"Aku mau Cerai" ungkap Zayna penuh penekanan membuat semua mata tertuju padanyaAbi Sahil langsung mengelus kepala putrinya berusaha meredam emosinya
"Nak, ingatkan apa yang Abi katakan kemarin ? Selesaikan baik baik nak"
"Kalau Abi tau apa yang menantu abi lakukan pada aku, Apa Abi masih membela dia ?" Ucap Zayna penuh emosi
"Kan abi ngomongnya baik baik, kok marah, wudlu dulu, terus selesaikan berdua yah"
Zayna berdiri menatap 3 orang yang ada disana, amarahnya benar benar sudah diluar kendali
Dia ambil Vas bunga yang ada disana, dilemparkan kelantai
Jujur Abi Sahil dan Umi Aliyah kaget dengan sikap putrinya itu, selama ini tak pernah Zayna semarah ini
"Zayna, duduk. Selesaikan masalah dengan kepala dingin" tegas Abi Sahil
"DIA MENGHAMILI MANTAN ISTRINYA DIRUMAH BI, 2 KALI DIA MELAKUKAN HAL SENONOH DIRUMAH, ADA ZAYNA. ZAYNA KEGUGURAN JUGA KARNA DIDORONG DENGAN SENGAJA SAMA DIA. MASIH ABI MEMBELA DIA ?!" teriak Zayna dengan dada yang naik turun. Dia benar benar sudah diselimuti emosi
"ANAK ABI DISELINGKUHI DIRUMAHNYA SENDIRI BI, KEHILANGAN CUCU PERTAMA ABI, DAN SEKARANG MANTAN ISTRINYA HAMIL ANAK DIA"
Abi Sahil mencoba meredam amarahnya sendiri, dia merafalkan istighfar, sementara Umi Aliyah langsung memeluk putrinya yg tengah diselimuti amarah
"KURANG AJAR"
Bugh
Sebuah tinjuan keras mendarat di pipi Agrata dari Abi Sahil. Abi Sahil gagal mengendalikan hawa nafsunya. Dia menarik kerah menantunya untuk berdiri
Ditinjunya lagi perut Agrata hingga lelaki itu meringis kesakitan. Tapi Agrata tak membalas, dia pantas mendapatkan hal ini
Umi Aliyah langsung melepaskan cengkraman tangan suaminya di kerah baju mantunya
"Udah, kalau dengan amarah seperti ini, bukan solusi yang didapat" ucap Umi Aliyah
"DARMAN !!" panggil Abi Sahil pada tukang kebunnya itu
Yang dipanggil langsung lari menghampiri tuannya
"Iya abah"
"Bawa dia keluar, jangan biarkan dia masuk apalagi menemui Zayna" ucap Abi Sahil menunjuk pada Agrata
Agrata langsung bersimpuh di kaki kedua mertuanya
"Bi, saya minta maaf, saya tau saya salah, ini semua kesalahan saya, saya minta maaf, jangan pisahkan saya dengan Zayna bi"
"BAWA DARMAN !" bentak Abi Sahil pada tukang kebunnya yg hanya terdiam saja
Darman langsung membawa Agrata keluar dari rumah lalu mengunci pintu dg rapat
Jujur Zayna pun kaget dengan amarah abinya, 22 tahun dia bersama abinya, baru kali ini abi Sahil benar benar mengeluarkan tanduknya
"Bi Sari ambilkan 3 gelas air putih" titah Umi Aliyah pada bi Sari yg tengah mrmbereskan pecahan beling
Umi Aliyah membawa Zayna dan Abi Sahil duduk di Shofa dengan dirinya yg berada ditengah
"Istighfar bi, Zay, baca Istighfar 33x, ayo baca" ucap Umi Aliyah yang langsung di angguki keduanya
Tak lama Bi Sari datang membawa 3 gelas air putih, Umi Aliyah membacakan doa lalu memberikan 2 gelas pada Abi Sahil dan Zayna
"Udah yah, tenang yah bi, Zay. Sekarang kita Wudlu, terus sholat Dhuha yah, Abis itu murojaah, tenangin fikiran kalian berdua, ayo turuti ucapan umi" titah umi Aliyah yg juga langsung diangguki Zayna dan Abi Sahil
><><><><><><><><><><><><><><><><><><><><><>
Agrata pulang dengan keadaan kacau, dia meminta Ameera untuk dibawa kerumah oma oppa nya dulu, karna tidak mungkin gadis kecilnya itu ada dirumah sedangkan dia sedang ada dalam kungkungan kemarahan
Amarah Agrata meluap saat dia melihat siapa yg tengah ada dikamarnya, iya Zea masuk ke kamarnya dan membuang semua foto foto milik Zayna diganti dengan foto miliknya
"BANGSAAATTT !!" Teriak Agrata membuat semua pelayan disana mengalihkan perhatian dari pekerjaannya
Agrata membuka lebar pintu kamarnya, dia mendekati Zea yang sedang berdiri di meja rias Zayna
"MAU MATI SEKARANG KAMU !!" Teriak Agrata sembari mencekik Zea
"Aggh... to..to..long" ucap Zea dengan nafas tersenggal
Masih dengan nafas menggebu, Agrata melepas cekikannya namun langsung
PLAAKKKK
Dia menampar keras wajah Zea, sang perusak rumah tangganya. Kekejaman yang selama ini Agrata hilangkan karna hadirnya Zayna, kini mulai dia perlihatkan kembali
Agrata menarik rambut Zea lalu menyeretnya keluar kamar
"NINGSIH, RIKHA, SUMI, AMRITI, SUKMA KESINI KALIAN SEMUA" teriak Agrata memanggil semua pelayan wanitanya didepan kamar dengan tangan kanannya yang masih menjambak Zea
Kelima pelayan itu datang dengan raut wajah ketakutan. Agrata melepas jambakannya itu lalu menatap kelima pelayannya dengan mata elangnya
"Ningsih, panggil satpam"
Ningsih langsung mengangguk dan berlari memanggil 3 satpam yang sedang berjaga.
Setelah semua berkumpul, Agrata menatap tajam semua pekerja dirumahnya
"Saya sudah ingatkan sama kalian, agar Jalan ini tidak masuk kerumah ini, KENAPA BISA LOLOS"
"BISA BISANYA DIA MASUK KE KAMAR SAYA, PADAHAL KALIAN SAJA SAYA LARANG !!"
Semua pekerja disana memang dulu sering mengalami kejadian mencekam seperti ini sebelum Agrata menikah dg Zayna.
"Maaf tuan, Nyonya Zea masuk lewat pintu belakang dan saya baru tau tadi saat membersihkan taman" jawab Amriti
"Iya tuan, Nyonya Zea masuk ke kamar tuan juga lewat jendela yang mengarah ke taman" timpal Rikha
Agrata mengangguk lalu mendekati Zea yang juga tengah ketakutan, melihat Agrata dia seperti melihat malaikat maut
"Agrata, ingat didalam rahim ku ada anak kamu" ucapnya meski tengah ketakutan
"Terus saya peduli ? Tentu saja tidak !"
"Kalian berlima, kalian benci kan dengan wanita ini ?" Ucap Agrata pada Pelayannya
"JAWAB !" bentaknya karna kelima pelayannya hanya terdiam lalu kelimanya langsung mengangguk
"Dari kamu Ningsih, Tampar dia, Jambak dia" ucap Agrata pada Ningsih yang berdiri paling ujung
Ningsih tak berani, bagaimana juga dia perempuan apalagi Zea sedang Hamil
"AYO LAKUKAN ATAU SAYA AKAN MELAKUKANNYA PADA KAMU" bentak Agrata
Ningsih maju perlahan lalu menampar Zea 2x, iyah keduanya memang sama sama perempuan namun saat melihat wajah Zea dari dekat, ningsih ingat sekali bahwa tuannya pernah hampir mati karna di selingkuhi dan sekarang nyonya barunya pergi juga karna ulahnya
Ningsih mundur dan di ulangi oleh pelayan yang lain, Zea tak dapat berkutik, ia harusnya sedikit bersyukur karna Agrata setidaknya tak membunuhnya
KAMU SEDANG MEMBACA
ZaTa
Fanfic"Ini kamar kita dan disana kamar Ameera" ucap lelaki itu sembari membuka kamar berpintu putih "kita sekamar pak ? Gak pisah kamar dulu kaya perjodohan novel novel gitu ?" "apa bedanya malam saya nanti setelah dan sebelum menikah, saya juga ingin ada...