Chapter 20

111 11 0
                                    

"Dimakan ya Run.. semarah-marahnya kamu sama saya, tapi kamu harus tetep makan, ya.. saya mohon" mohon Hyunsuk seraya menyodorkan semangkuk bubur pada Aruna.

"Saya ambilin minum sama obat kamu dulu" sambungnya.

Diraihnya sendok di samping mangkuk olehnya, menyendoknya perlahan lalu menyuapnya perlahan masuk ke dalam mulutnya.

"Runa.. itu.. hidung kamu kenapa?"

Segera gadis itu mengusap perlahan hidungnya, terlihat cairan berwarna merah melumuri tangannya. Aruna berlari tergesa menuju wastafel, membersihkan sisa darah yang mengalir dari hidungnya.

"Kamu nggakpapa kan? ada yang sakit? hm?" panik Hyunsuk.

Aruna menggelengkan kepalanya perlahan. Air mata gadis itu mulai menetes dengan perlahan membasahi kedua pipinya yang kering.

"Run.. hei.. kok nangis? kenapa? ada yang sakit?"

"Runa.. Ru-" putus gadis itu saat penglihatannya kembali mengabur dan menggelap.

"Runa..! bangun Run.."

Hyunsuk segera membawanya berbaring di ranjang miliknya, menekan nomer pada layar kotaknya.

*****

Sudah hampir seminggu ini Aruna dan Hyunsuk tidak banyak berbicara, hal ini membuat suasana menjadi terasa berbeda dan canggung di antara mereka berdua hingga pada pagi hari ini.

Hyunsuk dengan tergesa menyiapkan beberapa berkas miliknya untuk kegiatannya  di kantornya nanti. Melangkahkan cepat kedua kakinya menuju arah pintu hingga Aruna menahan sebelah lengan milik Hyunsuk, sontak membuat dirinya terhenti.

"Hati-hati" singkat Aruna seraya menyodorkan satu kotak roti tawar buatannya serta satu botol minuman pada lelaki di depannya.

Setelah memberi Hyunsuk buah tangannya, gadis itu segera beranjak pergi menuju arah dapur guna merapikan barang-barang.

Hyunsuk seketika tersenyum melihat notes yang diberikan Aruna pada botol minumannya.

"Bukannya enak langsung ngomong ya daripada nulis di notes gini" bisiknya seraya melingkarkan kedua lengannya pada pinggang Aruna.

Hal ini sukses membuat kedua pipi gadisnya memerah dan panas, degupan jantung yang beberapa hari ini menghilang datang kembali merasuki jantung Aruna.

"U-udah jam delapan nanti telat" ucap Aruna dengan nada setengah dingin.

"Saya nggak jadi ke kantor, mau di sini aja nemenin kamu"

"kenapa? nanti yang ada dimarahin gara-gara kerjaan nggak kelar, terus Runa lagi yang kena"

"Siapa yang mau marahin saya? hm? saya yang punya ya suka-suka saya dong"

"Dan saya nggak akan marahin calon istri saya sendiri" bisik Hyunsuk seraya mengecup singkat daun telinga gadisnya.

Membuat sang empu merasa tergelitik. Jantungnya berdetak tak karuan karenanya, benar-benar lelaki satu ini.

"Udah belom marahan sama sayanya?" ucap Hyunsuk kembali namun, kali ini kedua lengannya berhasil menelusup masuk ke dalam piyama yang Aruna pakai.

"Kebiasaan deh tangannya" protes Aruna seraya mencubit ringan kedua lengan Hyunsuk.

Bukannya merintih kesakitan, justru Hyunsuk tertawa atas kelakuan gadisnya.

"Kenapa ketawa?! emang ada yang lucu?!"

"Runa.. Runa.. cubitan kamu sekarang nggak mempan di saya"

"Coba deh pikirin lagi cara yang ampuh buat lolos dari saya" sambung Hyunsuk diiringi dengan kekehan.

Tak habis pikir, Aruna segera membalikkan tubuhnya menghadap kekasihnya. Tanpa aba-aba dirinya menarik cepat dasi yang dikenakan Hyunsuk, kini jarak antara mereka berdua mungkin hanya tinggal beberapa mili.

Deru nafas lelaki itu dapat dirasakan Aruna dengan jelas, hangat menyapu seluruh wajahnya. Memandangnya lekat sejenak sang kekasih sebelum akhirnya mengecup cepat ranum Hyunsuk.

"Sekarang gini cara mainnya.. siapa yang yang ngajarin? hm?"

"Nggak ada" singkat Aruna seraya melangkahkan kakinya pergi.

"Eits.. siapa suruh pergi gitu aja? tanggung jawab" goda Hyunsuk seraya menarik kembali gadisnya tepat ke hadapannya.

Wajah Aruna tampak kebingungan, kedua hazelnya menyorot abstrak tanpa arah, pikirannya berusaha mencerna kata-kata lelaki di depannya.

Didaratkannya bibir Hyunsuk pada ranum gadisnya, hanya menempel namun, sukses membuat jantung Aruna melompat dari tempatnya.

Dilumatnya perlahan ranum Aruna olehnya, sebelah tangannya menekan lembut tengkuk gadisnya. Jemari gadis itu meremat perlahan jas yang masih dikenakan Hyunsuk.

GLARRR.....

Suara gemuruh sukses membuatnya terkejut, hingga membuat Hyunsuk tak sengaja menggigit bibir gadisnya.

"Aahhshhssss..." desis Aruna.

"Eh? maaf Run.. saya nggak sengaja" ringis lelaki itu sembari mengecek bibir gadisnya yang sepertinya terluka akibat ulahnya.

"Biar saya obati" sambungnya seraya menarik perlahan lengan Aruna.

"Shhss... pelan-pelan.. sakit" rengek Aruna.

"Iya.. ini saya juga udah pelan sayang.. tahan bentar sakitnya ya.."

"Belom apa-apa masa bibir Runa bengkak lagi" gerutu Aruna.

Berbeda dengan sang pelaku yang hanya terkekeh geli mendengar gerutuan gadisnya.

"Udah.. nggakpapa.. makin cantik kalo gini"

"Makin cantik darimananya, orang sakit gini"

Tak tahan dengan tingkah gadisnya, dirinya kembali mengecup singkat ranum Aruna.

"Sakitttt...." protes Aruna seraya menutup bibirnya dengan sebelah tangannya.

"Biar cepet sembuh"

"Ck.."

"Jadi ke kantor?" sambung Aruna.

"Kurang jelas saya tadi bilang apa ke kamu? saya mau di sini nemenin kamu sayang.. lagian liat thu mendung, gelap gitu, saya kerja dari rumah aja"

"Oh.. yaudah Runa mau mandi dulu, awasan"

"Mandinya jangan lama-lama nanti masuk angin"

"Mana ada Runa kalo mandi lama" kesalnya.

"Ni ya saya kasih tau, lamanya kamu mandi sama lamanya kukang mandi itu, lamaan kamu"

"Hish.. yaudah pacaran aja sana sama kukang" kesal Aruna.

"Bercanda Run.. udah sana buruan mandi, habis itu temenin saya"

"Dih.. minta temenin aja sana sama kukang, Runa ogah"

"Run.. kok gitu sih.. kan saya cuma bercanda tadi"

"Nyenyenye"

"Awas ya.. liat aja nanti pembalasan saya"

"Nggak denger.. nggak denger.."

"Run.."

"Aaaaaaa~ iya.. iya.." teriak Aruna seraya melenggang pergi menuju kamar mandi.









--------------------------------------------------------------

DON'T FORGET TO VOMMENT PLEASE

© Sereiaaya, 2022

BLOOD & SWEAT | Choi Hyunsuk • Park Jihoon • Kim JunkyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang