Malam hadir diiringi cuaca yang terbilang cerah. Adel memarkirkan mobil di seberang bangunan yang dindingnya dihiasi lampu-lampu kecil berkelap-kelip. Plang nama tempat itu menampilkan sponsor utama berupa merek salah satu minuman impor beralkohol. Meskipun perempuan itu tahu pasti di dalam sana tersedia banyak minuman sejenis yang bisa menghapuskan dahaganya, minuman yang mampu membuatnya melupakan keluh kesah sejenak, Adel tak pernah mau menginjakkan kaki ke dalam diskotek yang terlalu sesak pengunjung dan penuh ingar-bingar. Apalagi para pengunjung diskotek ini mayoritas adalah pria hidung belang yang sengaja datang untuk mencari wanita penghibur.
Jadi untuk apa ia datang ke tempat ini?
Tentu tujuannya masih sama. Walau jelas ia tak bisa mencari langsung ke dalam sana, untuk apa memiliki rekan perjalanan sesosok makhluk gaib jika tidak dimanfaatkan demi kepentingan seperti ini? Lagi pula, Bo sendiri yang mencetuskan gagasan bahwa tak semua calon pemilik bayi adalah orang baik. Maka Adel memaksanya menyusup ke dalam sana dan mencari sendiri tangkapan sinyal yang sesuai dengan radarnya. Adel berpendapat, pasti banyak benih-benih disebar sembarangan di dalam sana. Sesekali bangau payah itu harus dipaksa berusaha sendiri mencari targetnya.
Sambil menunggu, Adel menyandarkan kepala ke kaca jendela di sisi kanannya. Pandangannya tertuju ke arah pintu masuk diskotek. Beberapa orang tampak lalu-lalang. Ada yang berjalan masuk. Ada yang melangkah keluar. Seorang pria gundul bertubuh tambun merangkul pundak seorang wanita berbadan sintal. Tiba-tiba saja wujud pria itu berubah-ubah menjadi beberapa sosok yang Adel kenal. Beberapa suami klien yang pernah ia dampingi, termasuk Dyon. Saat Adel mengerjapkan mata, sosok itu berganti menjadi seorang Bangke. Membuatnya mengepalkan tangan, ingin segera turun dari mobil dan melayangkan satu bogem mentah ke rahangnya. Namun, hasrat itu sirna ketika pria tadi menolehkan kepalanya dan yang Adel lihat adalah paras seorang Gian. Apa Gian pernah bekerja di tempat seperti ini? Adel merasa dadanya mencelus. Ditambah ketika sosok itu tersenyum dan wajahnya lagi-lagi bertransformasi menjadi seseorang dari masa lalu Adel. Seorang yang pernah dipanggilnya Papa. Adel kecil yang masih polos kala itu, pernah mendengar kasak-kusuk tetangganya tentang Papa yang bertemu dengan pengganti Mama di tempat semacam ini.
Buru-buru Adel membuang muka. Ada gejolak yang mengaduk-aduk isi lambungnya. Perempuan itu merasa mual seketika. Ia membuka lebar jendela dan hampir bersamaan, Bo muncul dan menembus mobil dengan gerakan tergesa-gesa.
"Sebaiknya kita segera pergi dari tempat ini, Adel. Tempat ini tidak baik, Adel. Ayolah, Adel."
Adel menutup kembali jendelanya dan setuju memajukan kendaraannya terlebih dahulu, baru menginterogasi sang bangau.
"Apa kamu lupa aku membawa ruh bayi di dalam sini?" Bo menundukkan paruhnya ke arah gendongan kain yang melekat di depan dadanya. "Di dalam sana terlalu kacau. Banyak asap pekat berbau tak sedap. Suara-suara kencang menggelegar. Manusia-manusia berbicara bahasa kasar. Belum lagi pemandangan tak pantas yang dipertontonkan. Apa kamu mau ruh bayi yang masih murni ini tercemar keburukan bahkan sebelum terlahir ke dunia?"
Adel diam saja mendengar Bo mengutarakan protesnya. Biar saja makhluk itu yang memikirkan sendiri pelajaran apa yang didapatnya. Jelas tak ada yang berhak menjadi pemilik sang ruh bayi di antara orang-orang tak baik, di tempat yang juga tak baik ini.
Adel memutar setirnya menuju ke tikungan. Setelah berbelok, ia menghadapi jalanan yang bersisian dengan rel kereta api. Jika diskotek tadi adalah kandang hewan, maka kini Adel memasuki kebun binatangnya.
Sejauh mata memandang, di sepanjang kiri dan kanan jalan berdiri sosok-sosok wanita berpakaian minim, riasan mencolok, dan gestur tubuh yang sengaja mengundang perhatian. Mereka tampak menunggu siapa saja yang melintas sambil sesekali melambaikan tangan. Ada yang memilih duduk-duduk dan mengecek ponselnya, sampai kemudian sebuah mobil menghampiri dan membawanya pergi ke tempat lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby-To-Be
FantasyMeski berprofesi sebagai birth doula, Adelia sendiri tak pernah ingin menjalani kehamilan. Pengalaman buruk keluarganya di masa lalu membuat Adel menganggap dirinya akan turut mewarisi kegagalan yang sama. Sampai kemudian, Adel didatangi Bo, seekor...