28. -end

1.3K 95 12
                                    

Di salah satu rumah, kini terjadi beberapa pertengkaran. pertengkaran itu tidak hanya beradu bicara, beradu argument. tetapi bermain tangan.

Wanita yang sudah pasrah akan tindak seseorang yang ia cintai dan sayangi, terdiam di sana dengan tubuh lemahnya.

Sedangkan pemuda lain yang enggan untuk membantu, ia hanya melihat semua yang ayahnya lakukan dengan sebatang rokok yang ia himpit di kedua jarinya.

"Aku, sudah muak dengan semuanya. Kau sama seperti dahulu, lemah, tidak berdaya, bahkan hanya pasrah saat ini." Pria paruh baya menunjuk wajah istri nya sendiri, dengan kilat marah yang terlihat pada wajahnya.

"Aku diam saja bukan berarti aku ini lemah, aku ini tidak berdaya. Aku menghargai semua yang ada pada dirimu. Aku menerima semua kekurangan mu, sedangkan dirimu? Sebaliknya daripada aku. Jika kau lelah, dan akupun sudah lebih lelah darimu. Sudahi ini semua. Tindakan mu adalah tindakan penganiyayaan. Tetapi tenang saja, aku berbaik hati, dan tidak akan melaporkan semua kelakuan mu kepada hukum." Yura. Ya. Wanita itu Yura, ibu dari jeon jungkook. Ia sudah menangis tersedu-sedu.

Makian, pukulan bahkan ucapan yang begitu menyakitkan selalu Yura terima. Semenjak jungkook hilang tanpa kabar beberapa hari ini, ia lebih sering menjadi sasaran kemarahan sang suami.

Yura sudah menyerah. Memang sejak awal ialah yang salah. Jungkook menjauhi dirinya karena ia juga merasa tersiksa akan pilih nya.

Yura menatap suaminya, lalu tersenyum. Menghapus air mata yang mengalir pada kedua pipinya.

"Aku akan pergi, surat perceraian akan segera ku berikan kepada mu." Yura beranjak dari sana.

Namun, anak tirinya tidak memperbolehkan itu. Ia menghalangi Yura untuk pergi. Pemuda itu masih membutuhkan kasih sayang dari seorang ibu, meskipun hanya ibu sambung.

"Jangan pergi." Ucapnya.

Ia mematikan rokok yang berada di lengannya, lalu membuang kesembarang tempat.

Jackson memegang kedua pundak ibu tirinya, lalu sedikit berjongkok untuk melihat wajah yang terlihat sudah lelah itu.

Ia menghapus air mata yang terus mengalir itu, lalu "aku mohon jangan pergi." Ucapannya lagi, kali ini lebih lirih.

Yura tetap diam. Ia tidak ingin terjerumus kedalam lubang yang sama. Ia juga tidak ingin terluka untuk kesekian kalinya.

"Ibu, ku mohon. Maafkan aku dan ayah." Lagi. Namun yura tidak mengubis ucapan anak tirinya. Ia tetap diam.

Prang!!!

Bunyi benda jatuh dan pecah terdengar. Itu ulah Jendra. Ia kesal melihat anaknya tidak memperbolehkan Yura untuk pergi.

Wanita itu tidak pantas untuk nya. Ia tidak ingin putra satu satunya tinggal dengan wanita lemah itu. Tidak ingin!

"Berhentilah bodoh! Kau membujuk wanita itu? Tidak ada gunanya. Aku bisa mencarikan mu ibu yang lebih tangguh darinya! Berhentilah memohon!" Jendra mengacak rambutnya frustasi.

Yura tersenyum. Ia berjalan kembali, mengabaikan Jackson yang kini tengah bertengkar dengan ayahnya sendiri.

Yura mengambil baju yang hendak ia bawa. Lalu pergi dari rumah itu. Tentu tanpa arah.

.

Sudah lama ia berjalan, bahkan sekarang sudah mulai malam. Namun ia terus saja berjalan tanpa arah.

Hati, tubuh, batin nya sakit. Sangat sakit. Jadi, selama ini ia bertahan dengan seorang pria yang tidak sama sekali mencintai nya, tidak benar-benar mencintai nya.

Jeon. (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang