Cittt...
Kursi di samping Ravan berdecit karena seseorang menariknya hendak duduk. Membuat Ravan yang tadinya menelungkup kana wajahnya di atas meja kantin kini mendongak, mendapati Rayas yang menaruh satu kaleng cola tepat di depannya.
"Anya rewel semalem? " Pria berperawakan tinggi itu menempatkan tubuhnya pada kursi di samping Ravan berikut dengan pertanyaan yang ia berika.
Ravan menegapkan tubuhnya, mata pria itu sudah mulai terlihat lebih segar dari pada saat jam pelajaran pertama tadi. Lalu mengulurkan tangan mengambil satu kaleng cola di hadapannya kemudian membukanya.
"Namanya, bayi Ray. Pasti rewel." Jawab Ravan untuk pertanyaan Rayas tadi.
Rayas hanya menganguk sekejap lalu kembali menegak cola ditangannya begitu pun dengan Ravan.
Seperti biasa Ravan yang dulu selalu terlihat segar setiap pagi kini mulai terlihat lelah, jadwalnya yang padat kini harus bertambah dengan ke hadiran Reva juga perusahaan peninggalan sang kakek yang sekarang mulai harus ia kelolah, itu semua melelahkan tentunya. Belum lagi nanti ia akan sangat sibuk karena pergantian osisi, setidaknya sebentar lagi dia tidak harus mengurus tugas osisi dengan begitu dia memiliki banyak waktu untuk fokus pada pelajarannya karena sebentar lagi dia akan melakukan ujian akhir kelulus.
Obrolan singkat antara dua pria itu berakhir saat tak lagi ada yang terlalu penting untuk dibahasa.
Suasa sekolah semakin ramai saat para murid mulai berdatangan, memenuhi antrian lalu ikut bergabung dimeja kantin. Di luar kantin pun semua berlalu lalang tanpa henti dengan aktivitasnya Masing-masing. Bel istirahat pertama sudah berbunyi sekitar beberapa menit yang lalu, jadi wajar jika sangat ramai.
"WOI LO PADA!" Sedikit terkejut namun kedua pria dengan nama awalan R itu bisa menyembunyikan raut keterkejutan saat Ales datang dengan meyapa yang tidak santai.
"Hmm. "
"Ngelamun bae. " Ales mendudukan dirinya dikursi yang berada di hadapan Rayas.
"Gak ada yang ngelamun." Elak Ravan karena yang memang tidak, mereka hanya tak punya hal yang harus di bicarakan tadi.
Ales mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru kantin, untuk mencari ke beradaan dua kurcacing yang sekarang sedang berteman baik itu.
"Gana sama Aza di mana?" Karena tak juga menemukan akhirnya Ales memili bertanya saja.
Ravan mengedikkan bahU, " Gue pikir sama Lo."
"Gak sama gue mereka tadi ke-."
"WOI!!. " Seisi kantin langsung menoleh pada si peneriak yang suaranya mengalahkan toak Masjid.
Begitu pun dengan Ravan dan kedua temannya yang menatap ke arah luar kantin lebih tepatnya arah masuk kantin, di mana ke dua mahluk tak tahu malu itu berteriak dengan senyuman lebar yang menyeramkan.
"Panjang umur, baru diomongin." Ales bergumam namun masih bisa di dengar ke-duanya.
Tanpa ada malu sedikit pun , Gana dan Aza melangkah dengan santainya menuju kemeja tiga temannya itu. Ya mereka sekarang sedang akur.
"Dari mana lo berdua? " Pertanyaan Ales menyambut mereka.
"Ada urusan orang penting ya gak Za." Gana menjawab lalu bertos ria dengan Aza. Membuat Ales mencibir.
Mereka akhirnya ikut bergabung duduk disatu meja yang sama tanpa ada yang pergi untuk memesan makanan.
"Btw hari ini kita udah mulai misi kan? " Gana melihat bergantian pada teman-teman nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
REVANYA
Short Story[ SEDANG REVISI ] Menjadi seorang Ayah di saat dirinya belum menikah dan masih dalam status siswa SMA kelas akhir, itu tak pernah terpikirkan oleh seorang RAVAN ALASKA EBRIDA. Namun bayi yang ia temui di tengah dingin dan gelapnya malam membuat sem...