Bukaan 5 (2) - Absurd

95 11 0
                                    


Adel tak pernah suka mengurusi kehidupan orang lain. Di luar pekerjaannya sebagai doula, perempuan itu tak pernah mau ikut campur atau terlibat lebih jauh ke dalam permasalahan para kliennya. Karena satu kisah kesusahan yang sampai ke telinganya, niscaya akan tertinggal dalam pikiran seperti cat di tembok yang sulit dikelupas.

Bukan berarti Adel lantas bersikap apatis atau pun ignorant. Justru ia merasa tersiksa setiap kali jiwanya terpanggil membantu, tetapi kemampuannya terbatas, tak sanggup berbuat hal yang signifikan. Dan perasaan tak berdaya menolong seseorang itu, bagaikan mengulang kegagalannya mencegah kejadian buruk yang menimpa Manda dulu saat kehilangan bayinya.

Itulah mengapa beberapa hari ini benaknya dipenuhi berbagai perkara campur aduk dari mulai nasib Sitta dan Dyon, Mbak Ingka, orang asing yang ditemuinya di rumah sakit, Intan, anak perempuan Pak Tatang, Ayesha, sampai yang terbaru, Bunga. Berulang kali Adel meredam kegelisahan pikirannya sendiri. Setidaknya ia sudah berusaha menenangkan dan memberi dukungan kepada wanita-wanita itu. Meskipun bentuknya hanya lewat kata-kata atau secuil pemberian yang tak berarti besar. Setidaknya ia sudah menunjukkan kepedulian. Semuanya akan baik-baik saja. Toh dirinya bukan nabi yang memiliki mukjizat apalagi Tuhan yang kuasanya tak berbatas.

Di ujung perenungannya, satu hal yang masih tetap membuat Adel keki. Kalau bukan gara-gara bangau ceroboh yang mendatanginya, tentu Adel bisa melalui hari-harinya lebih tenang dan damai. Bukankah Ibuk memintanya menyembuhkan diri sendiri terlebih dahulu sebelum kembali mengabdi pada para klien di Little Miracle? Self-healing. Kalau ia mesti wira-wiri mencari pemilik asli ruh bayi yang tersasar, harus menyelesaikan masalah dan ikut menanggung akibat dari kesalahan orang –tepatnya makhluk– lain, bagaimana caranya ia mau membereskan problemnya sendiri?

Dulu, di masa-masa awal Adel mengikuti pelatihan doula, ia sempat mendapatkan materi tentang bagaimana membantu klien dengan pengalaman post traumatic stress disorder (PTSD) after birth. Kondisi yang juga biasa disingkat birth trauma ini bisa berdampak banyak hal bagi seorang ibu. Mulai dari kesehatan fisik yang memburuk, kondisi emosi tak stabil, sampai kehilangan rasa positif dalam hidup. Hal-hal ini rentan berlanjut pada perubahan perilaku dan hubungan sosial sang ibu. Seringkali wanita yang memiliki birth trauma tidak mampu menjalankan perannya sebagai ibu dengan efektif. Terjadi kerenggangan hubungan kelekatan antara ibu dengan anak, serta hubungan emosi dan seksual istri dengan suaminya. Pada akhirnya, trauma psikologis ini menyebabkan seorang ibu tak ingin lagi memiliki anak.

Jika dikaitkan dengan trauma yang dimiliki Adel, maka luka masa lalunya terhadap sosok seorang pria, membuatnya enggan menjalin hubungan asmara, apalagi sampai ke jenjang pernikahan. Setelah kehilangan sosok ayah yang meninggalkannya saat kecil, Adel tumbuh dengan persepsi bahwa laki-laki hanya akan singgah sementara dan menorehkan kecewa. Meski telah mendampingi klien-klien yang menjalani kehamilan dan persalinan bersama pasangannya, tetap saja Adel masih menganggap seorang pria sejatinya tak ada yang benar-benar baik dan tulus kepada seorang wanita. Hal itu juga yang membuatnya menolak mentah-mentah perasaan Gian kala itu.

Padahal, sebagai doula, Adel belajar bagaimana cara membantu klien dengan birth trauma agar sembuh dan berani menjalani kehamilan berikutnya dengan lebih nyaman dan menyenangkan. Cara "penyembuhan" itu pun kemudian benar-benar Adel praktikkan ketika mendampingi Sitta. Salah satu metode yang ia pelajari ialah komunikasi terapeutik antara doula dan klien. Dimulai dengan membangun kedekatan personal dan kepercayaan antara doula dengan klien, sehingga terjalin komunikasi dan keterbukaan klien untuk menceritakan keluh kesah ataupun kekhawatirannya. Kedekatan ini sangat penting dibangun terlebih dahulu sebelum doula memberikan informasi maupun edukasi dalam rangka mengatasi trauma klien.

Sekarang pertanyaannya, sudahkah Adel benar-benar menjalin kedekatan dan berkomunikasi intens dengan dirinya sendiri? Siapkah ia menghadapi luka masa lalunya? Tak lagi bersembunyi dan menutup-nutupi diri. Mampukah akhirnya Adel berdamai dengan dirinya sendiri?

Baby-To-BeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang