Tanpa memedulikan sekitar, perempuan berpenampilan kuyu itu duduk berselonjor di selasar taman tengah RSIA Soerjati. Tangan kanannya menopang kepala yang lunglai sambil sesekali memijat-mijat dahi, sementara di samping kirinya tergeletak sebotol minuman isotonik yang tersisa setengah.
Sungguh, hal-hal yang terjadi di ruang tunggu tadi betul-betul menyedot tenaganya. Padahal ini baru pencarian pertama di satu tempat, tapi Adel sudah merasa ingin menyerah. Jika ke depannya nanti template yang harus ia jalani sama seperti ini, Adel tak yakin ia mampu bertahan waras sampai misinya tuntas. Bagaimanapun, memaparkan diri kepada berbagai kisah pengalaman orang lain, pergulatan hidup orang lain, sangatlah overwhelming. Adel tahu. Adel paham. Cerita kehamilan seseorang pasti berbeda-beda dengan orang lainnya. Pregnancy is personal. Namun, begitu melihat kenyataannya langsung di depan mata ... ah mungkin Adel memang kurang persiapan. Selama ini para kliennya di Little Miracle masih terbatas pada segelintir pasangan yang berada dalam satu kesetaraan circle.
"Karena kamu nggak pernah menginjak sol sepatu yang sama dengan para klien kamu, jadi kamu nggak betul-betul paham bagaimana struggling-nya mereka."
Kalimat seorang Ibuk mencuat lagi dari lubang-lubang kecil di kotak memori Adel. Ia menarik napasnya dalam-dalam. Berharap udara segar memenuhi rongga dadanya yang kian sesak.
Seandainya nanti gue beneran mengandung janin ruh bayi ini, kisah pergulatan yang manakah yang bakal gue jalani?
Tak jauh dari posisi Adel duduk, tepatnya di pinggir kolam ikan yang dinaungi sebatang pohon dadap merah, seekor bangau berdiri tenang hanya dengan berpijak pada satu kakinya tanpa kehilangan keseimbangan. Beberapa saat yang lalu, dia sempat menjelaskan, sama seperti Adel yang mendudukkan diri dan menenggak minuman dingin, apa yang Bo lakukan adalah juga untuk mengistirahatkan diri. Ujar Bo, dengan berdiri satu kaki, ketika nanti ada bahaya yang tiba-tiba menghampiri, sang bangau bisa lebih mudah bergerak dan lebih cepat terbang dari tempatnya. Selain itu, dengan mengangkat satu kakinya, seekor bangau menunjukkan kelihaian dan kecerdikannya, sementara berdiri dengan dua kaki berpotensi menarik perhatian predator dan menyebabkan mereka lebih mudah dimangsa.
"Bo, Bo, satu-satunya bahaya dan predator yang bisa nyerang elo adalah gue, kalau gue ngedorong lo jatuh ke kolam atau gue beneran nangkep dan ngejual lo ke pasar," komentar Adel tadi, "Lagian elo mau nyombong sebagai lihai dan cerdik ke siapa? Ikan-ikan di kolam?"
Ngomong-ngomong soal ikan di kolam, Adel juga menyadari sesuatu. Hewan yang bernapas lewat insang itu tampak bergerombol di sisi kolam, tepat di bawah kaki Bo, sembari menyembulkan kepala dan memangap-mangapkan mulutnya. Ketika sang bangau mendekatkan paruhnya seolah akan menangkap salah satu dari mereka, serta-merta mereka menghindar dan berenang cepat ke sisi kolam yang lain. Begitu Bo kembali ke posisi tegaknya, ikan-ikan itu kembali mendatanginya seperti sengaja bercanda dan menggoda sang bangau. Aktivitas itu sempat membuat heran beberapa pengunjung yang menemani anak-anaknya melihat ikan di kolam, saking agresifnya pergerakan para penghuni kolam.
Adel sempat ingin menegur Bo, tapi ia mengurungkan niatnya. Ia hanya mengangkat bahu dan memilih mengeluarkan ponsel. Ada seseorang yang lebih perlu ia hubungi. Terutama setelah bertemu banyak pasien wanita di ruang tunggu tadi.
Adel membuka satu nama kontak di ponsel dan menekan tombol sambungan video call.
"Manda?"
"Ya, Del?"
Layar ponsel menampilkan sesosok perempuan dengan latar di sebuah ruang makan.
"Lagi di rumah? Mama di mana?"
"Iya, ini baru sampai, tadi abis nganter pesanan. Mama lagi di kamarnya rebahan sebentar."
"Sehat-sehat kan? Lo masih suka vertigo? Mama kakinya gimana?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Baby-To-Be
FantasyMeski berprofesi sebagai birth doula, Adelia sendiri tak pernah ingin menjalani kehamilan. Pengalaman buruk keluarganya di masa lalu membuat Adel menganggap dirinya akan turut mewarisi kegagalan yang sama. Sampai kemudian, Adel didatangi Bo, seekor...