Bukaan 3 (2) - Let's Get It Started

109 13 0
                                    


Bukaan 3 (2) - Let's Get It Started

Dari mana kita harus memulai pencarian ini?

Adel dan Bo beranjak menuruni tangga darurat sampai ke basement. Di sana terdapat lahan parkir kendaraan bagi para pengunjung rumah sakit. Kalau memang mereka harus berkelana ke jalanan kota di luar sana, tentu Adel mesti mengajak Yaris hitamnya turut serta.

Akan tetapi, untuk sesaat Adel memperlambat langkahnya. Ia memandang Bo dengan tatapan ragu.

"Bentar dulu, Bo. Kalau mau nyari siapa pemilik asli ruh bayi ini, apa jangan-jangan kita harus keliling dunia?"

"Keliling dunia? Mengapa keliling dunia?"

"Ya bukannya kita harus ngedatengin tempat-tempat di setiap penjuru bumi?"

"Oh, tentu tidak, Adel," Bo mengepakkan sayapnya satu kali, "Kita hanya perlu mencari di tempat-tempat sekitarmu saja."

"Tempat-tempat sekitar gue gimana? Kenapa?"

"Sinyal dengan gelombang yang tumpang tindih biasanya saling berdekatan," jelas Bo.

"Wah, jangan-jangan lo harusnya ke rumah tetangga gue kali, Bo."

"Tapi berdekatan itu tak serta-merta diartikan secara fisik yang diam di tempat," Bo menyapukan pandangannya ke arah sekitar. "Bisa juga dekat secara hati, pikiran, perasaan, karena pernah menjalin perkenalan, pertemanan, kekeluargaan. Dalam artian, ada tempat-tempat yang pernah Adel kunjungi, orang-orang yang pernah Adel temui, yang kemudian menjadi dekat dengan dirimu saat ini."

Adel tertegun. Benaknya seketika memvisualisasikan perputaran roda spinner wheel yang diisi nama-nama orang yang Adel kenal dengan baik. Namun, setiap kali roda itu berhenti di sebuah nama, Adel tersadar, dengan banyaknya teman, klien, maupun kenalan Adel di luar sana, ternyata sangat sedikit yang bisa dianggapnya memiliki kedekatan. Setiap mereka hanya Adel izinkan berinteraksi dengannya di luar batas dinding yang ia bangun di sekeliling jiwanya.

"Kayaknya biar adil, selain gue yang kudu mikir, lo juga coba bantu dong, Bo!" sahut Adel, "Coba pikirin ke tempat-tempat mana aja biasanya bangau nganterin ruh bayi, di sekitar sini."

Bo terbang mengitari Adel sebelum kemudian hinggap di atap salah satu mobil yang mereka lewati. Seketika Adel mendengar derit gesekan cakar kaki Bo menggores permukaan cat mengilap milik Mercedes Benz C-Class berwarna putih terang. Ia tersentak saat menyadari area tersebut adalah parkiran khusus dokter.

"Astaga! Awas, Bo!"

"Kenapa, Adel?"

"Ah, tidak ...." Adel mengembuskan napas saat tersadar tak ada kerusakan apapun yang tampak.

"Jadi, gimana, Bo? Lo tahu nggak ke mana aja biasanya bangau-bangau sesama lo pernah nganterin ruh bayi? Mungkin ada ciri-ciri yang rumahnya kayak gimana? Mungkin yang bertingkat dua supaya bangaunya nggak susah masuk? Atau yang lokasinya dekat sungai kah, di pinggir jalan kah, ada pohon di halamannya kah ...."

Bo menggeleng pelan. "Aku tidak tahu pasti. Aku tidak memiliki informasi itu. Setiap bangau tampaknya menuju tempat yang acak sesuai koordinatnya. Lagi pula, ini kali pertamaku bertugas mengantarkan ruh bayi ...."

"Hah? Serius? Ini pertama kali, like, literally bener-bener perdana? Lo sama sekali nggak pernah ngerjain tugas ini sebelumnya, Bo?"

"Kalau dihitung-hitung, mungkin seharusnya aku baru menerima tugas ini sekitar satu atau dua tahun lagi, Adel."

"Lah? Terus? Kok lo bisa kecepetan gini kerjanya? Pantesan aja lo nyasar, Bo! Lo pasti nge-skip jadwal training dan belum dapet sertifikasi nih! Gimana sih!" Adel kembali mencak-mencak sampai jadi pusat perhatian petugas security yang tengah berjaga-jaga. Duh, sungguh banyak sekali hal-hal tentang Bo yang bikin tepok jidat!

Baby-To-BeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang