"Pagi Reva. "
Satu kecupan mendarat mulus di pipi tembem bayi cantik itu, dan pelakunya adalah sang ayah, yap Ravan tentunya. Pria itu baru selesai bersiap pagi ini, lengkap dengan seragam sma nya untuk berangkat ke sekolah. Sedangkan Reva bayi itu belum mandi, udara dingin dan bayi itu baru beberapa hari yang lalu sembuh dari flu.
Ravan duduk di kursi meja makan, yang di manah serapan nasi goreng sudah di siapkan bi Ifa di sanah.
Ruang keluarga rumah itu di penuhi mainan si kecil, dengan berbagai warna namun dominan berwarna pink, tentunya dari empat pamannya yang tampan juga ayah tercinta.
Ngomong-ngomong tentang Reva, tak satu pun keluar Ravan yang mengetahuinya, meski bayi itu sudah cukup lama bersama Ravan. Tentu karena Ravan tak memberi tahu keluarganya, lagi pula apa peduli mereka.
Tak menghiraukan beberapa hal yang mengacaukan kepalanya, Ravan langsung saja memakan makanannya dengan tenang, sembari sesekali mengajak bicara Reva yang berada di kereta dorongnya.
Selang beberapa saat, ketika di detik terakhir sarapannya Ravan hampir selesai, bel rumah berbunyi membuat atensi mereka teralihkan dan dengan lucunya Reva juga ikut menoleh meski pun ia tak mengerti, Ravan mengeryit siapa yang datang sepagi ini.
Bi Ifa terlihat berjalan menuju pintu utama rumah itu, dan membuka pintu untuk si tamu tak di undang.
"Morning Semuanya!"
Ravan yang berada di ruang makan nyaris tersedak mendengar suara siapa itu, yang dia sangat hafal suara si tikus kejepit. Bahkan suaranya terdengar menggema.
Sementara di sana bi Ifa hanya bisa tersenyum menyambut, lalu membuka pintu semakin lebar mempersilakan untuk keempat anak laki-laki yang sudah siap dengan seragam sma itu juga, untuk masuk.
"Salam kek masuk ke rumah orang tuh." Tegur Aza menatap dari samping temannya yang sedikit lebih tinggi darinya itu.
"Emang Ravan orang? " Meski bukan dia yang di ajak biacara, tapi bukan Ales namanya jika tidak ikut nimbrung. Apa lagi kali ini komuk bertanya nya sok polos.
Berikutnya si empuh yang tadi berteriak itu menyengir lebar,
"Eh, gue lupa." Katanya membut ketiga pria itu menggelengkan kepala heran."Kenapa gak dari tadi, sebelum gue teriak lo ngomongnya." Katanya kemudian.
"Yeeee, belum juga sepata kata pun kita ngomong, suara lo lebih dulu mendominasi rumah ini. " Seru Ales yang di angguki dengan kesungguhan oleh Aza.
Tak menghiraukan pertengkaran kecil yang akan segera membesar itu, Rayas pria muka datar itu lebih dulu memasuki rumah.
"Assalamu'alaikum." Salam Rayas dengan suara yang sedikit serak, mungkin efek terlalu lama diam.
Ketiga pria tadi menoleh melihat punggung Rayas yang semakin menjauh, meski sempat mencibir karena di abaikan, ketiga pria itu akhirnya ikut menyusul Rayas. Jangan tanya soal bi Ifa, dia hanya menggelengkan kepala melihat tingkah ke apsuran taman-teman majikannya.
"Anya! " Saat baru menginjakkan kaki di ruang makan, Ketiga pria itu langsung berlari menuju Reva, kali ini Gana yang langsung menggendongnya, memberikan kecupan di kedua pipi yang berisi itu.
Sementara Ales, dan Aza tak kala bersemangat untuk mencuri perhatian si kecil.Berbeda dengan Rayas yang sudah duduk berbincang santai ala laki-laki dengan Ravan di meja makan, lalu bi Ifa datang membawakan kopi.
"Soal pak Jaka, gue udah nganterin dia ke salah satu kontrakan yang gak jauh banget dari sinih kemarin bareng mereka. " Tutur Rayas kemudian menyesap kopinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
REVANYA
Short Story[ SEDANG REVISI ] Menjadi seorang Ayah di saat dirinya belum menikah dan masih dalam status siswa SMA kelas akhir, itu tak pernah terpikirkan oleh seorang RAVAN ALASKA EBRIDA. Namun bayi yang ia temui di tengah dingin dan gelapnya malam membuat sem...