Detik berganti menjadi menit, menit bergeser menjadi jam, dan jam beralih menjadi hari. Sudah beberapa hari ini Aruna hanya menghabiskan waktunya dengan duduk menghadap ke arah luar dari balik jendela kaca kamarnya, senyum bahagianya terlukis tatkala Hyunsuk bersamanya.
Lelah? ya.. dirinya benar-benar lelah harus mengenakan topeng kebahagiaan sedangkan di dalamnya harus menyembunyikan kesedihan serta rasa sakit yang ia deritanya.
Hari ini dirinya disibukkan dengan beberapa bahan puding, ya.. dirinya sengaja membuatkan puding coklat dan karamel untuk prianya yang sebentar lagi menampakkan wajahnya.
"Ck.. pake acara jatuh lagi" dengus Aruna sembari mebungkukkan tubuhnya, meraih sendok yang sempat terjatuh karena kibasan tangannya.
Air matanya lolos mengalir tatkala melihat tetesan darah pada tangannya. Lagi dan lagi, segera ia membersihkan noda darah pada tangannya menggunakan lembaran-lembaran tisu pada genggamnya, wanita itu masih sibuk membersihkan hingga..
"Runa.. itu.. hidung kamu kenapa?" panik Hyunsuk saat menginjakkan kakinya masuk ke dalam apartemennya.
"Hah?? o-oh.. ini.. ini ketatap meja waktu mau ambil sendok hehe.." bohong Aruna seraya meremat ujung pakaiannya.
Suaranya sedikit bergetar, wanita itu berusaha menahan air matanya untuk tidak keluar, sesekali dirinya melemparkan senyuman ke arah Hyunsuk.
"Pelan-pelan dong sayang.. coba sini.." ucap Hyunsuk seraya membawa Aruna ke arah sofa.
"Sakit?" sambung Hyunsuk.
Aruna hanya dapat menggelengkan kepalanya cepat, kedua maniknya terlihat sangat berkaca. Kedua bulir air itu menetes cepat tatkala pria di depannya dengan sabar menyumbat aliran darah pada hidungnya.
"Hei.. kenapa? kok nangis.. sakit ya? ada yang sakit? iya?" panik Hyunsuk seraya mengusap air mata wanitanya perlahan.
"Enggak.. nggak ada yang sakit kok" balas Aruna.
"Terus kenapa? kok sampe nangis? hm?"
"Kangen aja.. hmm.." ujar Aruna dengan suara bergetarnya, sembari melukiskan senyuman pada Hyunsuk.
"Baru juga ditinggal bentar tadi.. udah kangen aja.. coba sini" ucap Hyunsuk lembut seraya membawa Aruna ke dalam dekapannya, mengusap surai dan punggungnya lembut.
Kali ini tangisnya benar-benar pecah, namun tidak bersuara, wanita itu mati-matian menahan agar suara isakannya tidak lolos dari mulutnya. Dirematnya kuat pakaian bawahnya untuk menyalurkan rasa sesak dan sakitnya.
"Serindu apa sih kamu ke saya? kok tumben banget sampe nangis gini.. padahal biasanya kamu kuat lho.. kalo saya tinggal ke kantor, hm? ada masalah ya? coba sini cerita biar enakan" ucap Hyunsuk.
"......"
"Kok diem? yaudah nggakpapa kalo belum mau cerita, tapi udahan ya nangisnya.. saya jadi ikutan sedih liatnya"
"Oiya.. tadi lagi bikin apa di dapur? saya bantuin yuk buat bikinnya.. kayanya enak deh, jadi penasaran pingin coba, yukk.." sambung Hyunsuk seraya menggandeng lembut tangan Aruna berjalan menuju dapur.
"Mau bikin puding hehe.. mau yang coklat atau yang karamel dulu?" ucap Aruna dengan mengulas senyuman tipis pada bibirnya.
"Yang mana aja, bikinan kamu enak semua soalnya, saya bingung buat milihnya" ucap Hyunsuk sembari mengusap lembut pucuk kepala wanitanya.
Kini kedua tangan Aruna sibuk meracik bahan-bahan puding yang akan dibuatnya. Tetapi rasa sakit kepala yang datang tanpa izinnya membuat wanita itu sedikit terganggu. Namun, dirinya tetap berusaha untuk menahan rasa sakitnya, menggigit bibir bawahnya saat rasa sakit itu muncul kembali.
Setelah beberapa menit bergelut dengan bahan puding, akhirnya kini mereka berdua dapat menikmati dua mangkuk puding serta teh hangat, ditambah dengan guyuran hujan yang sedari tadi menjadi irama suasana.
"Hujan-hujanan yuk.."
"Jangan.. nanti sakit, kan kemaren udah.. masa mau lagi"
"Iya.. iya.. bercanda doang tadi" canda Aruna.
"Pingin jalan-jalan yang jauh ih.. sekali-kali, sumpek di apartemen terus" sambung wanita itu.
"Pingin kemana?"
"Kemana ya..?"
"Ke tempat masa kecil saya mau? jauh itu dari sini, kalau kamu mau sih.."
"Mmm.. boleh.., tapi kan kamu sibuk, udah ntaran aja kapan-kapan nggakpapa kok"
"Siapa bilang saya sibuk, lagian besok kan hari Sabtu sayang.., kalau mau besok kita ke sana"
"Beneran?? ini kamu serius???"
"Seriuslah sayang.. emang muka saya muka lagi bercanda ya.." ucap Hyunsuk seraya menggelitik wanitanya.
"Iya.. iya.. udah dong.. geli ini"
"Run.."
"Hm?"
"Janji ya.. jangan pernah tinggalin saya lagi, cukup yang dulu aja, saya nggak mau lagi.."
"Runa nggak bisa janji ya.."
"Kok gitu.. kamu nggak sayang sama saya? nggak kangen sama saya?"
"Bukan gitu sayang.. kalau Yang Di atas manggil Runa gimana? kan nggak mungkin Runa tolak"
"Run.. nggak lucu ah.. jangan bikin saya sedih gini dong.."
"Iya.. Runa janji kok nggak bakal tinggalin kamu"
"Janji ya.." ucap Hyunsuk memastikan.
"Iya sayang.. iya.. janji, Runa janji.." janji Aruna seraya mengaitkan kelingkingnya dengan kelingking milik Hyunsuk.
Kini keduanya sibuk bertukar tawa dan cerita di tengah dinginnya serta sendunya hujan yang mengguyur.
Dalam hatinya, Aruna hanya memohon supaya dirinya dapat menepati janjinya pada prianya, menghabiskan sisa waktunya untuk seseorang yang ia sayangi. Cukup rasa sakit dan sesak ini menimpa dirinya, bukannya ia tak mau berbagi, tetapi dirinya tidak ingin orang yang ia kasihi ikut menderita dan merasa sakit atas apa yang menurutnya bukan hak mereka. God, just give me a moment please.., can i?
© Sereiaaya, 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
BLOOD & SWEAT | Choi Hyunsuk • Park Jihoon • Kim Junkyu
Fanfiction"...tolong percaya sama saya..." -Hyunsuk "Gw akan lakukan apapun buat dapetin lo Run..." -Jihoon "Kakak ni apa-apain si, kita itu masih saudara!" -Runa "Saudara tiri kan?!" -Junkyu *Mention // of harsh words - and some mature content [1821+] *Cover...