Lihat bagaimana panggung pertunjukan ini akan berjalan, melewati dimensi dimana hal yang mungkin terlihat kurang masuk akal, menjadi suatu hal yang wajar.
***
Cerita ini memiliki alur yang panjang, tentang keluarga Affandra dan 7 laki-laki yang haru...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Dear DREAM dream come true in your life
🔮
CKREK
"Udah gambar ke berapa?"
"Astaga" Felicia sontak menurunkan kameranya ketika wajah Nathan tiba-tiba muncul di lensa. "Kaget Nathan"
Yang menerima teguran menggaruk belakang leher tak gatal. "Maaf. Abisnya lo dipanggil kaga nyahut-nyahut sih" ujar Nathan
"Oh? Lo manggil gue?"
Si laki-laki mengangguk.
"Ya ampun, gue pasti keasikan foto mereka tadi. Sorry"
"Engga apa santai aja. Btw udah ambil foto yang ke berapa?" laki-laki itu mengulang pertanyaannya
"Engga tau, engga ngitungin. Tapi kayanya udah lebih dari 30, lo sendiri kenapa di sini? Kamera lo ditinggal?"
"Gue bawa tripod. Sengaja, biar bisa santai ambil gambar buat tugas" balas Nathan yang membuat Felicia membulatkan mulutnya. "Omong-omong kemarin gue lihat website Williams High School dan nemu postingan akun yang namanya Felicia, itu akun lo bukan? Soalnya gue kaya engga asing sama.. Modelnya"
"Hm? Postingan yang lo lihat foto cewek pake dress putih bukan? Kalau iya berarti bener itu akun gue, karena ada dua Felicia yang ikut ekskul fotografi"
"Ohh.. Terus modelnya.."
Felicia berbalik menatap dua sejoli di sisi lapangan yang sedang bercengkrama.
"Joanna, right?"
Si gadis Affandra mengiyakan.
"Kalau boleh tau, kenapa dia bisa jadi peri kesukaanlo? M-Maksud gue, gimana sama saudara-saudara lo yang lain? Engga ada yang cemburu gitu kalau lo posting dengan caption begitu?"
Felicia terkekeh mendengar pertanyaan Nathan. "Lo lagi kepo Nath?"
Nathan tersenyum samar.
"Well. Mereka engga akan cemburu kok sama Joanna, karena bukan cuma gue tapi bagi keluarga kita, Joanna adalah peri pembawa kebahagiaan. Dia segalanya. Malaikat cantik yang selalu baik sama semua orang"
"Bukan berarti saudara-saudara gue yang lain engga baik, mereka semua baik. Tapi dari waktu yang ada, Joanna selalu lebih dominan tanpa sadar. Bahkan hal sekecil apapun dia perhatikan" Felicia melirik Nathan yang terdiam
"Buat ayah dan bunda, lahirnya Joanna juga merupakan sebuah anugerah. Joanna kecil tadinya udah divonis engga bisa bertahan di kandungan bunda yang lemah, karena—lo tau? Sebenarnya kita lahir hampir barengan. Ayana, Joanna, gue, sama Melody"
"Wait. Jadi waktu itu nyokap lo ngandung kalian berempat sekaligus?" kening Nathan mengkerut
"Iya dan Joanna hampir engga terselamatkan karena posisi leher yang kelilit tali pusar. Seenggaknya itu yang bunda bilang" Felicia melanjutkan ceritanya sembari membidik kearah lapangan. "Sejak itu, ayah sama bunda selalu memperlakukan Joanna spesial. Walaupun ada rasa iri sebelumnya tapi semua sirna dalam satu malam"
"Joanna.. Dia hampir kehilangan nyawanya—lagi, karena nyelametin gue dari kecelakaan bus satu tahun lalu. Sebelumnya dia pernah nolongin kak Bianca yang diceburin ke kolam renang sama temannya, dia tau kak Bi engga bisa berenang. Kalau Ayana sama Melody emang engga terlalu iri sama dia"
"Dan sejak saat itu perasaan iri lo hilang?"
Felicia mengangguk. "Bisa dibilang. Toh sebenarnya dari awal Joanna emang engga suka diperlakukan beda, gue sering nemuin dia nangis setiap ngelihat kita ngerjain pekerjaan rumah sedangkan dia engga. Berkali-kali memohon pun, ayah tetep ngelarang, sampai Beby sama Zara lahir, barulah ayah bolehin Joanna buat ikut ngurus rumah dan mereka."
"Oh ya, Joanna juga orang yang paling peka diantara kita. Jadi sekeras apapun kita coba buat nutupin sesuatu, dia pasti bakal tau" Felicia kembali menatap Nathan. "Itu alasannya kenapa gue anggap dia peri—bahkan sampai saat ini. Gimana? Udah puas?"
Lagi. Nathan menggaruk belakang kepalanya. "Ya. Makasih, Fel"
"Ng~ Omong-omong kenapa tiba-tiba lo tanya gitu? Lo suka sama Joanna?" tanya Felicia penuh kehati-hatian
"Gue rasa engga ada cowok yang engga suka kalau lihat Joanna" celetuk Nathan saat melihat Joanna tersenyum pada Javier yang seperti melemparkan lelucon
"Dia cantik. Dilihat dari fotonya aja udah menarik, pas ketemu langsung Joanna punya aura yang menawan, dia lembut, juga kelihatan pintar. Iya kan?"
Felicia mengangguk menyetujuinya.
"Tapi sayang. Kayanya sahabat gue udah suka dia duluan" Nathan melanjutkan
"Siapa?" kening si gadis mengkerut tipis
"Tuh yang lagi ngobrol sama dia"
"Javier? Dia suka Joanna? Kata siapa?"
Kedua bahu Nathan terangkat. "Feeling aja, gue udah lama kenal Javier. Otomatis gue paham gimana gerak-geriknya kalau suka sama seseorang, terutama perempuan"
"Haha gue emang suka sama Joanna tapi sebagai teman. Kalau lebih, nanti dia susah milih. Joanna kan pasti banyak yang naksir" Nathan bergurau
Felicia mencerna kata-kata yang Nathan ucapkan. Apaiya cuma sebagai teman? Kok rasanya engga percaya?Jelas-jelas muka dia keliatan cemburu pas lihat Javier bercanda sama Joanna.
PUK
Tapi kenapa gue harus penasaran?
"FELI!"
"AWAS!!"
BAKH
🎞
📮 MESSAGE Nah lo, Felicia kenapa? 🙈 Sebenernya mau bikin kisah bagian Nathan–Joanna sampai pacaran tapi aku udah terlanjur srek sama Javier jadinya engga jadi 😅 Nathan, di sini sad boy dulu ya.