special chepter 3

909 43 0
                                    

warning

banyak typo bertebaran harap kalian bisa memahaminya :')

happy reading.

{>///<}

*****


Sudah hampir dua bulan sejak pernikahan Anema dan Kevin yang diadakan di kampung halaman Anema di Malang. Banyak kerabat jauh, teman, dan tetangga yang datang, mereka juga mengundang keluarga bibi Sri dan Mbak Fani dengan mobil bibi.

Senang bisa bertemu mereka lagi, terutama Mbak Fani yang menangis melihat teman kerjanya sudah menikah lebih dulu. Kedatangan Olie dan Karlen sedikit membuat suasana menjadi ramai.

Pesta yang diadakan hanya sederhana di rumah dengan bantuan tetangga dalam menyiapkan acara, seperti prasmanan, baju, dan riasan wajah. Meskipun sederhana, inti dari acara tersebut yang membuatnya menjadi spesial.

Mengenai Azka, keluarga Alvin tidak keberatan dengan kedatangan cucu pertama, meskipun bukan dari darah Anema. Ini sudah cukup membuat Mama Alvin senang, katanya, 

"Sudah lama Mama ingin menggendong cucu, akhirnya kesampaian juga. Dia sangat imut."

Mendengar itu, aku sedikit kaget. Ternyata tidak seburuk yang kita bayangkan. Kita mengucapkan rasa syukur karena semuanya berjalan dengan baik.

Mereka memutuskan untuk tinggal di Kota Jakarta, dekat dengan tempat kerja Alvin dan juga memudahkan sekolah Azka karena tidak lama lagi Azka akan lulus TK.

Tentang pekerjaan Anema di Cafe Pijok, Alvin mengijinkan istrinya untuk bekerja meskipun dalam hatinya dia sedikit tidak setuju. Tapi karena Anema sangat ingin, Alvin tidak bisa melarangnya. Jadi ya, sudahlah.

*****


"Azka Ayu, nak!" teriak Alvin semangat melihat anaknya melompat menggunakan karung.

Para orang tua yang lain pun tidak mau kalah dalam menyemangati buah hati mereka. Anema hanya tersenyum dan menggelengkan kepala melihat suaminya antusias melihat Azka mengikuti lomba.

Jujur saja, Anema kaget saat Alvin datang ke TK Azka. Anema tahu bahwa semenjak Alvin lulus, ia menjadi sangat sibuk di rumah sakit, bahkan sering pulang larut malam. Anema tahu betapa berat menjadi seorang dokter yang harus mengurus semua pasien, terutama dalam operasi di mana nyawa pasien menjadi taruhannya.

Dalam perjalanan menuju TK Azka, Azka selalu menanyakan apakah ayahnya akan ikut atau tidak, "Mama, ayah datang enggak nontonin Azka?" tanya dia sambil menendang batu kecil di depannya.

Anema berpikir sejenak meskipun di dalam hatinya sudah tahu jawabannya, "Emang Azka enggak senang kalau Mama yang menemani kamu di lomba?" tanya Anema dengan sedikit kesal.

"Bukan! Azka senang Mama nontonin Azka, tapi kan teman-teman Azka pasti datang bawa ayah mereka," kata Azka kepala sedikit tertunduk, menunjukkan rasa sedihnya.

Tersenyum, Anema menggendong Azka sambil berkata, "Jangan sedih, nanti mamah akan memaksa ayah untuk datang." Dia menyentuh hidung Azka, dan seketika wajahnya pun menjadi sangat senang.

Hati Anema kembali lega melihat senyuman anaknya, lalu mereka melanjutkan perjalanan menuju TK Azka yang pastinya sudah ditunggu oleh para orangtua lain.

"Azkaaa!" teriak salah satu gadis kecil saat melihat Azka datang digendong oleh mamanya.

Anema menurunkan Azka dan dia langsung berlari menuju gadis itu yang memiliki pita putih di kepalanya. "Kamu datang! Aku kira kamu tidak akan datang," ucap gadis itu dengan senang melihat kehadiran Azka.

my children but, not my child (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang