Chapter 7

163 15 0
                                    

Drrttt.... drrtttt.....

Suara nyaring dering telepon dari benda pipih milik Aruna bergetar dengan keras, membuat sang pemilik membuka kedua matanya dengan paksa.

"Aww... shss..." rintihnya tatkala merasakan seluruh badannya yang terasa remuk akibat aktivitas semalam.

Diperhatikannya seluruh isi ruangan tempat ia berada sekarang, masih sama dengan ruangan yang sejak kemarin ia singgahi. Diraihnya tumpukan pakaian miliknya yang sudah berjejer rapi di atas nakas, mengenakannya satu per satu helaian benang dengan perlahan.

Air matanya menetes kembali saat terlintas kejadian semalam.

"SIALAN LO JI ! SIALAN, AARGHHH...!" tangisnya seraya menyingkirkan cepat semua benda yang berada di dekatnya.

Memporak-porandakan seisi ruangan milik Jihoon, pecahan beling terserak sembarang memenuhi lantai kamar.

"GW BENCI SAMA LO JI !" isaknya kembali sembari menarik acak helaian rambutnya, memukulkan sembarang dirinya demi mengeluarkan semua amarahnya.

*****

"Itu bukannya Aruna?" bingung Hyunsuk.

"Ngapain Runa di apart Jihoon?" sambungnya dari balik kaca mobil.

Gadis itu berjalan tertatih dengan pandangan kosongnya, melangkah mengarah ke arah jalanan yang begitu ramai dengan lalu lalang kendaraan beroda. Entah apa yang ada dipikirannya sehingga membuatnya berjalan dengan kosongnya tanpa memperhatikan jalanan sekitar. Penampilannya benar-benar sangat berantakan, pakaian yang kusut, hingga beberapa gores luka yang tercetak dengan begitu acaknya.

Membuat lelaki yang sedari tadi memperhatikannya merasa begitu khawatir, dilangkahkannya kedua kaki Hyunsuk menuju gadis yang tidak begitu jauh darinya. Mempercepat langkahnya saat gadis itu hendak tertabrak.

"RUNAAA....!!!" panggilnya seraya menarik cepat lengan gadis di depannya.

Mendekapnya erat tanpa ruang sedikitpun, mengusap lembut surai hitamnya yang begitu berantakan. Dirasakannya getaran yang kuat pada tubuh gadis dalam dekapannya, isakannya terdengar begitu jelas ditelinga lelaki itu.

Meremat erat jas hitam yang dikenakan Hyunsuk dengan kedua tangannya, semakin erat saat lelaki yang mendekapnya mengusap lembut surainya.

"Run.. are u okay? hm?" tanyanya perlahan seraya mengusap pucuk kepalanya.

Tidak ada jawaban dari gadis di sampingnya, hanya tatapan kosong yang Hyunsuk lihat. Pikiran Aruna benar-benar sedang kalut dan kacau sekarang, air matanya belum juga surut sedari tadi.

"Runa?" panggilnya lagi.

"Saya anter kamu pulang ya?" sambungnya seraya menggenggam pelan jemari Aruna.

*****

"Saya tinggal sebentar ya.., nanti saya balik lagi ke sini" ucap Hyunsuk sembari menarik selimut berwarnakan abu-abu guna membalut tubuh mungil Aruna.

Dilajukannya dengan kencang mobil miliknya menuju kantor tempat dimana Jihoon bekerja, membukanya cepat dan kasar pintu ruangan milik rekan sialannya.

"LO APAIN ARUNA ?! HAH ?! EMANG BRENGSEK LO YA !"

Emosinya kini sudah diujung tanduk ksebarannya, meninju kasar sebelah rahang mulus milik Jihoon, membuat lelaki tersebut terjungkal karena ulahnya.

Ditariknya kasar kedua kerah milik Jihoon, dirematnya dengan begitu kencang.

"LO APAIN ARUNA SAMPE DIA KAYA GITU?!"

"Lo nggak perlu tau apa yang udah gw lakuin ke Aruna, dan asal lo tau.. gw nggak akan biarin siapa pun buat dapetin Aruna, TERMASUK LO!"

"SIALAN" ucapnya seraya kembali memukul wajah milik Jihoon, membuat sudut bibir lelaki itu mengalirkan darah segar dari dalam mulutnya.

"Kasihin itu ke Runa" titah Jihoon seraya melempar satu kaplet pil ke arah Hyunsuk.

Diraihnya barang lemparan Jihoon, memperhatikannya sesaat bungkusan pil tadi. Jemarinya mengepal erat tatkala membaca keterangan pada bungkusan pil di tangannya.

"Bener-bener brengsek lo ya ! sampe terjadi apa-apa sama Aruna, gw pastiin hidup lo nggak akan tenang"

*****

Di sisi lain, gadis itu sedang sibuk mengeluarkan dan mencari pil anti-depresan miliknya yang sudah lama ia tidak konsumsi. Terakhir kali dirinya mengkonsumsi obat-obatan seperti itu pada saat ayahnya meninggal karena tragedi penembakan beberapa waktu lalu, dan dirinya menyaksikan sendiri kejadian itu.

Diraihnya satu botol yang berisi pil anti-depresan dari dalam laci nakasnya, membuka cepat penutupnya dan menumpahkan beberapa pil ke atas telapak tangannya. Memasukkannya secara bersamaan dengan dosis yang yang begitu sembarang, meneguknya dengan susah payah supaya berhasil tertelan.

Dilemparkannya sembarang obat yang baru saja ia minumnya dengan sembarang, tangisnya begitu pecah, membuang semua benda yang terdapat di sebelahnya.

"Run? Runa?" panggil Hyunsuk dari arah luar ruangan.

Prangg....

Dilangkahkan cepat kedua kaki Hyunsuk ke arah suara berasal, membuka cepat pintu kamar milik Aruna. Betapa terkejutnya lelaki itu saat melihat keadaan gadis di depannya, benar-benar sangat berantakan. maniknya tertuju pada beberapa pil yang terserak pada lantai kamar gadis itu.

"Runa?"

"Run jangan gini dong Run, kamu bisa cerita ke saya, tapi jangan siksa diri kamu gini..."

"ARRGHH....!!" teriak Aruna seraya menarik acak surainya, melempar kembali barang-barang yang sudah ia lemparnya.

"Runa.. udah Run.." ucapnya dan dengan sabar menenangkan Aruna.

"Shhhh... udah ya.." sambungnya sembari mendekap erat gadis itu dari bagian belakang.

Melepaskan perlahan pecahan kaca yang masih tergenggam erat di tangan Aruna, menarik tubuhnya perlahan kearah sofa yang terdapat di kamar gadis itu. Mendudukkan perlahan tubuh Aruna ke atas pangkuannya, menata helaian-helaian rambut yang begitu berantakan. Merapikan serta menautkan beberapa kancing pakaian gadis itu yang sedikit terbuka, dengan cepat kedua tangan Aruna menyingkirkan jemari Hyunsuk yang hendak membenahkan pakaiannya.

"Run.. saya cuma mau benerin baju kamu, saya nggak akan apa-apain kamu, percaya sama saya, ya..?"

Mendengar penjelasan Hyunsuk, dirinya hanya menatap sayu manik lelaki yang sedari tadi memangkunya. Membiarkan dirinya merapikan pakaian yang ia kenakan.

Setelah dirasa gadis itu merasa tenang, disodorkannya beberapa kaplet pil hasil pemberian Jihoon di kantor tadi kepada Aruna.

"Jihoon tadi kasihin ini ke saya, buat kamu"

Jemari gadis itu menggenggam lemah pil yang baru saja diberikan kepadanya, dibukanya satu persatu bungkus kaplet itu, menaruhnya beberapa ke atas telapak tangannya sebelum ia masukkan ke dalam mulutnya.

"Runa jangan kamu minum semua Run.., nggak baik buat tubuh kamu Runa.., Run saya mohon Run.., buang ya.." ucapnya seraya merebut paksa pil yang tidak begitu erat digenggamnya.

"Runa liat saya Run.. RUNA.." sambungnya sembari mengguncang sedikit kuat pada kedua bahu gadis di pangkuannya.

"Saya tau ini berat buat kamu, tapi nggak gini caranya Run.."

"Terus gimana caranya?! gimana?! GIMANA?! HIDUP AKU UDAH HANCUR SEKARANG! AKU.. AK-"

"Sshhh.. Run udah ya.." potong Hyunsuk.

"Aku.. ak-"

"Run? Runa bangun Run.. Runa..!"






--------------------------------------------------------------

DON'T FORGET TO VOMMENT

BLOOD & SWEAT | Choi Hyunsuk • Park Jihoon • Kim JunkyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang