Dear DREAM
dream come true in your life🔮
"Heh! Serius?" seruan Haikal sukses membuat member 7 Dream yang berada di dorm menoleh. "Oke. Nanti gue jemput"
📞 "Btw lo lagi dimana? Sama member 7 Dream yang lain engga?"
Javier. Haikal berbalik menatap lima member lain yang memasang wajah, 'kenapa?' 'ada apa?' 'apa ada masalah?'
Laki-laki bermarga Bramasta tersebut kembali menyahut, "Gue di dorm. Bareng yang lain juga"
📞 "Oke. Minta tolong kasih tau, siapapun yang mau nolongin ambil motor gue di parkiran Dufan. Kuncinya gue titipin di pos penjaga, gue udah kasih pesan kok"
"Kalau lo berangkat pake motor, kenapa ke rumah dia engga pake motor juga, ege"
📞 "Gue panik woy! Dia tiba-tiba histeris, terus si Ayana minta gue ikut di mobil, ya udah gue ikut lah"
"Haah ya udah nanti gue sampein. Alamat rumah mereka masih sama engga? Gue otw sekarang"
📞 "Masih, gue tunggu. Thanks Kal"
"Hm" setelah menutup telfon, Haikal menghampiri kelima teman-temannya di sofa. "Gue punya kabar yang agak di luar dugaan" ujar Haikal memulai
"Maksudnya?" Rendy memposisikan badan untuk tegak
"Javier lagi di rumah keluarga Affandra sekarang, bareng Bianca dan keenam saudaranya, dan—tentu aja ada Zara di sana"
"WTF! Kok bisa?" kelima pemuda berujar bersamaan
"Bisa" Haikal memakai jaket yang ia bawa. "Katanya sih dia nolongin salah satu adiknya Bianca pas pingsan di taman, sekarang gue mau jemput dia. Nath, minta tolong ambil motor Javier di Dufan ya. Tuh anak ninggalin motornya di sana, kuncinya ada di pos penjaga"
"Boleh, ada yang mau nemenin gue? Engga mungkin gue berangkat sendirian" sahut Nathan
"Sama gue aja, bang. Sekalian pulang" si anak sultan menjawab
"Oke. Clear ya, gue berangkat duluan" pamit Haikal seraya mengambil kunci mobil dan pergi ke tempat dimana Javier berada
"Tapi ngapain Javier ke Dufan?" Rendy menoleh kearah Mahen yang bersandar
"Pas pulang sekolah, dia bilang diajak ketemuan sama Ayana. Engga tau juga mau ngomong apa, mungkin mereka ketemuan di sana" jawab Mahen sembari mengangkat kedua bahu, tak memperhatikan bagaimana ekspresi Rendy yang berubah seperti—cemburu?
Sementara di posisi Javier. Ia masih betah berada di kamar Joanna, bukan bermaksud untuk lancang tapi Bianca memang menitipkan Joanna kepadanya. Dia bilang orangtua mereka baru akan pulang larut malam, Bianca dan Ayana masih ada urusan bimble yang tidak bisa ditinggalkan, lalu empat adiknya yang lain sedang mempersiapkan makan malam. Pamit dua diantaranya mau pergi belanja lalu sisanya mempersiapkan peralatan memasak.
"Kak Javier" lamunan Javier buyar oleh panggilan gadis yang dia ketahui bernama Zara
"Temen kakak udah sampai" gadis itu berujar dengan nada datar namun sorot mata menampilkan kesedihan. "Kalau engga salah namanya Haikal"
"Oh oke, kalau gitu gue pulang dulu" Javier memakai ranselnya dan sempat menatap Joanna sebelum berani mengelus kepalanya. "Kalau dia nyariin gue, lo bisa suruh dia buat telfon. Ayana punya nomor gue kok. Jangan bolehin dia keluar kalau keadaannya belum sehat, kasihan"
Zara melihat adegan manis tersebut sedikit miris. "Aku usahain"
"Sebenarnya banyak hal yang pengin gue tau dari lo tapi gue rasa sekarang bukan waktu yang tepat" laki-laki itu beranjak dari duduk. "Gue tunggu penjelasan dari lo tentang keanehan di hidup 7 Dream, Zevara"
🔮
Haikal menunggu Javier di ruang tamu yang sama sekali tak berubah sejak awal datang ke sana, segelas jus disajikan oleh seorang gadis manis bernama Melody. Dia mengenalkan dirinya tadi, sebelum meminta si adik memanggil Javier di kamar Joanna.
"Makasih"
"Sama-sama" Melody tersenyum manis, kentara sekali gadis itu mengagumi laki-laki di depannya. "Kal, aku boleh nanya?"
"Hm" Haikal meminum jus yang Melody buat
"Kamu udah punya pacar?"
PRRUFT
Laki-laki itu menyemburkan minumanannya dan tak sengaja mengenai rok yang Melody kenakan. Astaga jantungnya.
"Aaa~ maaf~ harusnya aku engga lancang buat nanya" dengan wajah menyesal, gadis itu mengambil beberapa lembar tissu dan memberikannya kepada Haikal
Kenapa jadi dia yang meminta maaf?
"E-engga apa-apa, malah gue yang harusnya minta maaf udah nyembur lo sembarangan" ungkap Haikal
Melody beralih membersihkan lantai dan rok dengan tissue, ia lirik sekilas laki-laki berkulit sawo matang tersebut lalu tersenyum malu.
"Kak Ody" suara Zara membuat Melody merubah raut wajahnya menjadi biasa. Ia tidak mau ketahuan, apalagi Zara pasti akan bercerita pada kakak-kakaknya yang lain
"Kalian mau langsung pulang?" tanya Melody basa-basi
"Iya, udah mau gelap juga. Engga enak sama tetangga" sahut Javier yang sudah berdiri di samping Haikal
"Hm, sekali lagi makasih ya udah bantu antar Joanna"
"Bukan masalah. Kalau ada apa-apa, hubungi gue atau Rendy aja. Nanti—"
"Kalau mau hubungin Haikal gimana?" ups! Melody menutup mulutnya keceplosan, pinter banget sih Dy!
Zara dan Javier menatap dua sejoli itu secara bergantian. "Tinggal minta nomornya. Kal, engga mau tuh kasih nomor lo ke dia?" Javier menggoda Haikal dengan menaik turunkan alisnya
"E-eh engga kok, tadi salah ngomong. Abaikan aja" Melody mengibaskan tangan di depan wajahnya yang memerah. Raut wajah Zara semakin sendu dibuatnya
"Bukan masalah, asal jangan disebarin ke orang lain aja" Haikal mengulurkan tangan meminta ponsel si gadis
"Janji!!" kembali Melody tidak bisa mengontrol mulutnya, padahal ia ingin terlihat biasa saja
🎶 Bersinar pada hatiku, kau
menyinari hidupku
tak bisa menyembunyikan
cintaku padamu 🎶Suara rington dari ponsel Haikal terdengar. "Gue kasih nama Haikal LIHS di sana" laki-laki itu menyerahkan kembali ponsel Melody
"M-makasih"
"Iya udah, kita pulang dulu ya. Salam buat Bianca sama yang lainnya" Javier dan Haikal berpamitan
Setelah motor Haikal pergi, Melody melompat kesenangan sambil menciumi ponselnya. Sudah tak peduli bagaimana ekspresi Zara atau dia yang akan bercerita kepada saudara-saudaranya. Masih dengan senyum terkembang, Melody mencari kontak Haikal.
"Aku rename sedikit engga apa-apa kan?"
📱 My Sunshine Haikal ♥
🎞
TO BE CONTINUED
KAMU SEDANG MEMBACA
FROM DREAM SHOW #1 - Dear DREAM
Novela JuvenilLihat bagaimana panggung pertunjukan ini akan berjalan, melewati dimensi dimana hal yang mungkin terlihat kurang masuk akal, menjadi suatu hal yang wajar. *** Cerita ini memiliki alur yang panjang, tentang keluarga Affandra dan 7 laki-laki yang haru...