Tiga Puluh Sembilan

54.9K 3.7K 28
                                    


"Biar saya saja nyonya, bahaya kalau nyonya naik ke atas" ujar bi Sum menawarkan untuk membawakan Kopi Agrata

"Gak perlu bi, saya bisa kok" jawab Zayna seraya tersenyum

Zayna naik ke lantai 2 dengan perlahan, dia membawakan secangkir kopi untuk Agrata.

Malam ini lelaki itu masih lembur karna banyak sekali pekerjaan yang harus ia selesaikkan

"Loh sayang, kok naik, nanti kamu kecapean" ujar Agrata saat melihat Zayna masuk ke ruang kerjanya

"Kata dokter aku harus banyak gerak yah, biar lahirannya normal"

"Ya udah, sini dulu duduk, engap nanti kalau langsung turun"

"Aku pamit ke Ameera sebentar yah, nanti dia nyariin, aku ke bawah dulu ya yah"

"Ya sudah hati hati yah sayang"

Zayna tersenyum lalu keluar dari ruang kerja suaminya, dia turun perlahan walaupun benar ucapan suaminya, nafasnya sedikit engap.

Zayna terhenti di tengah tangga lalu menarik nafasnya dalam dan mengeluarkannya perlahan.

Baru satu langkah Zayna menuruni anak tangga, ujung belakang gamisnya terinjak. Mengakibatkan dia kehilangan keseimbangan dan menggelinding hingga kebawah

Teriakannya membuat semua pelayan menghampirinya

"Ya Allah nyonya" ucap Bi Sumi

Perut Zayna terasa begitu sakit, sakitnya sama saat dulu ia rasakan saat keguguran, terasa seperti ditusuk ribuan jarum. Dan Zayna pingsan ditempat dengan darah sudah mengalir di kakinya

Rikha dan ningsih berlari naik ke lantai 2 untuk memberitahu tuannya

Agrata langsung berlari kebawah setelah diberitahu Kedua pelayannya. Agrata langsung menggendong Zayna, tak peduli darah sang istri menempel di bajunya

Agrata membawa Zayna ke mobilnya dan menyuruh sang supir untuk menjalankan mobilnya dg kecepatan tinggi

Tak sampai 10 menitt dia sampai di rumah sakit dan langsung membawanya ke IGD

Agrata menunggu didepan IGD dengan wajah yang amat cemas, dia rafalkan doa doa sebisanya demi keselamatan sang istri dan buah hatinya

10 menit setelahnya Agrata di suruh masuk kedalam ruangan penanganan Zayna

"Pendarahan Bu Zayna begitu banyak dan kita harus melakukan tindakan oprsi cesar pak" ucap Dokter Gina

"Tapi kandungannya masih 8 bulan dok"

"Jika oprasi tidak dilakukan, ini akan mengancam keselamatan bu Zayna dan bayinya pak"

Agrata memijat kepalanya yang pening

"Lakukan yang terbaik dok"

"Baik kami uruskan semua administrasinya, pak Agrata bisa menandatanganinya, lalu akan kami lakukan oprasinya"

Agrata mengangguk lalu menuju tempat registrasi.

15 menit kemudian, Agrata kini berada didepan ruang Oprasi, lampu ruangan itu sudah hijau tanda oprasi sudah dimulai, Agrata terus merafalkan doa terbaik untuk istri dan anaknya.

Agrata mengambil Hpnya lalu meminta Bi Sumi mengantarkan peralatan Bayi yg sudah Zayna siapkan sendiri juga bajunya dan baju Zayna ke rumah sakit.

Dia juga mengabari umi dan abi juga orang tuanya sendiri, meminta doa untuk keselamatan istrinya

Satu jam setelahnya, Agrata masih tak tenang dengan semua perasaannya, dia hilangkan semua perasaan negatif itu

Lampu ruang oprasi berganti menjadi merah tanda oprasi telah selesai. Hanya ada Agrata disana, ekor matanya menatap Box bayi yang keluar dari ruang oprasi, Buah hatinya kini sudah lahir didunia dengan keadaan sehat dan lengkap

"Alhamdulillah Pak Agrata Oprasinya berjalan dengan lancar, Bayi lahir dengan keadaan sehat, tak perlu masuk inkubator karna berat badannya sudah tercukupi. Bayi berjenis kelamin lelaki" Jelas dokter Gina setelah Bayi itu dimasukkan ke ruang bayi membuat Agrata mengucapkan ratusan kalimat hamdalah

"Istri saya bagaimana dok ?" Tanya Agrata membuat Dokter Gina tatapannya berubah menjadi sendu

"Dok, kenapa diam ?" Tanyanya lagi

"Pendarahan yang dialami bu Zayna sangat hebat membuat Bu Zayna kekurangan banyak darah, untungnya di rumah sakit ini golongan darah A+ tersedia, namun hingga sekarang bu Zayna masih belum sadarkan diri"

"Ya Allah" ucap Agrata menutup wajahnya dengan kedua tangannya

"Bu Zayna akan dipindahkan ke ruang rawat, Pak Agrata bisa mengganti pakaian dulu, lalu mengadzani putra bapak selanjutnya menemui bu Zayna di ruangan yang sudah disediakan" ucap Dokter Gina menatap baju Agrata yang penuh darah Zayna

"Terimakasih dok" jawab Agrata masih dengan air matanya.

Lelaki itu membawa 2 tas ke dalam ruangan yang ditunjuk salah satu suster yang akan dijadikan ruangan Zayna.

Agrata mandi lalu mengganti pakaiannya, hsai itu dia masuk ke ruangan bayi untuk mengadzani putranya

"Bayi nyonya Zayna dimana sus ?" Tanya Agrata saat masuk ke ruang bayi

"Ini pak, Silahkan Diadzani"

"Allah ya Allah nak, Allahumma Sholi Ala Sayyidina Muhammad, MasyaAllah Nak" ucap Agrata saat pertama kali melihat putranya, begitu tampan.

Air mata lelaki itu tak terbendung, saat pertama kali menggendong putranya dibantu oleh suster disana

Dengan suara pelan Agrata mulai mengumandangkan Adzan di telinga kanan dan Iqamah di telinga kiri putranya.

"Sayangnya Ayah, doakan bunda ya Nak, semoga Bunda bisa bertahan dan bisa gendong kamu" bisik Agrata

ZaTaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang