"Besok-besok lagi kalo saya suruh makan ya makan, paham?!"
"...."
"Jangan diem aja, paham nggak yang saya bilang barusan?!"
Gadis itu hanya menganggukkan kepalanya perlahan sembari memainkan jemarinya, ia tidak pernah melihat Hyunsuk semarah ini padanya hanya karena dirinya malas untuk makan. Aruna hanya merutuki dirinya dalam hati.
"Kamu ganti baju dulu, saya tinggal buat bikinin teh buat kamu"
"Nggak usah, makasih.. tapi Runa lagi nggak pingin minum teh"
"Biar badan kamu enakan Run.."
"Tapi Runa lagi nggak pingin!" kesal Aruna.
"Hhh... yasudah.. saya nggak mau maksa, saya keluar dulu, kerjaan saya masih banyak yang ketunda"
"Runa salah ya dateng ke sini?!"
"Runa habis ini bakal langsung keluar kok, maaf udah ganggu dan bikin kerjaan kamu numpuk, kalo gitu Runa duluan" sambungnya.
"Run tunggu Run.." ucap Hyunsuk seraya menahan lengan gadisnya.
"Maaf Run.. maksud saya nggak gitu.. tapi emang saya harus beresin kerjaan saya yang udah banyak numpuk.. kamu jangan dikit-dikit masukin hati gitu dong sayang.."
"Iya tau Runa emang salah.. semua yang Runa lakuin nggak ada yang bener, sampe-sampe semua orang yang ada di deket Runa hilang jauhin Runa.. tapi apa salah si kalo Runa jadi diri sendiri, Runa capek hidup Runa diatur-atur terus..!"
"Tapi kan saya cuma suruh kamu buat makan aja Runa.. saya nggak mau liat kamu sakit"
"Ya tapi Runa lagi nggak pingin.. lagian kalo sakit, Runa bisa urus sendiri.. kamu kalo nggak mau urus Runa ya bilang aja ke Runa! Jangan gini! udah.. lepasin tangan Runa!"
"Saya nggak akan lepasin tangan kamu, saya belom selesai bicara"
"Yaudah cepet selesain terus lepasin tangan Runa, Runa mau keluar!"
"Nggak akan, saya nggak akan biarin kamu pergi lagi, ngerti?!"
"Dan saya nggak mau bicara dalam keadaan emosi gini, masuk, tenangin diri kamu dulu habis itu baru saya akan bicara sama kamu" sambungnya.
"Runa nggak mau"
"Hhhh.... terus kamu maunya apa sekarang?! hm?"
"....."
"Terserah deh Run terserah.. kerjaan saya masih banyak, sakit kepala saya!" final Hyunsuk.
Gadis itu hanya terdiam menunduk mendengarnya, rasa pening di kepalanya semakin berdenyut, belum lagi rasa perih pada lambungnya yang terasa panas dan mual membuat tubuhnya melemas dan jatuh perlahan ke lantai.
Tubuhnya bergetar, sebalah tangannya berusaha meraih meja di sampingnya. Penglihatannya terasa begitu mengabur dan menggelap.
*****
Hyunsuk memasuki kembali apartemennya setelah mengurus beberapa dokumen miliknya, gelap dan sunyi menyambutnya saat melangkahkan kedua kakinya.
Jadi Aruna beneran pergi? hhh... -monolognya dalam hati.
Lelaki itu menekan satu per satu saklar lampu di apartemennya sembari memijit pangkal hidungnya kasar.
Dirinya terdiam membeku, beberapa dokumen yang sedari tadi ia genggamnya lolos terjatuh tatkala melihat gadisnya terbaring pucat di lantai kamarnya.
Kedua lututnya begitu lemas melihat keadaan Aruna, membuatnya teduduk persis dihadapan gadisnya.
"Ru-run.. Runa..." panggilnya pelan seraya mengecek sekujur tubuh Aruna.
Hangat, dan dingin pada ujung jemarinya, keringat dingin menetes bebas pada tubuh Aruna. Wajahnya benar-benar pucat.
Hyunsuk segera bergegas membawa Aruna menuju rumah sakit terdekat, dirinya begitu berharap supaya tidak ada hal buruk yang terjadi. Kini dirinya hanya bisa merutuki dan menyumpahi sikapnya.
*****
"Keluarga pasien?"
"Saya dok, bagaimana keadaan Runa dok?"
"Untuk keadaannya baik-baik saja, hanya maaghnya kambuh dan kecapean, usahakan jangan banyak pikiran, karna saya lihat hal ini menjadi salah satu faktornya"
"Baik dok, apakah Runa sudah bisa pulang dok?"
"Kalau untuk itu kita lihat nanti"
Hyunsuk melangkahkan kakinya perlahan memasuki ruangan Aruna, mendudukkan tubuhnya pada kursi yang berada tepat di samping gadisnya.
Menggenggam serta mengusap lembut tangan gadisnya.
"Masih sakit?" tanya Hyunsuk dengan hati-hati.
"...."
"Run?"
Tidak ada jawaban yang Aruna keluarkan, gadis itu hanya memalingkan wajahnya, serta menarik pelan tangannya yang sedari tadi Hyunsuk genggam.
"Masih marah sama saya? maaf.. saya nggak maksud marahin atau kasar ke kamu, saya lagi bener-bener banyak kerjaan tadi"
"..."
"Sayang.. jangan diem terus gini dong..". seraya menggenggam kembali tangan gadisnya.
"Runa mau istirahat, kepala Runa sakit"
"Saya keluar sebentar ya.. nanti saya balik lagi, tidur yang nyenyak" ucap Hyunsuk dengan mengecup singkat pucuk kepala Aruna.
Hyunsuk melangkahkan kedua kakinya meninggalkan ruangan gadisnya, lelaki itu melenggang pergi membeli beberapa makanan.
Setelah membeli beberapa makanan, dirinya tidak langsung kembali menuju ruangan gadisnya. Hyunsuk mendudukkan dirinya pada kursi panjang yang terdapat pada luar ruangan.
Memijit keras kepalanya, dirinya sibuk bermonolog dengan pikiran serta hatinya sekarang.
--------------------------------------------------------------
DON'T FORGET TO VOMMENT PLEASE
© Sereiaaya, 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
BLOOD & SWEAT | Choi Hyunsuk • Park Jihoon • Kim Junkyu
Fanfiction"...tolong percaya sama saya..." -Hyunsuk "Gw akan lakukan apapun buat dapetin lo Run..." -Jihoon "Kakak ni apa-apain si, kita itu masih saudara!" -Runa "Saudara tiri kan?!" -Junkyu *Mention // of harsh words - and some mature content [1821+] *Cover...