Bukaan 2 (4) - The Lost One and The Chosen One

124 15 0
                                    


"Heh! Ngapain lo!" Adel menepis sayap Bo yang menyelimuti bahunya seraya bangkit dengan gusar, hingga kursinya nyaris terjungkal. "Jangan deket-deket!"

"Mm ... maaf, Adel, tapi kamu sepertinya sedang bersedih, jadi aku–"

"Nggak usah sok tahu!"

"Ibu yang mengandung bayi tidak boleh bersedih, nanti bayinya juga ikut sedih," Bo tampak merapatkan kedua sayapnya ke tubuhnya sendiri, lalu melakukan gerakan seolah menimang gendongannya.

"Gue nggak lagi hamil, heh, Bo–Lot!" Adel menudingkan telunjuknya.

"Tapi aku membawa ruh bayi milikmu sedari kemarin," Bo menunjukkan buntalan di depan dadanya, "Tolong segera terima ruh ini, Adel. Kasihanilah kami. Aku lelah dan ruh bayi ini perlu rumah secepatnya."

Adel hendak menumpahkan amarahnya lagi pada Bo, tetapi ia sadar beberapa pasang mata terarah padanya dengan keheranan karena ia marah-marah sendirian. Jadi perempuan itu memilih angkat kaki tanpa mengindahkan panggilan Bo.

"Adel mau ke mana? Jangan pergi lagi!"

"Di perut gue nggak ada janinnya, Bo. Lo salah orang!" sahut Adel di sela langkahnya meninggalkan kafetaria.

"Mungkin kamu yang belum sadar di dalam rahimmu ada calon bayi?" Bo masih bersikeras, "Terkadang kondisinya bisa saja demikian, bukan?"

Adel menghentikan langkah. Ia mengembuskan napas keras-keras lalu berbalik menghadap Bo yang terbang rendah di sampingnya.

"Kalo gue bisa buktiin gue nggak hamil, lo pergi secepatnya dari gue!"

"Eh? Tapi–"

Sebelum Bo melanjutkan bicaranya, Adel berbelok arah menuju ke instalasi farmasi. Di bagian layanan nonresep, perempuan itu meminta diambilkan beberapa merek dan jenis test pack. Ada yang berbentuk lembaran strip biasa, jenis compact berbahan plastik, sampai yang bertipe digital. Penjaga kasir farmasi yang melayani pembelian Adel memandang dengan tatapan penuh selidik. Mungkin dikiranya sang pembeli sudah teramat desperate.

"Apa itu, Adel?"

Seperti sebelumnya, Bo muncul begitu saja setelah sempat menghilang saat Adel mengunjungi apotek tadi.

"Ini alat tes kehamilan. Gue hamil apa enggak, bisa dibuktiin pake alat ini."

Adel lanjut berjalan ke arah toilet pengunjung rumah sakit. Di depan pintu toilet wanita, ia menahan Bo.

"Lo tunggu di luar, Bo. Ini toilet perempuan. Khusus manusia. Binatang dilarang masuk!"

Adel melangkah ke balik pintu kamar kecil dan mendapati area yang sepi di bagian dalam. Di sisi kirinya terdapat tiga bilik kloset, sementara cermin dan wastafel berada di sebelah kanan. Ia tak langsung masuk ke salah satu bilik, tetapi berdiri sejenak di depan cermin wastafel dan mengeluarkan test pack yang dibelinya tadi dari plastik belanja.

Oh, God, this is ridiculous! Gue baru aja diberhentiin sementara dari kerjaan, terus sekarang tiba-tiba dituduh hamil. What is happening with me? Is this even freaking real? Adel menggeleng-gelengkan kepala. I'm not even married yet. Gue masih single kan? Happily freaking single! Kenapa juga mesti buktiin sampai segininya sih?

Mendengar batinnya mengucapkan kata "single", Adel malah terngiang-ngiang lagi ucapan Ibuk beberapa saat lalu.

"Adel, sejak awal Ibuk tahu kamu tertarik menjadi seorang doula dengan status lajang, belum menikah, apalagi belum pernah hamil dan melahirkan, itu sama sekali nggak masalah bagi Ibuk. Kamu juga pasti ingat kan, Wendy Freed, seseorang yang didaulat sebagai doula pertama di dunia, ketika beliau memulai cikal bakal pekerjaan seorang doula, di sekitar tahun 1973, usianya masih 19 tahun dengan status single, tapi dia punya motivasi dan empati yang besar untuk mendampingi perjuangan ibu hamil di bangsal rumah sakitnya di Guatemala kala itu. Sama seperti kamu, yang Ibuk lihat kamu punya strong will itu. Tapi, seiring waktu, berbagai kendala muncul sampai puncaknya di kasus Ingka kemarin. Ibuk mulai berpikir apa ini semua bersumber dari kondisi dan statusmu yang masih single itu. Karena kamu nggak pernah menginjak sol sepatu yang sama dengan para klien kamu, jadi kamu nggak betul-betul paham bagaimana struggling-nya mereka. Membuat kamu cenderung loss of empathy dan menggampangkan kondisi mereka ...."

Baby-To-BeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang