10. hancur

550 27 0
                                    

warning

banyak typo bertebaran harap kalian bisa memahaminya :')

happy reading.

{>///<}

.
.
.
.
.
.
.

sudah hampir sebulan lebih aku bekerja di kafe pijok yang jarak nya mungkin rada jauh dari rumah tapi itu sudah terbiasa oleh ku.

menjalani hari-hari dengan biasa berangkat pagi mengantar Azka ke sekolah terlebih dahulu dan pulang menjemput nya kembali, semua berjalan dengan lancar tapi semenjak hari terkahir aku berbicara dengan alvin dia sudah tidak terlihat dihadapan ku atau di pandangan ku lagi, entah kenapa itu membuat sedikit cemas?

apa lagi di kafe dan sekitar kampus,biasa nya dia selalu ke kafe hanya sekedar minum atau mengerjakan tugas.

rindu melihat sosok Alvin tapi satu sisi takut dia akan kecewa lagi.

kalo soal Azka syukur lah selama sekolah dia terlihat seneng dan menikmati pelajaran, memiliki teman baik dan guru guru yang menyenangkan cocok untuk Azka, tapi,

saat aku ingin menjemput Azka pasti ada aja ibu ibu yang ngegibahin, enggak papa kalo ibu ibu membicarakan dan menjatuhkan aku tapi jangan sampe azka terkena juga, aku tidak terima kalo anak ku di bicarakan yang tidak tidak, pasti aku tidak akan tinggal diam.

------------

sedang mengelap meja kotor sehabis di pakai oleh pelanggan, langit yang udah menunjukan warna jingga menunjukan kafe sudah tutup beberapa menit yang lalu, bejalan ke tempat cuci piring dan mencuci nya.

"enggak kerasa ya udah sebulan aja kamu kerja" ucap mba Fani senang sambil menaro gelas-gelas ke tempatnya.

aku yang mendengar juga ikutan senang.

"jadi nya aku enggak sendirian lagi kalo kerja, udah ada temen" rada kaget saat mba fani memeluk tubuh ku dari samping dengan kondisi masih nyuci piring tapi enggak papa emang itu sifat nya.

mba fani memiliki sifat yang hangat, menyenangkan dan juga lembut, sikap dewasa yang dimiliki dia paling aku sukai.

di kafe disi hanya memilliki 3 karyawan anema, fani dan satu cowok pak Rendro yang bekerja sebagai administrasi disini, kenapa di panggil pak karena umur nya yang udah 40 tahun di tambah dia punya keluarga jadi jangan heran di panggil 'pak'

tapi dia rada enggak terima kalo di panggil 'pak' katanya

'saya ini masih memiliki jiwa mudah dan juga wajah yang tampan, panggil saya abang aja'

pak rendro memang suka membanggakan diri sendiri sudah menjadi hal biasa.

sudah membereskan kafe dan tidak lupa dengan bagian dapur, aku dan fani sedang mengemasi barang untuk pulang.

"kerja bagus semuanya" suara tepuk tangan datang menghampiri kita, kami pun menatap orang yang berbicara tadi ternyata itu atasan alias pak boos datang menghampiri kita dan diikuti oleh pak rendro di belakang.

"saya sangat bangga memiliki karyawan seperti kalian, karena kalian semua kafe ini selalu rame dan sukses, semoga ke depan nya kafe ini tambah sukses lagi terus bisa bercabang kemana mana" ucap gembira pak Wisnu sang atasan melihat perkembangan kafe yang dia dirikan ini baru beberapa bulan.

pak Wisnu sedikit enggak nyangka kalo kafe ini akan berkembang bagus, dia sudah berpikir negatif, pasti akan sepi di tambah banyak kafe kafe yang terlihat modern dan bagus disekitar sini, eh tapi ternyata takdir mengatakan lalin.

my children but, not my child (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang