16.30
Langit sore mulai gelap, seharusnya Katya tidak buru-buru pulang atau akan terjebak hujan seperti sekarang, padahal Edgar menyuruhnya untuk menunggu selagi cowok itu latihan basket. Namun karena Katya tahu akan hujan turun maka dari itu ia segera pulang.
Namun sayangnya, naik bus saja belum tapi hujan sudah turun, ia duduk sendirian dengan perasaan tak karuan, lagi-lagi selalu di halte tempat ia terjebak hujan. Suara gemercik yang berasal dari langit membuatnya ingin menangis, setiap kali mendengarnya selalu emosional, sekujur tubuhnya kadang terasa sakit dan napasnya sesak.
Perlahan air matanya mengalir di wajahnya, Katya mencoba mengendalikan dirinya sendiri agar tetap tenang padahal hujan tidak terlalu deras.
Kepalanya menunduk, kedua tangannya memukul-mukul pelan dadanya yang sesak, sampai akhirnya seseorang mencoba menenangkannya. Katya tahu siapa sosok yang memeluknya sekarang, aroma parfum yang familiar bercampur keringat juga baju jersey yang basah karena kehujanan, ia paham betul Edgar yang selalu datang tepat waktu di kala hujan.
Ketika kondisinya cukup membaik, lantas ia melepaskan pelukan Edgar, "Makasih."
"Gue bilang juga tunggu, Kat."
"Aku gak mau keadaan aku kayak tadi diliatin sama anak-anak di sekolah."
"Hmm, yaudah ayo balik ke sekolah dulu ngambil motor." ajak Edgar.
Namun sebelum mereka benar-benar pergi dari halte ini, ada pemandangan di seberang sana yang membuat atensi mereka teralihkan, kejadian yang sangat tiba-tiba membuat keduanya terkejut tapi tidak bisa melakukan apa-apa. Seseorang tertabrak mobil cukup kencang hingga tubuhnya terlempar jauh dan tergeletak di aspal.
"Hhaaah!" Katya menutup mulutnya tak percaya dengan apa yang di lihatnya di depan mata, walaupun kejadiannya di sebrang sana tapi cukup jelas terlihat karena jalan raya di depan halte ini memuat empat jalur.
Sedangkan Edgar, tiba-tiba sekelebat bayangan dalam memorinya tentang kecelakaan seorang gadis yang tak lain adalah Katya, saat itu ia tengah mengejarnya kemudian tanpa diduga mobil menghantam tubuh itu.
Semua yang telah terjadi di kehidupan sebelumnya kembali teringat hingga membuatnya mengerang kesakitan sambil memegang kepalanya.
"Aaarrgghhh!"
"Edgar? K- kenapa bisa gini?" Katya panik, tak bisa meminta bantuan siapapun karena orang-orang mengerubungi kecelakaan di sebrang sana.
Edgar masih menahan sakitnya dan saat itu juga ingatan yang lenyap kembali ke dalam memorinya, memang tak ada yang tahu cowok itu mengalami hilang ingatan seperti Katya selain keluarganya.
"Ada yang sakit?" tanya Katya hati-hati dengan menyejajarkan tubuhnya pada Edgar yang duduk di kursi.
Cowok itu membuang napasnya lega setelah sakit di kepalanya hilang, kini hanya terdiam sambil menatap lurus pada netra milik gadis di depannya.
"Edgar?" Katya mencoba menyadarkannya.
Bukannya menjawab, matanya memerah dan cairan bening menumpuk di sana, mungkinkah ia mengingat hal yang menyakitkan?
"Tolong kasih tau aku."
Edgar memeluk Katya kembali, ia menaruh kepalanya di bahu gadis itu, "Papa gue jahat banget, Kat." gumamnya.
"Gue inget semuanya." lanjutnya lagi.
Katya mendorong tubuh Edgar yang memeluknya erat, "Ayo pulang!" katanya yang langsung pergi begitu saja meinggalkan Edgar yang menatapnya heran.
***
"Bi?"
Wanita yang biasa di panggil Bi Asih itu menengok tanpa meninggalkan dapur karena tengah memasak, "Iya non?"
KAMU SEDANG MEMBACA
MAGIC VIOLET ☑️
Teen FictionMagic Violet (Fan fiction x Fantasi) ~•~ Katya hilang ingatan, ia hanya ingat dua tahun yang lalu, sejak lahir hingga 15 tahun entah bagaimana hidupnya dulu. Ada sesuatu yang menarik dalam dirinya, di SMA Cendrawana Katya menjadi sorotan karena mem...