⚠️⚠️⚠️⚠️⚠️
Aroma sedap menguar memenuhi seisi ruang apartemen milik Hyunsuk, membuat lelaki itu terbangun karenanya. Berjalan perlahan menghampiri sumber aroma yang membuat dirinya sadar dari mimpinya, terlihat gadisnya sedang mengutak-atik sesuatu di dapur miliknya.
"Bikin apa si pagi-pagi gini?" ucapnya membuka topik pembicaraan pagi ini.
"Runa lagi coba bikin sup, siapa tau badan kamu enakan habis makan ini" terangnya dengan sentuhan senyum manisnya.
"Emang bisa?" ledek kekasihnya.
"Bisalah, awas aja ntar kalo nagih"
"Masa sih?" ledek Hyunsuk lagi seraya mengecup cepat pipi gadisnya.
Kelakuan Hyunsuk memang benar-benar membuat kedua pipinya memerah sekarang, jantungnya berdetak dua kali lebih cepat? mungkin.
"Runa nanti mau balik ke rumah, mau bersih-bersih nanti balik lagi ke sini" izinnya.
"Nggak usah balik di sini aja"
"Terus baju Runa?"
"Pake aja punya saya" kekehnya.
"Kebesaran dong"
"Nggakpapa, lucu pasti nanti" goda Hyunsuk.
"Yaudah gih sana mandi" titah lelakinya.
"Duluan aja"
"Atau mau bareng sekalian?" goda Hyunsuk lagi.
"Hishhh... lagi sakit tapi masih aja jail" dengus Aruna.
"Yaudah.. saya duluan" kekeh kekasihnya.
*****
"Lucu banget si babe.."
"Ini gede banget bajunya" protes Aruna.
"Udah nggakpapa, sini duduk temenin saya" titah Hyunsuk yang menepuk-nepuk sisi kosong di sampingnya.
Cuaca mendung di pagi hari ini membuat suasana menjadi lebih terasa damai, belum lagi angin sepoi yang berhembus masuk melalui celah jendela dan ventilasi membuat sepasang kekasih itu tertidur pulas kembali.
Malam hari menghampiri dengan begitu cepatnya, kini Aruna sedang sibuk dengan teko dan teh yang sedang ia seduh. Aroma wangi melati dan teh bercampur menjadi satu, gadis itu menuang perlahan ke dalam dua buah cangkir kosong yang sudah ia siapkan. Tak lupa perasan jeruk sebagai penutup seduhannya, membawa perlahan ke atas meja kayu milik Hyunsuk.
"Enak?"
"Buatan kamu emang ada yang nggak enak?"
Gadisnya kini tersipu karena ucapan yang kekasihnya lontarkan barusan.
Aruna yang sedari tadi memperhatikan tingkah sang kekasih sedikit terkejut saat Hyunsuk hendak melakukan kebiasaan lamanya, merokok.
Dirinya lantas menghampiri sang kekasih, mengambil cepat batang rokok dari mulutnya lalu membuangnya ke dalam tempat sampah. Menghampirinya kembali seraya mengecup cepat ranum Hyunsuk.
"Katanya bibir Runa lebih candu dari permen, tapi kenapa masih ngerokok.."
Hyunsuk menarik lengan gadisnya cepat hingga tubuh Aruna terduduk di atas pangkuannya.
"Siapa yang yang ngajarin? hm?"
Aruna menggelengkan perlahan kepalanya, menunduk sembari memainkan jarinya.
"Kamu ya yang minta bukan saya, jadi nanti jangan salahkan saya" bisik Hyunsuk tepat ditelinga gadisnya.
"Hah? min-"
Hyunsuk mendaratkan bibirnya pada ranum Aruna, melumatnya dengan perlahan. Sang gadis yang mulanya terkejut dan diam kini mulai mengikuti alur lumatan kekasihnya. Ditekannya tengkuk gadisnya guna memperdalam ciumannya, kini kedua lengan Aruna sudah melingkar sempurna pada leher jenjang Hyunsuk.
Gadis dipangkuannya tampak kewalahan dalam mengimbangi ritme lumatan dirinya, menghisap dan menggigit bibir milik gadisnya membuat sang kekasih meloloskan lenguhan samarnya. Kedua tangannya tak tinggal diam, mengusap setiap inci permukaan tubuh gadisnya di bawah pakaian yang ia kenakan.
Menggendong tubuh mungil Aruna dan membawanya ke dalam ruangannya, menidurkannya perlahan ke atas ranjang miliknya.
Lumatan yang lelakinya berikan berubah semakin agresif, sebelah tangannya menyibak pakaian yang Aruna kenakan, mengecupnya cepat hingga tubuh gadisnya seperti tergelitik. Ciumannya berpindah pada leher putih Aruna, membuatnya beberapa tanda kemerahan di sana. Tangan gadisnya naik meremat lembut rambut Hyunsuk, membuat darah dalam dirinya semakin berdesir.
Menanggalkan seluruh pakaian Aruna dan melemparnya sembarang, memperlihatkan setiap lekuk dirinya tanpa sehelai benang pun. Dilumatnya kembali bibir sang gadis dengan tangannya yang mengusap lembut bagian breast miliknya.
Tangannya berjalan menuju ke arah celana jeans putih pendek yang ia kenakan, meloloskan satu kancing yang terpasang, menanggalkannya dengan cepat.
"Runa?"
"Hm?"
"Nothing, just.. trust me"
"Hah? ap-mhmm.."
*****
Lelaki itu setia memandangi wajah mungil milik gadisnya yang masih terlelap, menyisipkan helaian rambut panjangnya perlahan. Mengecup lembut wajah milik Aruna, si pemilik wajah membuka matanya perlahan karena ulah kekasihnya. Mendekatkan wajahnya serta menenggelamkan pada dada bidang Hyunsuk yang masih terekspos tanpa helaian benang.
Gadis itu kembali terlelap karena rasa lelah yang dirasakannya karena aktivitas semalam, tubuhnya terasa lemas dan remuk sekarang.
*****
Sorot sinar matahari kian lama kian meredup, birunya langit berganti menjadi jingganya senja. Aruna yang sedari tadi sibuk dengan ponselnya berlari saat mendengar suara pukulan yang cukup keras dari arah luar kamar, kedua kakinya melangkah perlahan menuju ambang pintu.
Maniknya bergetar tatkala melihat Hyunsuk terkulai lemas di lantai apartemen miliknya, matanya bertemu dengan manik sang kakak. Tubuhnya bergetar, jantungnya berdegup dengan abstraknya.
Ditariknya kasar lengan Aruna oleh Junkyu, menyeretnya paksa mengikuti dirinya.
"Ayo pulang! bandel ya kamu sekarang!"
"Nggak ! Runa nggak mau pulang ! lepasin !"
"Pulang Runa!"
"Nggak! Runa nggak mau! lepas!"
"Pulang atau.." putus Junkyu seraya mengarahkan benda hitam berpelatuk ke arah kekasihnya.
"K-kak.."
"Pulang!" finalnya Junkyu dengan menarik kencang lengan sang adik.
"Masuk!" titahnya.
--------------------------------------------------------------
DON'T FORGET TO VOMMENT PLEASE
© Sereiaaya, 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
BLOOD & SWEAT | Choi Hyunsuk • Park Jihoon • Kim Junkyu
Fanfiction"...tolong percaya sama saya..." -Hyunsuk "Gw akan lakukan apapun buat dapetin lo Run..." -Jihoon "Kakak ni apa-apain si, kita itu masih saudara!" -Runa "Saudara tiri kan?!" -Junkyu *Mention // of harsh words - and some mature content [1821+] *Cover...