Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
佐野 真一郎
. . . . .
Shinichiro's POV
Jika ditanya soal siapa yang paling kau sayangi, aku akan menjawab keluargaku, tapi jika ditanya siapa orang yang paling kau sayangi.
Aku akan menjawab satu nama ini dengan lantang dan tanpa ragu.
(Name).
Dia adalah orang yang paling kusayangi setelah ibuku.
Jika ditanya mengapa harus dia, alasannya simpel, aku menyukai sifat randomnya yang membuatku tertawa, aku juga suka sifat galaknya. Saat itu aku pernah dimarahi olehnya karena dia melihat wajahku yang babak belur sehabis berkelahi dengan geng sebelah.
Meskipun begitu, dia tetap mengobati lukaku sambil menceramahiku (dengan teman-temanku yang lain tentu saja), itu membuatku gemas dengan wajahnya yang murung sambil mengomel-ngomel dan berakhir aku mencubit pipinya gemas sambil tertawa, yang membuatnya semakin mengomel padaku.
Tapi sebenarnya aku malah bersyukur jika aku mendapatkan wajah lebam saat berkelahi, dengan itu aku bisa mendapatkan perhatiannya.
Dia mungkin galak tapi aku suka sifat lembutnya saat dia dengan hati-hati mengobati lukaku.
Oh ya! Aku paling ingat dengan pertemuan pertama kami, saat itu aku dan Takeomi ingin bermain ditaman, dengan aku yang berlari dari kejaran Takeomi karena aku tidak sengaja menyenggol eskrim miliknya.
"KEMBALI KESINI SHIN!!!" teriak Takeomi.
"HAHA KAU HARUS MENANGKAPKU TERLEBIH DAHULU" balasku sambil terus berlari.
Tapi saat sampai aku tiba-tiba berhenti karena melihat gadis seumuran ku sedang dirundung oleh beberapa bocah komplek sebelah.
Aku tidak bisa diam saja, akupun berlari dan melompat sambil mengarahkan tendanganku pada salah satu dari kepala mereka hingga dia terpental.
"Pengecut. Merundung seorang perempuan, apa kalian banci?" ujarku penuh amarah.
Dengan itu mereka berdua pergi sambil membawa teman mereka yang baru saja kutendang, kemudian berbalik pada perempuan dibelakangku menunduk sambil mengulurkan tanganku.
"Hey apa kau baik-baik saj-" ucapanku terpotong karena melihat wajahnya yang memerah sambil menangis.
Membuatku ikut terdiam dan wajahku kian memanas karena wajahnya yang terlihat begitu imut, dan aku terkejut saat dia menerima uluran tanganku.
"T-terimakasih. . . "
Aku memalingkan wajahku karena aku tidak ingin dia melihat wajahku yang sedang memerah ini, ugh memalukan.