Di isi bab yang ini sudah cukup berbeda ya!
.
.
.
.
.
.
.
.
.Di sebuah ruang yang tertata rapi Ravan terlihat sedang berhadapan dengan pekerjaannya yang berada di laptop. Ia terlihat gusar dengan kemeja putih yang dua kancing teratas sengaja ia lepas lalu lengannya ia gulung. Sementara jasnya sudah ia lempar keatas sofa berwarna biru tak jauh dari meja kerjanya.
Kaca jendela besar yang menampilkan pemandangan kota Jakarta dari atas sini masih menampilkan padatnya jakarta, lalu gumpalan awan hitam mulai nampak dan mungkin sore ini hujan akan turun.
Pria dengan kacama bening itu masih sangat fokus pasa layar laptopnya, lalu sesekali membuka banyaknya berkas di atas meja kerja.
Dret.. Drettt..
Ponsel bergetar membuat etensi Ravan teralihkan menatap ponsel berwarna hitam yang layarnya menyala menampilkan panggilan masuk atas nama Ales.
Ia menghembuskan nafas pelan, lalu beralih mengambil ponselnya dan mengangkat panggilan itu.
"Halo orang sibuk. " suara Ales terdengar begitu Ravan mendekatkan ponsel ketelinga.
"Hmm...."
"Masih sibuk aja nih, pantesan gak nikah-nikah orang ngencanin laptop mulu. "
Ravan hanya berdecak mendegar ucapan tak bermutu Ales dari seberang sana. Ini sudah sering terjadi, Ales selalu meneleponnya meski pria itu tahu jika ia sibuk. Entah lah, Ales tak pernah berubah ia selalu menelepon Ravan dengan alasan gabut lalu pada akhirnya terjadi adu mulut dan pertengkaran kecil.
"Iya gue emang orang sibuk, mau gue bikin keluarga lo sibuk juga ngurusin pemakaman lo kalau masih telponin gue." tutur Ravan membuat Ales bergidik ngeri di sebrang sana.
"Aelah temen sendiri lo gituin jah-."
"Ayah! "
Sebuah suara nyaring yang sangat familiar terdengar membuat Ravan lantas menoleh kearah pintu yang sudah terbuka, lalu pandangnya turun melihat seorang gadis kecil yang sangat mengemaskan dan cantik dengan senyuman mengebang manis seperti permen kapas.
Wajah Ravan langsung berubah menjadi berbinar lebih hidup, melupakan sejenak keluh kesahnya, ia bahkan sudah mematikan secara sepihak sambungan telepon dengan Ales.
"Hai Princess." berdiri dan berjongkok dengan satu kaki di samping kursih kerjanya, lalu merentangkan tangan mengundang gadis kecil itu agar masuk pada peluk hangatnya.
Si gadis kecil berambut panjang hitam yang diikat dua itu berlari sembari merentangkan tangan dengan senyuman ke arah Ravan.
Hap...
Pada akhirnya ia masuk kedalam dekapan hangat sanga ayah."I miss you Dad." ucapnya dengan wajah mengemaskan.
Ravan yang mendegar penuturan Putri kecilnya pun terkekeh, ia melepas pelukannya lalu menggendong Reva.
"Ayah juga kangen sama Reva. " ujar Ravan mengecup pipi tembem anak perempuan berusia 5 tahun itu.
Reva tersenyum lalu memeluk leher sang ayah, "Ayah cuba tebak Reva ke sini sama sapa? " ucapnya menatap Ravan.
KAMU SEDANG MEMBACA
REVANYA
Storie brevi[ SEDANG REVISI ] Menjadi seorang Ayah di saat dirinya belum menikah dan masih dalam status siswa SMA kelas akhir, itu tak pernah terpikirkan oleh seorang RAVAN ALASKA EBRIDA. Namun bayi yang ia temui di tengah dingin dan gelapnya malam membuat sem...