AAAHHH!
Tubuh Adel terus merosot tertarik gravitasi. Sekian detik pertama teriakannya panjang membahana. Namun, detik berikutnya suara Adel tercekat di tenggorokan. Seperti mendapat tekanan yang membuat otot leher menegang. Ditambah lagi sensasi rongga dada yang seolah melompong karena jantungnya melompat ke arah perut.
Sesaat ia mencoba membuka mata yang terpejam. Di antara sapuan kabut yang menyaput penglihatan, samar-samar Adel menangkap keberadaan sulur-sulur pohon menjuntai. Adel merentangkan lengannya, berusaha menjangkau. Jemarinya berhasil menyentuh permukaan sulur terdekat. Namun, belum sempat menggenggam erat, Adel merasa punggungnya makin tersedot jauh ke bawah.
Perempuan itu menggeram pasrah. Mulutnya terkatup rapat dengan deretan gigi saling melekat. Adel menutup kembali kelopak matanya. Ia memilih berserah diri akan apa yang terjadi. Hingga mendadak ia merasa tubuhnya terlilit tali-temali yang mengikat dan menahannya sebelum jatuh terhempas.
Adel kini bergelantungan dalam posisi terbalik. Sulur-sulur pohon tadi lah yang memerangkap tubuhnya. Napasnya tersengal-sengal. Keringat dingin membasahi sekujur tubuh dan tetesan peluh mengalir di sepanjang pelipisnya.
Setelah menenangkan diri beberapa saat, Adel mencoba mengeluarkan suaranya.
"Bo!" panggilnya.
Tak ada jawaban. Hanya desau angin yang berbisik di telinga perempuan itu.
Pelan-pelan Adel berusaha melepaskan diri dari jeratan sulur-sulur pohon yang mengikat tubuhnya. Namun, ikatannya tak melonggar sedikit pun. Ia pun mulai meronta-ronta sekuat tenaga. Sampai kemudian terdengar suara berderak seperti kayu yang retak. Adel menghentikan gerakan tubuhnya. Ia tersadar bunyi itu berasal dari bagian atas sulur pohon. Oh tidak, gantungan itu sepertinya tak sanggup menahan beban tubuhnya.
Adel mulai bergerak kembali. Kali ini ia berusaha membungkukkan tubuhnya. Bagaimanapun caranya, ia mesti berhasil meraih sulur lain sebelum dirinya terjatuh lagi entah seberapa jauh. Sayang, bunyi berderak tadi makin kencang memekakkan telinga. Dalam sekejap, sulur pohon yang menjerat Adel langsung putus seketika itu juga.
Sempat mengira dirinya akan meluncur jauh, nyatanya badan Adel segera berdebum ke atas permukaan tanah. Ajaibnya, begitu menubruk tanah, jalinan sulur di tubuh Adel juga ikut terlepas. Kini perempuan itu harus berjuang mencari penahan agar dirinya tak terus menggelinding sepanjang dataran bukit yang menurun.
Kedua tangan Adel menggapai-gapai ke segala arah. Namun, percuma. Tangannya justru tergesek-gesek sepanjang permukaan tanah. Permukaan yang tertutupi rumput jarang-jarang dan terasa lembap. Sampai akhirnya Adel melihat bukit menurun ini berujung ke arah sebuah danau. Baiklah, apakah setelah ini dirinya akan tenggelam ke dalam air?
Adel bersiap menahan napas dan memejamkan mata. Akan tetapi, tiba-tiba sekelebat bayangan menarik tubuhnya ke atas. Sebuah paruh besar dan kokoh tampak mencapit kerah bajunya dan mengangkatnya menjauh dari sisi danau. Adel kini melayang-layang hingga sesaat kemudian kembali diturunkan ke permukaan tanah. Ke tempat yang cukup aman di bagian bawah pohon. Akar-akar besarnya yang mencuat bisa dijadikan sandaran.
Tadinya Adel mengira, paruh yang menyelamatkannya barusan adalah milik Bo. Namun, ia melihat Bo tengah berdiri memandanginya saat ia baru mendarat dengan napas terengah-engah. Jadi siapa makhluk tadi?
"Apa kamu baik-baik saja, Adel?" tanya Bo dengan raut khawatir.
Namun, perempuan itu telanjur kesal mendengarnya.
"Hah? Menurut lo?" semprotnya, seraya meringis karena sekujur tubuhnya terasa perih dan nyut-nyutan.
"Lo ngapain sih, Bo? Ini di mana lagi?" lanjut Adel. Ia mengedarkan pandangan dan mendapati suasana yang berbeda dari saat di sarang atas pohon tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby-To-Be
FantasyMeski berprofesi sebagai birth doula, Adelia sendiri tak pernah ingin menjalani kehamilan. Pengalaman buruk keluarganya di masa lalu membuat Adel menganggap dirinya akan turut mewarisi kegagalan yang sama. Sampai kemudian, Adel didatangi Bo, seekor...
