Seringai mentari pagi menyinari kedua kelopak mata indah Aruna, membuat sang pemilik memaksakan diri untuk membuka matanya perlahan. Dipandanginya langit-langit ruangan yang terasa asing baginya, ya, gadis itu tau persis jika sekarang dirinya tidak berada di apartemen miliknya, tapi siapa?
Dilangkahkan kedua kakinya menuju keluar kamar tatkala mencium aroma sedap dari arah luar, kedua maniknya terhenti pada sesosok lelaki yang tak asing baginya, ya.. siapa lagi jika bukan atasannya, Choi Hyunsuk.
Sadar akan kehadiran Aruna, dirinya menyapa gadis bersurai hitam dengan setelan lengkap tanpa blazer yang masih ia kenakan sedari kemarin, rambutnya yang teracak serta wajah khas bangun tidurnya membuat paras seorang Aruna tampak berbeda.
Manis -monolognya dalam hati Hyunsuk.
"Sarapan run" ajak Hyunsuk lembut padanya.
Bukannya mengiyakan ajakan Hyunsuk, Aruna justru bertanya balik perihal dirinya yang bisa-bisanya terdampar di apartemen milik atasannya, padahal hari ini merupakan hari libur.
"Kok Runa bisa di sini?" tanyanya dengan suara yang sedikit parau karna nyawanya baru saja terkumpul.
"Ceritanya panjang, udah sarapan dulu, habis itu nanti saya anter kamu balik" terangnya.
Disodorkannya sebuah sendok pada gadis di depannya, ia tau kalau Aruna tidak biasa menggunaka sumpit sebagai alat makannya. Senyumannya merekah tatkala menerima alat makan yang Hyunsuk berikan padanya.
"Aww.. shhsss.." desis Aruna.
"Kenapa run? hm?"
"Bibir Runa sakit.." cicitnya.
Diperhatikannya sekilas bibir milik gadis itu, benar saja, kini bibir tipis milik Aruna sedikit membengkak akibat ulahnya kemarin.
Maaf run, gw kelepasan kemaren -batin Hyunsuk.
"Dimakan aja pelan-pelan, nanti habis ini saya obati"
Waktu sudah menunjukkan pukul dua siang, dan sekarang gadis itu sudah disibukkan dengan kegiatan favoritnya, yaitu menonton serial netflix lengkap dengan makanan ringan dan minuman bersoda yang sedari tadi bersemayam pada kedua lengannya.
Ting~
Satu bunyi notifikasi pada telepon genggamnya berhasil mengalihkan atensinya, beranjak dari posisi nyamannya, menyambar benda pipih tersebut. Terdapat pesan dari nomor yang sama sekali ia tidak kenal, dibukanya cepat karena rasa penasarannya. Menampakkan beberapa foto seorang yang ia jelas-jelas mengenalnya lengkap dengan senjata api ditangannya, pikirannya beradu bercampur dengan perasaan bingung, dan sesak yang melanda dirinya.
Dirinya segera membalas pesan dari pengirim anonim tersebut dengan cepat.
Gw harus cari tau tentang ini, tapi Hyunsuk? nggak mungkinkan ? -finalnya.
*****
Kulangkahkan sepasang kakiku menuju salah satu bar yang terletak tidak jauh dari apartemenku, tercium aroma alkohol yang menguar perlahan masuk ke dalam idra penciumanku. Manikku mengedar mencari seseorang yang sudah membuat janji denganku malam ini, satu tarikan pada pinggangku sontak membuatku terkejut.
Tubuhku terduduk sempurna pada pangkuan lelaki tersebut, dadaku benar-benar sesak dan sakit karenanya saat melihat siapa yang berada tepat dihadapanku, Park Jihoon. Diriku berusaha mengatur supaya rasa sakit yang menyeranku sedikit berkurang, dengan sedikit kekuatan yang tersisa diriku berusaha melepaskan diri dari eratannya. Namun, tangan kekarnya semakin mengeratkan lengannya pada pinggangku, seringainya menunjukkan kemenangan dalam dirinya.
"LEPASIN GW !" rontaku seraya memukul tubuhnya sebisaku.
"Ssttt... jangan teriak-teriak gitu dong sayang.., malu lho diliatin" ucapnya sembari menyelipkan beberapa helai surai milikku.
"Lepasin gw..! lepmphhh-" putusku.
Dilumatnya kasar bibirku olehnya, tanganku sudah benar-benar tidak memiliki energi untuk melawan, ditambah lagi rasa sesak dan sakit yang semakin menjalar membuatku semakin terasa lemas. Lumatan kasar yang diberikannya berubah menjadi lumatan yang penuh dengan kelembutan, kepalaku terasa begitu pening sekarang, penglihatanku sedikit mengabur karenanya. Diputusnya tautan itu olehnya, membuatku dapat sedikit bernafas dengan bebas. Penglihatanku semakin mengabur dan menghitam.
*****
Kubuka perlahan kedua mataku, masih dapat kurasakan pening yang menjalar ke seluruh kepalaku. Menatap langit-langit ruangan dengan seksama, nihil, diriku tidak mengenali sama sekali tempat ini sekarang.
Edaran manikku terhenti saat melihat sesosok lelaki yang dengan sialannya menerkam bibirku dengan seenak jidatnya.
"Minum" titahnya seraya menyodorkan segelas air mineral padaku.
"Nggak, gw nggak akan pernah mau terima apa-apa dari lo !"
"Lo dari dulu emang nggak pernah berubah ya Run, batu !"
"Mending gw cuma batu, daripada lo-" putusku.
Diriku sepertinya masih saja tidak kuat untuk membahas hal yang membuat dirinya dan diriku memutuskan untuk mengakhiri hubungan kami beberapa waktu lalu, belum lagi kejadian penembakan pada keluarganya belum lama ini yang melibatkan mantan kekasihnya.
"Kenapa? gw kenapa?"
"Nggak"
"Lo nggak mau balikan sama gw?"
"Kenapa? lo pingin gw balikan sama lo buat lo sakitin lagi?! iya?!"
"Kan gw udah jelasin semuanya ke lo waktu itu Run! gw nggak bermaksud buat nyakitin lo"
"Ya tapi cari lo salah! gw-" putusku.
"Runa.."
"Stop ji ! stop! GW.. GW BENCI SAMA LO! GW BENER-BENER BENCI SAMA LO JI!" isakku pecah saat itu juga.
"Runa.. hei.. Run dengerin gw dulu dong" ucapnya sembari berusaha menenangkanku.
Sebelah tangannya benar-benar mengunci kedua tanganku secara paksa, menabrakkan tubuhku cepat ke arah dinding kamarnya.
"Lepas! gw mau pulang!"
"Lo lupa tujuan lo kesini?!" ingatnya seraya menunjukkan layar ponselnya berisi foto-foto yang telah ia kirimkan kepadaku dengan menggunakan nomor anonimnya.
"Ciih.. jadi lo yang kirim foto-foto itu ke gw!"
"Kurang kerjaan banget ya lo! sorry tapi gw nggak percaya sama semua info-info dari lo" sambungku.
"Segitu nggak percayanya lo sama gw?! lo pingin tau kan siapa Hyunsuk yang sebenarnya"
"Bodo banget gw kalo sampe percaya info dari lo!"
"Lo yakin? lo kira gw nggak tau apa yang lo sama Hyunsuk lakuin di dalem ataupun di luar kantor?"
"Gw tau semua Runa.., termasuk kegiatan ciuman lo dan Hyunsuk waktu di dalem mobil waktu itu" sambungnya dengan membisikkan tepat di depan telingaku, yang sontak membuatku lemas.
Kutelan salivaku kasar setelah mendengar apa yang Jihoon katakan padaku.
"Lo yakin nggak mau tau? hm?" tawarnya kembali.
Jarinya menelusuri setiap garis wajahku, berjalan turun hingga leher jenjangku. Sialan memang, ingin rasanya diriku mengatainya. Batin dan pikiranku beradu keras menimbang tawarannya, sebenarnya diriku sangat-sangat penasaran akan hal itu, tapi.., ah sudahlah, persetan dengan itu.
"Kasih tau ke gw siapa Hyunsuk!"
Tawanya mengisi sejenak keheningan yang ada, mendekatkan sedikit wajahnya ke arahku sembari berkata.
"Nggak semudah itu sayang.."
--------------------------------------------------------------
DON'T FORGET TO VOMMENT PLEASE
© Sereiaaya, 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
BLOOD & SWEAT | Choi Hyunsuk • Park Jihoon • Kim Junkyu
Fanfiction"...tolong percaya sama saya..." -Hyunsuk "Gw akan lakukan apapun buat dapetin lo Run..." -Jihoon "Kakak ni apa-apain si, kita itu masih saudara!" -Runa "Saudara tiri kan?!" -Junkyu *Mention // of harsh words - and some mature content [1821+] *Cover...