilnya nanti setelah sholat Jumat selesai
"Zay, lo makan sama kita apa sama pak Agrata ?" Tanya Jesi
"Lo bego apa gimana sih, ya sama pak Agrata lah, dia istrinya" ujar Raya sembari menoyor kawannya
"Ya kali kali gitu Zayna minta makan siang sama kita kaya kemarin"
"Gak tau sih kalau izin sama kalian boleh gak soalnya kemarin kan udah izin" ujar Zayna sembari meminum teh kotaknya
Ketiganya sedang ada dipantry karna pekerjaannya sudah selesai
"Ada acara apa Zay, tumben pak bos nraktir kita ?"
"Gapapa, jum'at berkah aja Ray"
"Sering sering yah bu bos"
"Hahahaha".
Tepat jam 11 siang suara orang mengaji berkumandang disalah satu masjid agung didekat kantor Agrata
Zayna pamit pada Raya dan Jesi, dia beralih ke ruangan suaminya, namun kosong. Tumben sekali lelaki itu tak izin padanya
Zayna keluar dari ruangan suaminya dan tak sengaja bertemu Fahri
"Eh Fahri, tau kemana perginya pak Agrata ?"
"Oh tadi izin ke saya katanya mau ke masjid duluan, dan bukannya itu suara pak Agrata" ucap Fahri mengangkat telunjuknya
Zayna terdiam sebentar mendengarkan suara orang mengaji itu dan benar, itu suara suaminya
"Oh iya, makasih Fahri"
"Sama sama bu, Saya duluan"
"Iyah"
Zayna kembali masuk ke ruangan suaminya, dia duduk di kursi kebesaran suaminya, senyumnya mengembang mendengar suara merdu suaminya terdengar begitu menenangkan.
Dia melirik ke arah kanan, terdapat figuranya dan Agrata juga Ameera saat mereka ada di taman, Figura yang diambil 3 hari setelahnya menikah dg Agrata
"Makasih yah, kalian berdua sudah mau menerima Bunda, semoga kita selamanya yah begini, sampai nanti adik Ameera lahir, smoga kita tetap bersama" ucap Zayna sembari memeluk figura itu.
1 jam berlalu, Zayna tertidur dengan posisi duduk menyandar di kursi suaminya dengan tangan memeluk foto keluarganya
Agrata yang baru pulang jum'attan kaget saat ada sang istri tengah tertidur pulas memengan figura keluarganya yg ia taruh dimeja kerjanya.
Agrata mencium lembut kening istrinya, lalu dia membuka jasnya, memakaikannya untuk menyelimuti bagian dada istrinya.
Sepertinya lelaki itu harus menunda makan siangnya, dia lebih memilih mengambil laptopnya lalu mengerjakan perkerjaannya dishofa agar tak membangunkan Zayna.
Namun ia salah, Zayna terbangun saat ia baru duduk diatas shofa
Zayna merejapkan matanya, ia melihat jas yang ada diatasnya, dia juga melirik sang suami yg tengah fokus menyalakan laptopnya.
Zayna merenggangkan badannya sebentar, lalu menaruh figura yg ia pegang dan merapikan jas suaminya ditaruh di kursi suaminya
KAMU SEDANG MEMBACA
ZaTa
Fanfiction"Ini kamar kita dan disana kamar Ameera" ucap lelaki itu sembari membuka kamar berpintu putih "kita sekamar pak ? Gak pisah kamar dulu kaya perjodohan novel novel gitu ?" "apa bedanya malam saya nanti setelah dan sebelum menikah, saya juga ingin ada...