12. Apa kabar dengan dunia Ravan

2.3K 115 5
                                    

Bicara tentang dunia semua orang memiliki sudut pandang yang berbeda, karena setip orang mengalami hidup yang berbeda, mungkin ada yang hampir sama sehingga jika mereka bertemu seolah menimbulkan rasa saling menguatkan karena tahu betapa beratnya itu.

Derap langkah dan suara pintu terbuka yang pada akhirnya menampakkan seorang lelaki remaja berparas tampan yang melangkah pasti di ruang putih dengan bau obat yang tak nyaman di penciumannya.

Langkah kakinya mendekat pada ranjang yang di isi oleh seorang pria paru baya yang baru semalam ia temui.

Senyumnya terbit kala melihat pria bernama Jaka itu menatap ke hadiran sosoknya.

"Gimana ke adaan bapak? " Tanyanya.

"Sudah baik kan nak, terimakasih atas pertolongan kamu. " Jawab Jaka.

"Sama-sama pak, senang sekiranya itu bisa membantu bapak. " Tutur Ravan sopan.

Bapak itu tersenyum, ternyata di jaman yang semakin maju dan kerakter yang semakin di luar batas, masih ada anak lelaki dengan kerakter baik dan berpegangan teguh pada akhlak ajaran agamanya.

"Oh iya, pak kalau boleh tahu bapak bukan dari kota ini ya? " Tanya Ravan.

Bapak itu mengangguk mengiyakan, " Saya ke kota untuk mencari cucu saya. "

"Cucu? "

"Cucu saya di buang oleh laki-laki jahat itu, dia masih bayi dan saya ingin mencarinya setidaknya saya ingin bertemu dengannya, hanya dia yang saya miliki sekarang."

Ravan mendengar kan dengan saksama apa yang bapak itu ucapkan, tidak menyangka juga jika ternyata masih ada bayi yang bernasib sama seperti gadis kecilnya Reva, ia jadi berfikir mungkin kasus seperti ini masih banyak di luar sana, sungguh pelakunya tak punya hati.

"Apa bapak punya fotonya mungkin saya bisa bantu? "

"Saya tidak punya fotonya, tapi saya ingatan wajahnya sangat mirip dengan almarhuma putri saya."

"Ibunya sudah meninggal, dan kenapa bayinya di buang? "

Kata kan lah Ravan banyak tanya tapi jujur ia masih sedikit bingung dan oh iya siapa laki-laki jahat yang bapak itu maksud.

Entah dari mana datangnya rasa percaya itu, Jaka seolah bisa bercerita dengan aman pada Ravan.

"Sebenarnya putri saya hamil oleh pacarannya, tapi lelaki jahat itu tidak mau tanggung jawab, anak saya berhenti sekolah hidupnya hancur tapi tidak dengan laki-laki kaya itu. Karena usia putri saya yang masih sangat muda saat melahirkan anaknya ia kehilangan nyawahnya, saya datang terlambat setelah dari pemakaman putri saya dan cucu saya sudah di ambil oleh laki-laki itu untuk di buang."

"Bapak sudah datangi laki-laki itu? " Tanya Ravan.

"Sudah, tapi ia mengancam akan membunuh saya jika saya terus datang atau menyebarkan tentang kebejatannya, dia dari keluarga ternama dengan barang-barang mahal tapi moralnya sangat murah. " Jawab Jaka.

Dunia memang penuh sandiwara di manah orang besar seolah selalu menang dan orang kecil selalu jadi figur tak penting yang selalu jadi pelampiasan. Definisi kecil dari dunia di mata Ravan.

------


"Woi."

Aza mengikuti arah ponselnya yang di tari paksa oleh Gana dari belakang. Ada apa lagi denga jomblo abadi ini yang selalu mengusik ke tenteram dunia Aza.

REVANYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang