Chapter 4

189 19 0
                                    

"Enhhakhh, behshhokhh-beshookkh laghi hajhahhkhin runnhahh laghi" ucapnya dengan mulut penuhnya.

"Ditelen dulu baru ngomong Run"

Gadis itu hanya menganggukkan perlahan, dengan mengacungkan kedua ibu jarinya kepada Hyunsuk. Waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam, angin malam tak henti-hentinya meniup, namun berbeda dengan apa yang Runa rasakan. Tubuhnya merasa begitu gerah sehabis menyantap nasi goreng yang dipesankan Hyunsuk padanya, belum lagi secangkir teh panas yang ditenggaknya, membuat keringatnya mengucur tak henti-hentinya.

Tidak tahan dengan rasa gerah pada tubuhnya akibat menyantap makanan dan minuman panas, gadis itu dengan santainya melepaskan blazer yang ia kenakan, digulungnya bagian lengan kemejanya sebatas siku, menjepit rambutnya dengan jedai beningnya. Sibuk menghilangkan rasa gerahnya, membuat Aruna tidak sadar akan Hyunsuk yang sedari tadi memperhatikannya, senyuman tipis dari bibirnya merekah dengan sempurna.

"Perlu saya buka jendelanya biar nggak gerah" tawar Hyunsuk.

Gadis itu menggelengkan kepalanya perlahan, diperhatikan lelaki di depannya yang sedang berusaha menyalakan pemantik api untuk membakar ujung rokok yang sedari tadi sudah diselipkannya pada kedua belah bibirnya. Melihatnya, Aruna berjalan menghampiri lelaki di depannya.

"Jangan dibiasain, nggak baik, ganti pake ini, lebih enak" nasehatnya sembari menyodorkan dua bungkus permen dari saku roknya, tak lupa mengambil cepat batang rokok dari lelaki itu.

"Runa balik duluan, udah malem" sambung gadis itu, seraya menyambar blazer dan barang miliknya yang terserak di atas sofa.

"Biar saya yang anter udah malem, bahaya"

Malas berdebat dengan atasannya, Aruna hanya mengiyakan pasrah seperti biasanya. Dilajukannya kembali kendaraan tersebut hingga sampailah pada bangunan berlantai tempat tinggal Aruna.

"Kamu mau bawa pulang jok mobil saya?" kekeh Hyunsuk saat melihat gadis di sebelahnya dengan pedenya langsung beranjak tanpa melepaskan seat belt yang masih menyilang pada tubuhnya.

Dengan segera Hyunsuk melepasnya perlahan, mengembalikan sabuk pengaman itu pada tempatnya semula. Deru nafas hangat Aruna dapat dirasakannya dengan jelas, menghembus menabrak wajahnya. Kedua manik mereka bertemu cukup lama ditengah keheningan malam yang menyelimuti mereka. Dikikisnya jarak antara dirinya dan Runa, mengecupnya singkat, membuat kedua manik gadis itu membulat sempurna. Kedua tangannya berusaha mendorong pelan tubuh lelaki di depannya, namun gagal. Mengecup kembali ranum milik gadis itu, dilumatnya perlahan bibir Aruna dengan lembut, membuat sang empu memejamkan kedua matanya, meremat erat blazer yang ia genggam.

"Bibir kamu lebih candu dari permen yang kamu kasih ke saya tadi, but thanks" Ucapnya seraya mengecup singkat ranum milik gadis di depannya.

"Jadi pulang nggak? atau mau balik lagi ke apart saya lagi? iya?" goda Hyunsuk.

"H-hah? oh.. iya lupa, dah sampek ya hehe.."

"M-ma-makasih udah anter Runa balik" sambungnya.

Dilihatnya punggung mobil Hyunsuk hingga tak terlihat lagi, barulah dirinya melangkahkan kakinya masuk. Sungguh, dirinya tidak tahu gejolak apa yang sedang dirasakannya sekarang, jantungnya selalu berdetak kencang saat didekat Hyunsuk. Bahkan seluruh wajahnya memerah seperti kepiting rebus karena kejadian di mobil tadi.

*****

Pagi ini menjadi pagi yang membahagiakan mungkin bagi seorang Aruna, bagaimana tidak, di jam yang masih terbilang pagi ini dirinya sudah harus mendiskusikan pekerjaan di ruangan atasannya ini, belum lagi dengan jarak yang hanya beberapa sentimeter.

BLOOD & SWEAT | Choi Hyunsuk • Park Jihoon • Kim JunkyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang