15. Kabar

1.5K 89 1
                                    

Laki-laki berpakaian santai itu berdiri di hadapan jendela kamar yang menampilkan gelapnya malam dan hujan yang membuat hawa sekita terasa dingin, meninggalkan embun yang memenuhi jendela, membuat semua hal di luar sana terlihat memburam.

Hembusan nafas panjang yang berat ia keluarkan, kedua tangannya tenggelam disaku celana. Raganya memang berada di sini tapi pikirannya tengga berkelana tak tahu ara.

Terlalu banyak yang Ravan pikirkan, dua hari berlalu namun belum juga ia mendapatkan kabar tentang hilangnya pak Jaka, seluruh anggota AREKX mencari tanpa henti, namun tak ada satupun petunjuk, dan Ravan dengan segala hal yang menuhi pikulan pundaknya terus tanpa henti juga mencari.

Ia baru pulang sekitar sore tadi karena mendapatkan telfon bahwa Reva menangis tidak seperti biasanya, bayi itu tidak ingin berhenti menangis, seperti merasakan sesuatu yang membuatnya cemas tapi itu semua tidak dimengerti Ravan.

Belum lagi banyaknya hal yang melayang dipikiran nya, sebentar lagi sekolah akan mengadakan pergantia osis, yang jelas membuatnya sibuk juga, belum lagi perusahaan peninggalan sang kakek yang sedang mengalami kendala.

Semua hal itu berputar dikepala Ravan membuat benaknya lelah, penuh dengan hal yang entah sampai di mana akan selesai.

Ravan memijat pelipisnya dengan mata terpejam, pria berkaos putih itu lantas menoleh ke belakang, di mana seorang bayi tertidur pulas setelah mungkin lelah menangis. Ravan berjalan pelan mendekati sang putri kecilnya.

Elusan halus Reva dapat kan sebelum kecupan sayang juga mendarat di keningnya yang tertidur tanpa merasa terganggu.

Ravan berpindah menggenggaman tangan mungil yang hanya bisa menggenggaman satu jarinya saja. Rasanya masih seperti mimpi yang sulit dipercaya meski berulang kali terjadi, bayi malang yang ia temukan ditengah dinginnya malam itu kini menjadi bagian penting di hidupnya. Revanya alaska sungguh hadir di hidup nya. Menjadi penyemangat nya saat letih, Berkali-kali Ravan berterimakasih pada Tuhan karena telah mengirimkan malaikat kecil yang kini menjadi bagian penting di hidupnya.

Beberapa saat diam menatap pada Reva, tiba-tiba saja atensi Ravan teralihkan saat melihat ponselnya yang berada diatas nakas terlihat menyala menandakan ada notifikasi pesan yang masuk.

Lantas Ravan segera bangkit mengambil ponsel itu, dan melihat ada pesan masuk dari nomor tak di kenal.

Ravan mengeryit saat ia melihat isi pesan itu yang membuatnya langsung membulatkan mata.

08******

Ini saya pak Jaka, saya sudah kembali ke desa jangan cari saya lagi, terima kasih Ravan.

Seperti itu lah sekiranya pesa yang katanya dari pak Jaka. Ravan langsung menelfon ke nomor itu usai membaca pesan yang terasa aneh.

Satu kali panggilan nomor itu tidak aktif, dua kali panggilan pun sama, hingga saat Ravan menelfon yang ketiga kali lnya pun sama juga tidak ada jawaban.

Kemana pak jaka, mengapa tiba-tiba dia mengirin pesan dari nomor yang berbeda dan mengatakan bahwa dia sudah kembali kedesa, tapi gadis tempo hari mengatakan bahwa pak jaka diseret paksa oleh beberapa preman lalu kemudian dibawa dengan mobil hitam.

Ravan memijat pelipisnya dengan frustrasi.

"Hhhhh. " Kembali menghembuskan nafas... Lelah.

------

Satu hal yang membuat si ketua osis yang akan segera lengser jabatan itu bingung hari ini, ke empat kurcacing yang biasanya selalu bersamanya hilang kabar pagi ini.

Tak tahu pasti, tapi tadi saat Ravan menelfon, ponsel mereka ada yang tidak aktif ada juga yang tidak di angkat, entah kemana mereka hingga kompak menghilang.

REVANYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang