Bukaan 4 (4) - On the Verge of Parting

88 13 0
                                    


"Doula Adel? Ada yang mau aku obrolin. Boleh ya? Sebentar aja, please ...."

"Duh, Yesh," Adel menyampirkan sebelah tangannya di atas pintu mobil yang terbuka, "Aku lagi ada sesuatu yang harus dikerjain nih."

"Yah, gitu ya? Sekarang banget?" Ayesha memasang raut memelas seraya memajukan bibirnya yang mengilap dipulas lip tint merah muda. "Aku janji nggak lama-lama kok. Kita ngobrol di kafe itu yang deket, nggak usah jauh-jauh."

Tatapan Adel mengikuti arah telunjuk Ayesha. Ia menunjuk ke sebuah kafe yang masih berada di deretan pertokoan seberang Pet Story. Adel pernah mampir ke sana. Hazelnut latte dan cheese croissant-nya juara sih, but she's in the middle of something, right?

"Aku yang traktir deh," rayu Ayesha lagi.

"Bukan gitu, Yesh–"

"Aku butuh seseorang buat ngobrol ...." Ayesha melancarkan jurus puppy eyes sembari mengelus lembut perutnya.

Tsk! Adel berdecak dalam hati. Wanita di hadapannya sungguh tahu titik kelemahan Adel sebagai seorang doula terletak pada menyaksikan ibu hamil berjalan-jalan sendirian dan mengeluh perlu teman bicara. Mana tega?

Dengan satu entakan, Adel menutup pintu Yarisnya. Perempuan itu tak mengangguk, tetapi tak juga menolak ketika akhirnya digiring Ayesha ke tempat yang dimaksud.

*

Aktivitas kafe di Senin siang kala itu, berbeda cukup signifikan dibanding akhir pekan. Hanya tampak beberapa pengunjung yang rata-rata pekerja kantoran. Terlihat dari name tag karyawan yang mengalungi leher mereka.

Seorang waiter mempersilakan Ayesha memilih tempat duduk. Adel menyarankan agar menempati area berbangku sofa. Namun, Ayesha bersikeras ingin duduk di lantai atas, dengan alasan mencari spot yang lebih private.

"Kuat naik tangga?" tanya Adel.

"Kuat kok. Lagian nggak jauh kan cuma ke atas situ aja," Ayesha mengangguk pasti.

Alhasil, sepanjang langkahnya menaiki tangga, Adel membantu memegangi lengan Ayesha dan menjaga punggungnya dari belakang. Ternyata benar, hanya ada mereka berdua yang menempati lantai atas. Ayesha memilih kursi dan meja tepat di pinggir balkon, dengan pemandangan langsung ke jalanan depan kafe.

"Gimana kabarnya? Sehat-sehat?" Adel yang lebih dulu bertanya. Ia menunggu Ayesha duduk lalu menyerahkan satu bantal kursi untuk diletakkan di belakang punggung wanita itu.

"Thanks," Ayesha tersenyum, "Baik-baik, lumayan. Doula Adel gimana?"

Adel merasa ada yang mengganjal mendengar panggilan "doula" di depan namanya, juga sapaan ber-aku-kamu yang biasanya hanya ia pakai saat bersama para kliennya di Little Miracle.

"Panggil nama aja," sahutnya kemudian. "Kita santai aja lah ya. Gue lagi nggak on duty juga."

"Iya ...." jawab Ayesha, tampak menyimpan sesuatu yang ingin diungkapkan sehubungan pernyataan Adel barusan. Namun, percakapan itu tertunda saat waiter datang menyodorkan buku menu.

"Hmm, any suggestions?" gumam Ayesha sambil membolak-balik halaman.

"Mau main course apa yang ringan aja?"

"Aku belum makan siang sih."

"Ya udah. Beef steak aja ya. Buat asupan zat besi lo. Sama mango juice, paling recommended."

"Emang aku boleh makan steak, Del?"

"Boleh asal dijamin well done ya."

Ayesha mengacungkan jempolnya tanda setuju, sementara Adel memilih menu favoritnya cheese croissant dan hazelnut latte. Setelah sang waiter mencatat semua pesanan dan berlalu meninggalkan meja, Adel dan Ayesha pun melanjutkan pembicaraan.

Baby-To-BeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang