BAGIAN 29 : (NOT) JOY

113 16 0
                                    

Dear DREAMdream come true in your life

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dear DREAM
dream come true in your life

🔮

7 Dream memasuki area sekolah sekitar pukul 7.45 AM. Menuju ke parkiran untuk memarkirkan kuda besi dan porches mereka sebelum berjalan menyusuri koridor sekolah yang lumayan ramai.

"I feel like dejavu in this situation. Kalian ngerasa juga engga?" Mahen menatap keenam temannya di belakang

"Engga, gue biasa aja" sahut Haikal

Rendy dan Nathan pun menggeleng pelan, Keivan dan Dikta hanya memasang wajah datar, sementara Javier— "Gue harus ke aula buat simulasi sekarang. Duluan semua" —bocah itu berpamitan menuju aula untuk simulasi olimpiade sains dan matematika

"Haah"

"Cuma perasaan lo aja kali bang. Kayaknya lo lagi banyak pikiran sampe ngerasa begitu" ujar Rendy

"Emang ngaruh?"

"Ya engga tau, gue kan bukan psikolog"

Rasa ingin sekali Haikal membanting sahabatnya. "Tau lah gelap" si laki-laki berkulit sawo matang lebih dulu berjalan meninggalkan teman-temannya

"Yee~ gitu aja pundung sih Kal" teriak Rendy namun tak dihiraukan. "Dasar"

"Bang, kita berdua ke kelas dulu ya. Mau belajar lagi buat ulangan. Yuk, Dik"

"O-oh iya" Dikta meringis sebentar sebelum mengikuti si teman sekelas

Nathan menatap Mahen lalu menepuk punggungnya. "Ke kelas?"

"Duluan aja"

"Jangan ngelamun bang, bentar lagi bel masuk" ingat Rendy sembari berjalan bersama Nathan

Mahen menatap dua punggung tersebut lama, ia juga bingung dengan dirinya. Jadi hanya dia yang merasakan perasaan aneh ini? Tapi kenapa?

"Engga tau, Ka. Bianca engga ngabarin sama sekali, nomornya juga engga aktif"

"Gue jadi khawatir, kalau dia kenapa-kenapa gimana Fra?"

"Hush. Jangan ngomong kaya gitu ah, mending kita doain semoga Bianca baik-baik aja dan cepet balik ke sekolah"

"Aamiin"

Bianca. Mahen menatap dua orang gadis berseragam SMA Kesatuan Bangsa yang sedang berjalan dari cafeteria, apa Mahen mengenal gadis itu? Kenapa namanya terdengar fimiliar?

"Permisi" Laki-laki itu menghentikan langkah dua gadis tadi

"Iya"

"Sorry, gue mau tanya. Nama yang kalian sebutin tadi.. Dia ikut ngewakilin sekolah kalian buat olimpiade sains dan matematika kah?"

"Ya? Eum~ maaf sebelumnya kakak siapa?" salah seorang gadis bertag name Yusika Damaris bertanya

"Gue? Ah kenalin, nama gue—"

"Astaga! Yusika, masa lo engga tau dia? Dia Mahen. Itu loh yang dulu jadi peserta acara Golden Voice ngewakilin LIHS, bahkan dia jadi juara 1 nya. Leader 7 Dream" gadis lain bertag name Afra Yuliana menyahut

"Astaga, serius? Cowok populer itu?"

Mahen tersenyum canggung.

"Ahh maaf kak, aku baru pertama kali lihat muka kak Mahen secara langsung. Sumpah malu banget!! Untung Herin engga jadi ikut. Kalau ikut, pasti udah diketawain abis-abisan gue" malu si gadis

"Engga apa-apa, santai aja. By the way, boleh dijawab pertanyaan gue?"

"Oh boleh-boleh. Tadi tanya apa kak?"

"Itu.. nama yang kalian bicarain. Apa dia juga ikut simulasi olimpiade sains dan matematika? Bianca.. Affandra?" Entah darimana Mahen dapat kelanjutan namanya

"Affandra?" gadis bernama Yusika menoleh kepada Afra

"Kalau Bianca yang tadi kita omongin nama belakangnya Atmawijaya, kak. Bianca Atmawijaya. Dia temen sekelas kita dan emang ikut simulasi olimpiade, seharusnya. Tapi sayang udah seminggu ini dia engga ke sekolah, jadi posisinya diganti sama dia, Yusika"

"Diganti? Terus kalian tau engga dia kemana?"

Mereka berdua menggeleng. "Engga. Kita udah coba ngehubungin dia tapi nomornya engga aktif. Di sosial media juga engga online. Mungkin kakak bisa tanya ke guru kita kalau emang mau tau lebih lanjut tentang Bianca, karena cuma guru kita yang katanya udah pernah berhubungan sama orangtua dia" ujar Afra

"Kalian engga coba ke rumahnya?"

"Bianca belum pernah ngajak kita ke sana, jadi kita belum tau rumah dia dimana"

"O-oh okay, thanks buat infonya. Sorry ganggu kalian"

"Sama-sama kak" dua gadis itu meninggalkan Mahen menuju kerumunan siswa-siswi Kesatuan Bangsa

Mahen berpikir keras. "Bianca Affandra.. kenapa tiba-tiba gue ngerasa pernah ketemu sama cewek dengan nama itu di sekolah? Di sini, pakai seragam kaya dua cewek tadi. Tapi mereka bilang nama belakang cewek itu Atmawijaya bukan Affandra, sebenarnya dia itu siapa?"
______________________________________

"Excuse me"

"Kalian ngelihat kertas warna pink jatuh di lantai engga? Kertasnya engga terlalu besar hmm bahkan bisa dibilang lumayan kecil, tulisannya bubble gum"

"Bianca"

"Ya?"

"Pulang sekolah.. Lo ada waktu? G-gue mau ngomongin sesuatu"

Bianca mengerutkan kening, namun segera mengangguk. "Of course, gue tunggu di kantin selepas simulasi sesi kedua"
______________________________________

"Akh" Mahen merasakan sakit kepala ketika bayangan tersebut lewat, tepat sedetik sebelum bel sekolah dibunyikan. "Sialan. Gue harus tanya yang lain pas istirahat"

🔮

BRUK

"Keivan"

Keivan yang akan keluar dari ruang seni budaya menoleh kearah teman sekelasnya, Laura.

"Buku catetan lo jatuh" gadis berlesung pipi itu memberikan buku bersampul coklat

"Oh ya, makasih"

"Sama-sama. Gue duluan"

Keivan mengangguk sembari memperhatikan buku miliknya yang terbuka pada sebuah halaman. "Halaman 12? Perasaan gue terakhir nulis di halaman 11" dengan penasaran ia buka lebar buku tersebut

Ah. Tidak hanya satu tapi ada dua halaman yang terisi sekaligus. "31 Agustus?" Keivan menatap jam tangannya yang terdapat kalender

"Sekarang baru tanggal 25, kenapa gue nulis tanggal 31? Apa gue salah nulis? Tapi masa jauh banget"

"Woy Van, mau makan siang engga?" panggilan Dikta dari luar membuyarkan lamunan si laki-laki sipit

"Iya sebentar" Keivan menutup buku catatannya, mungkin gue yang salah nulis tanggal—tapi akhir-akhir ini gue kan engga buka buku catatan. Kalau member lain yang nulis, engga mungkin mereka nyantumin nama gue. Buat apa juga?

"Lo kenapa?" tanya Dikta ketika Keivan menghampiri dia dengan tampang bingung

"Hah? Engga, kita ke kantin sekarang. Gue mau nyari bang Mahen sama yang lain juga, ada sesuatu yang pengin gue curhatin" ujarnya

"Wee tumben lo curhat sama mereka, biasanya sama gue aja"

"Emang temen gue cuma lo doang? Udah yuk buruan" tanpa persetujuan, Keivan menarik dasi Dikta menuju kelas, mereka menyimpan dulu buku pelajaran sebelum pergi ke kantin dan menemui member 7 Dream yang lain

🎞

TO BE CONTINUED

FROM DREAM SHOW #1 - Dear DREAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang