Chapter 17

115 10 0
                                    

"Sakit kak !"

"Kak Jun kenapa si ! sakit kak !"

"Duduk ! " titah Junkyu seraya menarik Aruna ke arah kursi di dekatnya.

Suasana kali ini benar-benar terasa berantakan. Dirinya yang tak pernah melihat sang kakak bersikap dingin dan semarah ini hanya bisa diam.

Jantungnya berdegup kencang, tubuhnya gemetar merasakan amarah yang kakaknya keluarkan.

"Tanda tangan!" titah Junkyu kembali dengan memberikan beberapa lembar kertas ke hadapan sang adik.

"I-ini apa kak?"

"Bisa baca kan kamu!" tegasnya.

Kedua maniknya membulat, dahinya mengernyit melihat kata-kata yang tertera pada lembaran kertas-kertas yang dihadapkannya.

Hak kepemilikan perusahaan? perusahaan ayah? kak Junkyu?  monolognya dalam hati.

"Nggak! Runa nggak bakal tanda tangan ini!"

"Ayah kasih ini ke Runa! bukan kakak! jadi kakak nggak ada hak!" sambungnya.

Lelaki itu memijit kasar pangkal hidungnya, tampak raut kekesalan pada seluruh wajahnya.

Brakkk.....

Tubuh gadis itu terjengat kaget karena hentakan tangan sang kakak yang dengan tiba-tiba memukul meja di hadapannya.

"Dasar! adek nggak tau diuntung banget ya kamu!"

"Kakak nggak akan kasih kamu keluar atau kebebasan sebelum kamu tanda tangani semua ini! PAHAM KAMU!" sambung Junkyu penuh amarah.

Brakkk....

Suara pintu kamar ditutup Junkyu dengan kasarnya serta menguncinya dari arah luar.

Air mata Aruna menetes dengan perlahan, ia tak menyangka bahwa selama ini orang yang ia percayakan akan melakukan dan bertindak sejauh ini padanya.

*****

Jihoon
|ekhem.. kayanya ada aroma2 butuh bantuan wkwk

Junkyu

Gw minta tolong lo juga karna terpaksa|

Jihoon
|Ya boleh2 aja si lo minta tolong gw, asalkan.. taulah

Junkyu

Serah lo! yang penting lo harus bisa dapetin| tanda tangan Aruna

Jihoon
| Oke.. deal
|Bsk gw ke rumah lo

Junkyu

Tapi smp lo apa2in adek gw, nggak akan| tinggal diam gw!

Jihoon
|Gw nggak janji

*****

Aruna membuka kedua matanya dengan perlahan, sorot maniknya menangkap sesosok lelaki yang jelas ia kenalnya sedang terduduk tenang dihadapannya. Seringai senyum khas milik Jihoon menyapa pagi mantan kekasihnya.

"Hai cantik.. long time no see" sapanya.

"Mau ngapain lo di sini?!"

"Kemauan gw mudah kok, nih.. tanda tangani" jelasnya seraya menyodorkan beberapa lembar kertas kepada Aruna.

"NGGAK! GW NGGAK AKAN TANDA TANGANIN ITU!"

"Kayanya cara lembut nggak mempan ya di lo, sekali lagi gw alusin lo"

"Cuma tanda tangan apa susahnya si cantik.." sambungnya.

"Nggak! budek lo?!! hah?!"

"Gw nggamphmm-" putusnya.

Didaratkannya bibir Jihoon pada ranum Aruna, melumatnya dengan tergesa serta tidak memberinya ruang untuk meraup oksigen sekalipun.

Kedua tangan Aruna memukul keras dada bidang lelaki itu, mencoba untuk mendorongnya namun gagal dengan tenaga yang Jihoon miliki.

Dirinya benar-benar kewalahan, pasukan oksigen semakin menipis pada dirinya.

"Hhh... hhh... hh.."

Nafas gadis itu masih begitu terengah tatkala jihoon memutuskan tautannya.

"Jadi..? tanda tangan atau...?" tegasnya dengan mengarahkan senjata berpelatuknya tepat di kepala Aruna.

Diraihnya perlahan bolpoin yang tergeletak di atas meja, seluruh tubuhnya terasa gemetar karenanya. Tinta hitam meluncur bebas dengan arahan tangan gadis di sebelahnya.

"Nah.. selesai kan.. kenapa nggak daritadi si cantik.." ucap Jihoon sembari menyelipkan surai Aruna yang berantakan, meninggalkannya sendiri dalam ruang kamarnya.


--------------------------------------------------------------

DON'T FORGET TO VOMMENT PLEASE

Maaf buat part ini pendek banget ya.. ㅠㅠ
otakku diambang kebuntuan TT




© Sereiaaya, 2022

BLOOD & SWEAT | Choi Hyunsuk • Park Jihoon • Kim JunkyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang