3.Sosok Ravan

5.3K 260 10
                                        

Hari ini senin jadi Ravan harus kembali bersekolah dan dia tidak bisa pergi untuk menemui bayi itu pagi ini.

Setelah memakai seragam sekolahnya Ravan lalu bergegas untuk turun serapan sebelum berangkat ke sekolah.

"Pagi bi!" Sapa Ravan pada wanita paru baya berhijab itu, yang bekerja sebagai art di rumahnya.

"Pagi den, serapan dulu, bibi sudah siapkan serapannya " Ucap bi ifa.

"Iya bi " Jawab Ravan lalu duduk untuk serapan di meja makan.

Ravan alaska ebrida. Anak tertua dari keluarga Ebrida, memiliki citra yang baik di mata masyarakat, keluarga terpandang dan bermartabat. Terhormat di kalangan para pebisnis karena perusahaannya yang sangat melesat tinggi.

Namun siapa sangka keluarga itu penuh dengan sandiwara, mereka hanya memikirkan pencitraan semata, menutupi keburukan mereka dengan sangat pandai secara berlebihan. Maka dari itu Ravan putra pertama keluarga itu memilih pergi dan tidak ingin ikut dalam sandiwara busuk keluarganya, memilih bebas dan tidak harus terkekang untuk di tuntut menjadi sempurna.

Meski beberapa kali di minta kembali dengan iming-iming perusahaan, uang, tahta, dan segala kemewahan. Namun Ravan tak pernah goyah sedikut pun untuk pulang.

Dia tahu keluarganya meminta dia pulang hanya karena tidak ingin merusak citra keluar, mana mungkin kan, anak tertua keluarga terpandang memilih pergi dari rumah, hidup sederhana tidak dengan harta yang berlimpah, ada apa dengan keluarganya apa ada masalah?

Ya pertanyaan itu yang di takuti keluar Ebrida maka dari itu agar citra keluarganya tetap terjaga, mereka rela melakukan apa saja agar Ravan kembali atau setidaknya menghilang dari bumi, dengan begitu mereka tak perlu mengeluarkan dialog untuk berpura-pura tentang mengap anak tertua mereka tidak ingin kembali ke rumah yang bagai istana itu.

Tentu saja alasan Ravan tidak ingin kembali ke rumah itu, karena lelah dengan sandiwara dan ke pura-puraan keluarnya hanya untuk pencitraan semata. Lagi pula keluarga itu egois mereka hanya ingin harta, tahta dan terpandang tanpa peduli dengan orang lain. Apa lagi setelah kematian kakeknya Ravan benar-benar tidak ingin kembali lagi ke rumah itu.

Darah yang mengalir sama tapi mereka tak lebih seperti orang asing bukan keluarga, dan rumah itu seolah sudah tidak layak untuk kata pulang.

Sekarang di sinilah Ravan hidup di rumah peninggalan kakeknya yang di berikan pada dirinya, hidup sebagai siswa sma kelas akhir yang akan menghadapi ujian ke lulusan dan sebagai ketua geng motor AREKX, juga dia itu pintar + primadona sekolah. Nyaris sempurna tanpa sandiwara dan tekanan.

Kembali pada Ravan yang sekarang sudah berada di halaman rumah berwarna coklat itu yang identik dengan ornamen kayu. Sedang menuju moto sport hitamnya untuk berangka sekolah setelah tadi pamit pada bi Ifa.

Ravan keluar dari pekarangan rumah menggunakan motornya, saat berjalan di perkomplekan tentu dia mendapatkan banyak sapaan dari ibu-ibu komplek yang sedang berbelanja sayur di penjual sayur gerobak.

"Pagi Ravan !" Sapa ibu-ibu itu.

Ravan hanya menganguk sembari tersenyum kecil namun manis dari balik helem.

"Menantu idaman banget ya, udah gak bergantung sama orang tua " Ucap ibu-ibu itu.
Sementara Ravan sudah berlalu dengan motornya.

Ravan juga terkenal di perkomplekan rumahnya tak hanya karena wajahnya yang tampan tapi juga sopan santunnya, ramah tamanya, apa lagi Ravan sudah tidak tinggal bersama orang tua jadi terlihat sangat mandiri. Juga Ravan sudah bisa mengurus biaya hidupnya sendiri sungguh menantu idaman bagi ibu-ibu. oh iya, jangan lupakan Ravan rajin adzan di mesjid saat waktu shalat tiba, bahkan saat subuh dia lah yang akan datang awal bersama para ustadz dan imam.

REVANYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang