Hari demi hari berganti dengan begitu cepatnya, tetapi berbanding terbalik dengan keadaan Aruna. Gadis itu masih saja betah untuk berlama-lama dalam tidur panjangnya, raut keputusasaan terlukis jelas pada setiap wajah orang-orang di sekitarnya. Bahkan keluarganya sudah mengikhlaskan jika-jika nantinya gadis itu harus berpulang.
Berbeda dengan Hyunsuk yang terus berharap akan kesadaran Aruna, walaupun kemungkinannya hanya begitu kecil.
Suara geseran pintu terdengar nyaring membuat lelaki yang sedari tadi menjaga gadis itu menolehkan wajahnya ke arah ambang pintu.
"Gw bakal bawa Aruna keluar, cuma itu satu-satunya cara"
"Kemana aja lo selama 6 bulan ini? sebegitu terobsesinya lo buat dapetin tujuan lo, sampe-sampe lo korbanin ade lo sendiri!" sarkas Hyunsuk.
"Yang Jihoon lakuin ke adek gw bukan karna atas dasar suruhan gw, ngerti lo !"
"Gw bakal bawa Aruna malam ini juga" sambung Junkyu.
"Cih.. bisa lo jaga ade lo sendiri?!"
"Denger ya.. seterobsesinya gw sama tujuan gw, gw nggak akan pernah sakitin Runa, paham lo !"
"Gw bener-bener nggak paham sama jalan pikiran lo Jun! tapi gw harap, lo emang bener-bener urus dan jagain ade lo!"
"Dan satu lagi, jangan pernah lo lupain status lo sama Aruna itu apa!" sambung Hyunsuk seraya meninggalkan ruangan.
*****
Sudah sejak seminggu semenjak kepindahan Aruna, namun masih saja belum ada tanda-tanda pergerakan dari gadis itu. Junkyu membuka kedua matanya perlahan tatkala seringai sang surya menyorotnya, dipandanginya sang adik yang masih dalam keadaan tertidur panjang, tidur diambang dirinya harus memilih antara hidup dan mati.
Diusapnya lembut jari jemari Aruna, menggenggamnya perlahan seraya berbicara pelan pada gadis kecilnya.
"Runa.. bangun ya.. udahan tidurnya, mimpiin apa sih sampe betah gini kamu Run.. kakak kangen sama kamu, kamu emang nggak kangen sama kakak? hm?"
"Nanti kalo Runa bangun.. kakak janji bakal ajakin kamu jalan-jalan, kita dah lama kan nggak keluar bareng, kakak bakalan ajakin kamu kemana aja deh, tapi bangun ya Run.. kakak mohon.. bangun Runa.."
"Run... ba-"
"Run? Runa ?" ucapnya saat merasakan sedikitnya pergerakan kecil dari jemari Aruna.
Denyut jantung gadis itu sedikit berombak, ditekannya tombol darurat pada sisi dinding kamar rawat gadisnya.
"Gimana dok?" tanyanya saat melihat lelaki berjas putih keluar dari ruangan sang adik.
"Keadaannya bisa dibilang membaik, tapi..." jeda lelaki tersebut.
"Tapi apa dok?" cecar Junkyu.
"Tapi kemungkinan saat dia sadar, Aruna akan mengalami amnesia ringan, tapi itu nggak masalah.. kita bisa membantunya mengingat secara perlahan, kita liat progresnya saja nanti, permisi" jelasnya.
"Terima kasih dok"
Disenderkannya perlahan tubuhnya ke arah dinding di dekatnya, memijit perlahan kepalanya, menghembuskan nafas panjangnya cepat.
"Kakak harap kamu masih bisa inget kakak Run.." monolognya.
*****
Drrtttt..... Drrrttttt.....
Dering telepon dari ponselnya mengalikan atensinya sejenak, dilihatnya nama kontak yang menghubunginya sepagi ini.
Diraihnya cepat tatkala melihat siapa yang meneleponnya, jantungnya berdegup dengan kencang dan tak beraturan. Nafasnya menderu abstrak tak karuan.
"Halo.. dengan saudara Kim Junkyu?"
"Iya benar, dengan saya sendiri, ada apa ya dok? ada yang bisa saya bantu?"
"Begini.. saya ingin memberi kabar kepada anda mengenai progres adik anda, Aruna"
"Ada apa ya dok? ada apa dengan Aruna dok?" paniknya.
"Mmm... saya hanya ingin memberi tahu, kalau adik anda... sudah sadar, bisa anda datang ke sini sekarang?" terangnya.
"Dok.. ini.. ini beneran? sa-saya segera kesana, saya kesana sekarang dok" balasnya.
Disambarnya mantel berwarna hitam miliknya, melajukan mobil sedannya dengan kecepatan tinggi. Dirinya begitu bahagia mendengar kabar tersebut, senyumanya pun merekah dengan sempurna karenanya.
*****
"Runa.." lirinya.
Berjalan perlahan menuju tubuh adiknya, digenggamnya lembut jemari sang adik. Senyumannya terlukis tulus dari bibirnya.
Ditatapnya dalam lelaki di sampingnya, pikirannya berusaha mengingat siapa sesosok lelaki tersebut. Menutup maniknya sebentar guna mengingat hal itu, dibukanya kembali manik hitamnya, air matanya mengalir perlahan membasahi kedua pipinya.
"Run.. hei.. kok nangis? ada yang sakit? mau kakak panggilin dokter? Run.." paniknya.
Digelengkannya perlahan kepala gadis itu, meremat kencang jemari milik lelaki itu.
"Run.. inget kakak kan?" tanyanya dengan hati-hati.
"K-ka-kakak?" lirihnya.
"Iya Run.. kakak ini kakak kamu, inget kan? harapnya.
"Hy-hyunsuk?"
Dahinya mengernyit sekilas mendengar nama yang diucapkan adiknya, meraup kasar wajahnya dengan sebelah tangannya.
"Hyunsuk nggak di sini sayang.. ini kakak.. kakak kamu, kak Junkyu, inget kan? hm?"
"Kak... Jun?"
Wajahnya tersenyum tatkala mendengar panggilan itu, ya.. panggilan yang sering Aruna gunakan untuk memanggil dirinya.
"Iya.. iya Run.. ini kak Jun.. inget kan sekarang?"
Gadis itu memang mengingatnya, namun hanya sedikit dari memorinya yang tersisa.
--------------------------------------------------------------
DON'T FORGET TO VOMMENT PLEASE
KAMU SEDANG MEMBACA
BLOOD & SWEAT | Choi Hyunsuk • Park Jihoon • Kim Junkyu
Fanfiction"...tolong percaya sama saya..." -Hyunsuk "Gw akan lakukan apapun buat dapetin lo Run..." -Jihoon "Kakak ni apa-apain si, kita itu masih saudara!" -Runa "Saudara tiri kan?!" -Junkyu *Mention // of harsh words - and some mature content [1821+] *Cover...