spesial chepter 2

575 25 0
                                    

warning

banyak typo bertebaran harap kalian bisa memahaminya :')

happy reading.

{>///<}

*****

"Ibu Siuaman"

Membuka mata perlahan, menyesuaikan diri dengan cahaya yang mulai masuk ke dalam kamar.

Sang ayah yang baru saja pulang dari sawah mendengar bahwa anak perempuannya sudah pulang, dan ketika dia mengetahui bahwa istrinya pingsan, dia segera pulang ke rumah. Benar saja, dia melihat istrinya terbaring di kursi bambu.

Beberapa menit kemudian, Ibu mulai tersadar. Anema tidak pernah menyangka bahwa ibunya akan terkejut seperti ini sampai pingsan. Dia membantu ibunya duduk dari tidurnya.

"Aduhhh, pala ibuuuu," keluh Ibu sambil memijat dahinya. Tanpa sengaja, matanya melihat seorang anak kecil laki-laki mengumpat di kaki Alvin.

"Ibu, aku bisa menjelaskan! Ini tidak seperti yang ibu bayangkan," kata Anema mencoba meyakinkan ibunya bahwa ini hanyalah kesalahpahaman. 

Ibunya hanya melirik anak itu sejenak, lalu ke suaminya yang duduk di sebelah sambil memegang gelas teh bekas istrinya minum.

"Jelaskan apa yang terjadi," ucap Ibu dengan nada serius ingin mendengar penjelasan.

Sedikit menyuruh Alvin untuk membawa Azka keluar rumah agar tidak didengar, dan Alvin pun mengerti. Mereka bermain di luar sambil mengambil barang bawaan yang masih tertinggal di mobil.

Menarik napas perlahan, mengumpulkan keberanian untuk menceritakan apa yang telah terjadi.

*****

"Oh ya ampun, kasian banget!" ucapnya sambil menutup mulutnya, terkejut dengan semua cerita Anema.

"Jadi itu alasan aku merawat Azka hingga sekarang," jawab Anema dengan sedikit kesedihan.

Kedua orang tua Anema mengangguk kepala, prihatin dengan semua cerita yang disampaikan oleh anaknya. Mereka tidak menyangka bahwa selama Anema pergi merantau untuk kuliah, ia malah harus menjaga Azka hingga kuliah terhenti.

Ibu hanya terdiam, memikirkan jalur pikiran anaknya. Matanya melirik ke luar pintu, di mana Alvin sedang mengajak Azka bermain pesawat dan tawa mereka terdengar sampai ke dalam rumah. Senyuman manis yang dibuat oleh Azka sedikit mendorong hati ibu yang merasa tidak terima.

"Sudah terlanjur, mau bagaimana lagi. Dia juga sebentar lagi akan menikah, kan?" ucap ayah dengan meyakinkan ibu.

"Tapi kan-"

"Sayang, Anema hanya membantu. Walaupun berakhir seperti ini, tapi niat awal Anema baik, yaitu merawat Azka. Lagipula, yang hamil kan bukan dia."

Mendengar ucapan ayah, ibu berfikir berkali-kali. Ada benar juga, sejak kecil ibu dan ayah sudah mengajarkan kebaikan, sopan santun, dan saling menolong. Sampai sekarang, mereka tetap mematuhi prinsip ini.

Ibu menghela napas, mempersiapkan diri karena semua sudah terlanjur terjadi, jadi ya sudahlah. Ia mengangguk dan membatu kedua anak dan ayah itu dengan senyum cerah.

"Azka, bisa enggak membawa koper sendiri?" suara Alvin terdengar dari luar.

Azka berusaha membawa koper miliknya sendiri yang pastinya ukurannya persis sama dengan Azka. Dia berusaha mendorong koper merahnya.

my children but, not my child (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang