Part 5 • Romantic Little Thing

125 27 11
                                    

Semenjak kecurigaannya pada Auriga yang tak luput memperhatikan Katya tanpa sepengetahuan gadis itu, Edgar tiba-tiba jadi penasaran dengan hubungan keduanya, ada kemungkinan jika Auriga menyukai Katya atau mungkin mereka menjalani hubungan secara diam-diam.

Sebisa mungkin mencoba tidak peduli, namun kali ini rasa penasaran tergugah kembali saat melihat kedua insan itu berhadapan di koridor depan kelas 12 IPA 1.

Edgar yang bersembunyi di balik pintu yang terbuka, tidak menghalangi orang yang berlalu lalang keluar masuk kelas, lantaran di jam istirahat ini anak kelasan berada di kantin, sebagian di perpustakaan dan taman belakang yang sangat ramai ketika jam istirahat.

"Makasih sapu tangannya." samar-samar Edgar mendengarnya, hanya itu yang terdengar sedikit jelas, selebihnya entah apa yang di bahas mereka.

Setelah tidak terdengar lagi, Edgar keluar kelas dan mendapati Katya yang sudah meninggalkan Auriga entah kemana tujuannya, namun saat berpapasan dengan Auriga yang akan masuk kelas rasanya canggung apalagi Edgar berhenti tepat di depannya.

Kenapa gue refleks berhenti?

Batinnya menyesali.

"Gar." sapanya kemudian.

Edgar tersentak saat Auriga salah satu cowok yang terkenal dingin itu menyapanya, hampir tiga tahun satu kelas baru kali ini ia mendengar suara Auriga menyebut namanya.

"Eh, Ga, duluan ya," ujarnya mencoba setenang mungkin sambil menepuk pelan bahu Auriga, setelahnya ia pergi tanpa menunggu balasan Auriga.

Langkahnya kini mengikuti Katya diam-diam, hingga akhirnya gadis itu menghentikan langkahnya karena Tasha yang tiba-tiba berhenti tepat di depannya. Edgar kembali bersembunyi di balik tiang yang bertengger di tepi koridor.

"Si anak caper ini lagi."

Katya yang semula akan melempar senyum pada Tasha mendadak memasang wajah kesalnya, bukankah cewek tinggi itu yang berusaha mendapat perhatiannya dengan berhenti tepat di depannya?

"Maksud kamu apa?"

"Uhh lucu banget sih kamu." balas Tasha, namun terdengar seperti nada sindiran. Kedua tangannya memegang pundak Katya dengan mudah, namun dengan cepat Katya menyingkirkannya.

"Kalau mau famous bareng aku bilang aja, gak usah cari sensasi."

Niatanya memancing emosi Katya, justru malah sebaliknya. Karena tak ingin memperpanjang masalah, Katya pergi begitu saja tanpa pamit, namun Tasha kembali berulah dengan menarik pita ungu yang mengikat rambut Katya sehingga rambut panjang itu terurai.

"Murahan ya?" tanya Tasha sambil menunjukkannya pada Katya.

"Ya emang murah! Kamu aja gak kebeli kan sampai ngambil punya aku."

"Idih si najis."

"Kasar banget, Tasha."

"Daripada lo, sok polos."

"Duh, kamu lupa aku anak Taekwondo?" tanyanya dengan menantang. Jika seseorang menyenggolnya Katya tidak akan diam.

"Enggak tuh, kenapa? Lo mau pukul gue? Kalau gini siapa yang kasar?"

Brugh.

Tanpa disangka Katya menendang kaki jenjang gadis itu, bahkan Tasha pikir Katya tidak akan berani melawannya mengingat Katya adalah gadis yang polos.

"Aaaa." jeritnya tertahan. Jujur ini sangat menyakitkan dan Tasha malu jika merintih kesakitan di depan Katya.

Sedangkan Edgar yang menyaksikannya terlihat bimbang, haruskah ikut campur untuk menghentikan aksi keduanya?

Tidak, itu adalah keputusan yang salah menurutnya. Biarkan kedua gadis itu menyelesaikan masalah yang Edgar saja tidak tahu penyebabnya.

Ia hanya mengeluarkan ponselnya dan mengetikkan sesuatu pada kontak dengan nama Katya itu.

"Sakit? Makannya jangan macem-macem!" setelah itu Katya pergi dengan perasaan jengkel.

Rasanya semakin hari semakin butuh kesabaran ekstra, apalagi semenjak peringkatnya turun, kini mood nya selalu buruk.

Katya melihat ponselnya yang sedari tadi bergetar yang ada di saku jas hitam salah satu atribut seragam sekolahnya.

"Edgar? Tumben nge chat?"

***

"Ada yang mau di diskusikan?" tanya Katya sambil membawa satu buku fisika yang baru saja di ambilnya di rak perpustakaan.

Ia duduk di samping Edgar, cowok itu yang menyuruh Katya untuk menemuinya di perpustakaan.

Beberapa tempat duduk yang tersedia cukup jauh dari penjaga perpustakaan, sehingga membuat mereka yang berdiskusi di perpustakaan tidak terlalu mengkhawatirkan volume suara yang dikeluarkan.

"Gue dapet banyak soal dari Bu Anne, sejenis kisi-kisi gitu, lo kerjain ya?"

"Yaudah kamu bagi-bagi dulu, masa iya kamu ngandelin aku sepenuhnya."

"Udah beres kalau soal itu."

Katya mengangguk mengerti lalu menarik kertas yang berisi puluhan soal rumit itu dan memcoba mengerjakannya.

Dari arah pandang Edgar, gadis itu sepertinya sedikit risih dengan rambut panjangnya yang terurai menutupi wajahnya, beberapa kali Katya menyelipkan anak rambutnya ke telinga, namun tetap menjuntai indah mengenai kertas kerjanya.

Hingga pada akhirnya Edgar menyelipkan rambut Katya kembali tanpa melepaskan tangannya di sana, Katya menoleh dengan raut wajah binggung pada Edgar, binggung akan sikapnya yang selalu berubah, kadang menyebalkan namun kadang manis seperti ini.

Edgar menyuruhnya melanjutkan kembali pada pekerjaan melalui isyarat yang di mengerti Katya, gadis itu mengangguk patuh seakan terhipnotis oleh Edgar.

"Kenapa gaya rambut lo beda?"

"Kata kamu jelek."

"Lha?"

"Iya kamu pernah bilang waktu kita kelas 10, aku jelek diikat pake pita kayak gitu," ujarnya santai tanpa mengalihkan pandangannya dari kertas.

"Astaga Katya itu becanda."

"Tapi candaan itu aku masih inget jelas lho, Gar!"

"Iya maaf ya, lo cantik banget kok."

"Bohong, aku tahu kamu cuma ngeledek aku," katanya dengan santai, tak ada kesan baik saat di puji Edgar, Katya kenal betul siapa Edgar, pujiannya adalah kebalikannya.

"Gimana lo aja, Kat. Di bilang cantik salah apalagi di bilang jelek," gumamnya sambil melepas rambut Katya dan kembali menutupi wajahnya.

Dibalik itu, Katya mengulas senyum tipis tanpa sepengetahuan Edgar, lebih baik sikap Edgar baik seperti tadi dibandingkan dengan hari-hari biasa walaupun ia tahu Edgar baik karena membutuhkannya.


***

Edgar

Edgar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
MAGIC VIOLET ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang