17. sakit

494 22 0
                                    

warning

banyak typo bertebaran harap kalian bisa memahaminya :')

happy reading.

{>///<}

.
.
.
.
.
.
.

/beberapa jam yang lalu/

POV ANEMA

Azka secara terus menerus meminta untuk pergi ke maskot beruang, sehingga Anema terpaksa mengizinkannya meski agak kesulitan menghadapi keinginan Azka yang mudah merajuk ketika permintaannya tidak dipenuhi. Namun, sebagai seorang ibu, Anema tetap berusaha keras agar putranya senang.

Setelah makan, kami pun berjalan mendekati maskot beruang yang sedang menawarkan permen lolipop gratis. Terlihat Azka begitu senang ketika berjalan menuju maskot beruang tersebut, sehingga aku hanya bisa menggelengkan kepala. Namun, ada yang aneh di sini; mengapa maskot ini harus berada di toko yang sudah tutup dan sepi dari pengunjung, bukankah lebih baik jika ditempatkan di tempat yang ramai?

Namun, setelah kami sampai di dekat maskot, Azka diberi permen lolipop oleh maskot yang sangat ramah. Ia terlihat sangat senang mendapatkan permen gratis tersebut. Melihat senyum manis pada wajah Azka, aku memutuskan untuk mengambil foto mereka berdua bersama maskot.

Saat memotret, tiba-tiba saja muncul seorang pria yang menjual susu kotak dengan diskon. "Permisi kak susu kotaknya sedang diskon; beli lima dengan harga 10 ribu kak," dikatakannya.

Mengikuti konsep wanita pecinta diskon, Anema mendekati penjual tersebut dan membeli susu kotak sebanyak yang ditawarkan. Namun, tiba-tiba saja Azka berteriak,

"MAMA!!!"

Aku terkejut ketika melihat Azka diangkat oleh maskot beruang dan pergi ke sela-sela tembok antara toko.

Saat mencoba mengejar mereka, tiba-tiba aku merasakan sesuatu yang sangat keras menghantam kepalaku dari belakang sehingga aku langsung terjatuh ke tanah. tidak bisa bergerak dan kepala amat sangat sakit. melihat Azka yang dibawa oleh maskot itu, semua menjadi gelap gulita.

***

Ketika aku mendengar seseorang berbicara, mataku perlahan-lahan terbuka. Saat pertama kali kulihat, seorang wanita paruh baya dan seorang pria tua memandangku dengan tatapan cemas.

Saat ingin bangun dari tidur merasakan kepala masih sangat sakit dan berat, tapi pikiranku masih teringat Azka.

"Kamu tidak apa-apa, Nak?" tanya pria berambut putih menatapku khawatir.

"Azka... di mana dia?" Seruan Azka masih terdengar jelas di pikiranku mengingat saat ia meminta tolong saat diculik oleh maskot beruang. Meskipun mencoba berjalan, sayangnya kakiku terlalu lemas untuk berdiri.

Aku memegang kepala yang terasa sangat sakit merasakan kain yang menempel di kepala bagian belakang. Sementara itu, wanita paruh baya membantuku untuk kembali duduk di kasur.

"Kamu di rumah sakit dekat dengan taman. Suamiku menemukanmu di depan kafe," jelasnya.

"Tapi anakku, ANAKKU AZKA!!" seruanku semakin keras dengan tangis yang tak terbendung. "Dia diculik oleh maskot beruang!!"

"Aku sudah melaporkannya ke pihak kepolisian," lanjut pria berambut putih. "Aku melihatnya di kafe itu. Maaf, aku tidak bisa membantumu karena kondisi fisikku, tapi jangan khawatir. Polisi sedang mencari anakmu di luar sana. Tenang saja."

Namun, aku tetap bersikeras untuk mencari Azka. Aku bangkit dengan sekuat tenaga, namun sayangnya aku tetap terjatuh. Kenapa aku begitu lemah? Aku yakin Azka pasti sedang ketakutan dan memanggil-manggil namaku.

my children but, not my child (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang