Bab 38

123 8 2
                                    

Apakah ini yang dinamakan kena karma?

Bima menyukaiku tapi aku tidak, sedang aku menyukai El, dia tidak.

Ruwet bagai benang kusut yang tak ada ujungnya.

Setelah perdebatan beberapa hari  lalu, akhirnya Bima benar-benar menjauhiku. Kami berpisah dengan situasi yang tak baik-baik saja.

Entahlah seandainya suatu saat kami bertemu lagi, apakah kami akan bisa berteman lagi?

"Kamu beneran cari kerja?"

El muncul dari arah rumahku dengan membawa sebungkus gorengan. Dia lalu duduk di sampingku sambil meletakkan gorengan itu di atas meja.

"Suntuk di rumah terus."

"Ada lowongan di cafe langgananku. Kalau kamu mau, coba ke sana."

"Cafe?"

El mengangguk sambil menyantap rondo royal yang tadi ia bawa.

"Pastikan dulu ibu tidak kuwalahan jaga toko." sambungnya.

"'Kan ada kamu." balasku acuh ikut mencomot rondo royal itu.

Yummy.

El berdecih, ia turun dari dipan yang sedang kami duduki. Melangkah ke dalam rumahnya untuk mengambil air minum.

"Aku hanya kuli, bukan pramuniaga toko." tegasnya yang kutanggapi dengan cibiran.

"El, boleh nanya sesuatu?"

"Enggak boleh!"

Aku mendelik tak suka. Tapi aku tahu dia tidak serius menjawabnya.

Setahun lebih bersama pria ini membuatku cukup mengenal ekspresi wajahnya. Tetapi satu hal yang sangat susah kukulik, tentang keluarga. Pria yang kini memakai kaos dan celana pendek ini seperti selalu keberatan ketika aku bertanya.

"Kalau kuperhatikan kamu sering banget ngetik sesuatu? Apa kamu penulis?" tanyaku tak memperdulikan dia menatapku sengit sekarang.

"Kepo."

Sabar Sari, sabar. Aku mengelus rambutku agar rasa kesalku menguap.

"Atau kamu lagi LDR-an sama seseorang?" kejarku tak mau menyerah.

El menghentikan kunyahannya.

"Kalau iya kenapa, kalau tidak kenapa?"

Baiklah, mari kita bermain teka teki sekarang.

"Apa kamu enggak penasaran siapa cowok yang kusukai?"

Sebisa mungkin kupasang wajah normal. Padahal dentuman jantungku sedang menggila sekarang karena tak sabar melihat jawaban El.

El sempat terdiam sebelum bibirnya terangkat sebelah.

"Enggak."

Singkat, padat, jelas. Tapi bikin aku pengen menghilang saat itu juga.

Hening.

Lidahku kini terasa Kelu.

"Kalau pacar kamu sekarang, apa dia tipemu?"

Biarlah, semua sudah terlanjur juga. Sekalian saja tanpa malu kutanyakan hal-hal yang selama ini ingin kuketahui.

El kembali menatapku, kali ini dengan tatapan yang sulit kuartikan.

Pria ini seperti sedang mencari sesuatu dari bola mataku.

"Ya." balasnya pendek dengan tatapan tetap tertuju padaku.

Membuatku dadaku berdesir.

Secara berlahan kumengirup udara sebanyak mungkin.

"Memang tipe kamu seperti apa?"

BENALU YANG TAK TERLIHAT(Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang