Part 23 • End of Story

91 15 3
                                    

Jika ingatan Edgar bisa pulih, seharusnya Katya juga bisa seperti itu, namun tidak mudah karena sebelumnya Katya mengalami kecelakaan yang cukup parah. Sekarang, ia benar-benar telah berdamai dengan dirinya sendiri dan menerima apa yang menimpanya, karena tak ada lagi yang perlu di cari semuanya kebahagiaan sudah di depan matanya, keluarganya juga teman-temannya melengkapi hidupnya.

Meskipun begitu Katya bukanlah orang baru bagi teman lamanya seperti Edgar dan Auriga walaupun ia tidak mengingatnya sama sekali kenangan apa yang di buatnya dulu bersama mereka, tak tahu harus percaya pada siapa karena mereka kadang sengaja menjahili gadis itu dengan menceritakan tentang apa yang dulu di lakukan Katya, entah benar atau tidaknya.

Malam ini sebelum mereka sibuk dengan pendidikannya masing-masing tengah berkumpul di halaman belakang rumah Katya.

"Ma, kenalan sama temen-temen aku dulu." kedatangan teman-temannya sore tadi saat kedua orang tuanya belum pulang.

"Papa gak di kenalin?"

"Papa udah kenal sama mereka."

"Papa cuma tau Edgar."

"Yaudah ayo Ma, Pa, kenalan sama yang lain."

Saat melihat keadaan halaman belakang rumahnya, Erina tersenyum senang melihat pemandangan ini, setidaknya mereka semua yang menemani Katya beberapa tahun belakangan.

"Hallo semuanya?" sapa Erina yang membuat mereka menghentikan aktivitas bakar membakar makanan itu dengan menghampiri mama papa Katya dan memberikan sapaan kembali.

"Tante apa kabar?"

"Baik, kamu sendiri gimana? Lama gak ketemu tambah tinggi aja ya?" gurau Erina pada Edgar.

Katya semakin percaya bahwa mereka dulu memang berteman dekat bahkan sampai mamanya mengenal Edgar.

"Yasudah Have fun ya!" Pamit mama dan papanya.

"Makasih, Tante."

"Katya, gue mau ngomong sama lo." ujar Edgar setelah kedua orang tua Katya pergi.

"Apa?"

"Jangan di sini nanti ada yang denger." bisiknya.

"Yaudah gitu aja ngomongnya gak akan ada yang denger."

Edgar berdecak kesal justru memancing tawa pada Katya, "Ayo di balkon." lanjutnya kemudian ia berjalan masuk ke dalam rumahnya.

"Good luck deh buat dia." Gumam Rangga yang di dengar Auriga dan Jevan.

"Jadi confess dia?" tanya Jevan.

"Gue rasa jadi, gak mungkin dia gak gunain kesempatan ini." sahut Auriga.

Berbeda dengan cowok-cowok, Yuri, Nara dan Luna tidak mengerti dengan apa yang mereka bicarakan.

"Hah? Ada apaan sih?"

"Gak tau gak ngerti, siapa lagi si dia tuh?"

"Pembahasan cowok gak akan ngerti kita."

*

"Ada apa sih sampai gak mau di denger orang lain?" Katya memulai pembicaraannya setelah mereka berada di balkon sembari menikmati angin malam yang menerpa wajahnya.

"I miss your lips." ujarnya memancing amukan bagi Katya.

Gadis itu terus memukul-mukulnya tanpa henti meskipun Edgar mengaduh kesakitan.

"Aww, becanda, Katya!"

"Jelek becandanya!"

"Iya iya maaf." Edgar meraih kedua tangan Katya agar berhenti dan mencoba menarik atensinya dengan menatap dalam netra milik Katya.

"Gak masuk akal banget, kita masih terlalu kecil waktu itu." Katya masih marah dan berusaha melepas genggaman tangan Edgar.

"Maksudnya gue kangen ngobrol sama lo."

"Mouth sama lips itu beda makna di kalimat tadi, lain kali belajar lagi deh tata bahasanya!"

"Iya nanti aku belajar, udah jangan cemberut lagi dong."

"Aku? Tumben banget?"

"Sengaja, biar dikira punya hubungan."

"Gak mau aku sama orang nyebelin kayak kamu."

"Sumpah tadi becanda, beneran deh aku minta maaf."

"Hmm."

"Yaudah clear ya, sekarang liat sini."

Masih dengan raut wajah bete, ia menatap Edgar, ada hal yang tersirat di balik raut wajahnya.

"Aku sayang kamu."

Terlalu datar untuk menyatakan cinta, tapi Edgar binggung mengekspresikannya seperti apa.

"Aku percaya, dan aku ngerti sekarang kenapa sikap kamu selalu berubah ke aku, kadang nyebelin tapi kadang manis juga."

"Kamu lebih suka aku kayak gimana?"

"Manis lah."

"Contohnya?"

"Waktu aku ketakutan, kamu selalu datang tepat waktu, hal hal kecil pun kamu perhatiin jika berkaitan sama aku."

"Oh iya, kamu harus main hujan-hujanan sih biar gak takut lagi."

"Big no!"

"Kan ada aku, aman aman aja kok."

"Tapi aku gak bisa."

"Bisa! Kamu pasti bisa."

*

"Gimana?"

"Udah confess ke dia?"

"Di terima gak?"

Edgar menghela napasnya kesal mendengar pertanyaan tiga teman laki-lakinya itu, mereka memanggil Katya dan Edgar di tengah obrolan serius tadi.

"Salah lo pada, kenapa cepet sih makanannya mateng?"

"Cewek-cewek pada gesit jadi cepet deh." jawab Jevan alakadarnya.

"Jadi belum?" tanya Auriga.

"Belum."

*

Satu part lagi epilognya:)
Oh iya, ada ga diantara kalian yg author juga? Drop usernamenya dong nanti aku baca.

MAGIC VIOLET ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang