"I- ini lo kenapa?"
Edgar terkejut melihat Katya datang ke sekolah menggunakan kruk, ia sendiri menolak tawaran papanya yang akan mengantarkan ke kelas, padahal Katya kesusahan apalagi saat menaiki anak tangga.
"Ketabrak." jawabnya tanpa minat.
"Kok bisa?" tanya Edgar sambil membantu Katya memapahnya pelan.
"Takdir."
"Emang mau kemana tadinya?"
"Mau jemput Papa."
"Kenapa gak minta anter ke gue, Kat?"
"Aku lagi mau sendiri."
"Yaudah jangan kayak gitu lagi, kan ada gue."
"Hmm."
Sesampainya di koridor IPA, mereka bertemu tigam teman lainnya, reaksinya sama seperti Edgar tadi, terkejut dan heran dengan keadaan Katya.
"Katya, are you okay?"
"Don't worry." jawabnya menjawab kekhawatiran Yuri.
"Kaki kamu kenapa?" kini giliran Nara bertanya.
"Ketabrak." jawabannya juga sama dengan pertanyaan Edgar.
"Hah? Seriously?"
"Kok bisa?"
"Siapa yang nabrak kamu?"
Katya urungkan saat hendak menjawab pertanyaan dari teman-temannya, ia melihat Jevan yang baru datang pagi ini.
"Eh Katya, lo kenapa?" tanya Jevan.
Sejujurnya ia lelah, pagi ini sudah mendapat pertanyaan yang sama dari teman-temannya.
"Aku mau ngomong sama kamu."
"Gue?" tunjuk Jevan pada dirinya sendiri.
"Iya." Katya mengajak Jevan menjauh, dan pamit pada teman-temannya juga ia menitipkan tas pada Edgar.
"Ada apa?" tanyanya setelah mereka berada di sudut gedung.
"Penemuan yang kamu bilang itu ternyata beneran berpengaruh buat ingatan aku."
"Eh serius?" Jevan cukup terjekut mendengarnya, ia percaya selama ini namun ini kali pertamanya mendengar langsung tentang efek cairan kimia itu.
"Aku mau kamu buat itu lagi, Van."
"Tapi kata mami gue cairan ini jangan di buat sembarangan."Jevan tahu ini termasuk ke penyalahgunaan.
"Tante Jane juga gak bakal tahu kan, Van?"
"Iya si, cuma."
"Jevan, please bantu aku buat kembalikan ingatan aku." mohonnya sambil memegang lengan Jevan.
Ia juga tidak tega melihat Katya yang terus berusaha ingin ingatannya kembali.
"Oke tapi kali ini rahasia."
"Makasih banyak, Jevan."
***
Jam pelajaran menuju istirahat, Bu Anne sudah keluar kelas dengan meninggalkan tugas untuk 12 IPA 1, Katya yang baru saja menyelesaikannya menutup buku dan merapikannya, satu persatu keluar dari kelas sampai menyisakan kursi kosong di samping Auriga, cowok itu masih terduduk di kursinya, sebenarnya Katya ragu menghampirinya namun ia rasa ini adalah kesempatannya untuk bertanya mengingat selama ini ia penasaran dengan cowok itu.
"Aku boleh duduk di sini gak?" tanya Katya yang menunjuk kursi kosong di sebelah Auriga, lalu dengan hati-hati ia menempatkannya.
"Duduk aja." balasanya, tadinya ia hendak membantu Katya karena kruk itu sedikit menyusahkan.
"Ada hal yang mau aku bicarakan." katanya to the point.
"Kenapa?"
"Emm.. Sebenarnya ini agak sensitif." Katya melirik hati-hati pada Auriga, lalu cowok itu langsung menatapnya, penasaran apa yang akan Katya bicarakan.
"Gak papa ngomong aja."
"Kamu kenal aku?"
"Kenal."
"Maksud aku kenal deket gitu? Aku gak sekali dua kali liat kamu ada di sekitar aku, apalagi pas aku ke rumah Luna, kamu ngikutin aku atau gimana?"
"Kat, gue khawatir sama lo."
"Ga, sebenarnya kamu siapanya aku?"
"Biar lo inget dengan sendirinya, gue gak mau buat lo kepikiran kalau gue ceritain."
"Justru kalau kamu gak jelasin aku makin mikirin."
"Gue temen deket lo, udah gitu aja."
"Selain itu?"
"Nothing special."
***
Sedari tadi Katya tak lepas dari pantauan Edgar, cowok itu hanya khawatir mengingat Katya sedang pemulihan di bagian kakinya. Namun, sejak ia tinggal sejenak keluar, Auriga sudah sendirian lagi dan entah kemana Katya sekarang.
"Katya mana?" tanyanya.
Auriga menggelengkan kepalanya, Katya tidak bilang apapun padanya setelah mengobrol tadi.
Merasa tak akan mendapatkan jawaban lagi, Edgar melenggang pergi mencari sosok Katya yang entah kenapa ingin memastikan gadis itu baik-baik saja.
Sedangkan Katya, ia berada di lantai bawah selepas dari ruang guru, tak sengaja berpapasan dengan Tasha di koridor yang sepi, perlahan mereka mendekat hingga akhirnya kini Tasha sengaja menghentikan langkahnya tepat di depan Katya.
"Kaki lo kenapa?"
Katya tak menjawab, ia tahu pertanyaan itu hanya sebuah ledekan.
"Bukan urusan kamu."
"Pasti kena karma karena tendang gue waktu itu, inget gak lo?"
"Cih, kamu sendiri yang mulai, aku cuma melindungi diri sendiri."
"Oh ya? Sekarang masih bisa ngelawan gue gak?"
"Tasha tolong minggir deh, aku gak ada waktu buat-
Brak!
Karena tubuhnya sedang tidak seimbang, Katya dengan mudahnya terjatuh hanya dorongan dari Tasha.
Tidak sampai di sana, kruk yang tergeletak di lantai sengaja Tasha lempar jauh.
"Tasha kamu tega banget!"
"Ini balesan buat lo."
"Katya!" teriak Edgar sambil menuruni anak tangga dengan sedikit mempercepat langkahnya.
Edgar terlebih dahulu berhadapan dengan Tasha, mencekal lengannya dan menatap sengit gadis itu sambil berkata, "Sekali lagi gue liat lo gangguin Katya, jangan harap gue bakal diem aja."
Lalu ia beralih pada Katya yang masih tersungkur di lantai, Edgar mengangkat tubuhnya dan di dudukkan di kursi yang ada di koridor ini.
"Ada yang sakit?" tanya Edgar khawatir, ia berlutut di depannya sembari mengecek kaki yang terbalut perban itu.
"Enggak kok."
"Lo lagi kayak gini Kat, kan bisa minta tolong gue kalau ada apa-apa."
Tanpa sadar, Katya malah mengulas senyum lebar dengan kekehan pelan, sedangkan Edgar mengerutkan keningnya aneh.
"Kenapa ketawa?"
Seketika Katya mengerjap pelan, beberapa hari belakangan ini ia agak kesal pada Edgar tanpa alasan.
"Bukan apa-apa," ujarnya.
"Makasih ya, Gar." lanjutnya dengan tulus.
***
Haiii, masih ada yang nunggu kelanjutan cerita ini?
Jujur nulis cerita ini tuh harus mikir bgt makannya jarang update😭
Semoga suka.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAGIC VIOLET ☑️
Teen FictionMagic Violet (Fan fiction x Fantasi) ~•~ Katya hilang ingatan, ia hanya ingat dua tahun yang lalu, sejak lahir hingga 15 tahun entah bagaimana hidupnya dulu. Ada sesuatu yang menarik dalam dirinya, di SMA Cendrawana Katya menjadi sorotan karena mem...