Part 2 • Physics and Music

157 33 27
                                    

"Gar, dipanggil Bu Anne." Edgar menghentikan kegiatannya saat Jevan - sang ketua kelas memberitahu informasi.

"Selesaikan dulu ini baru ke sana," cegah Rangga yang masih memperdebatkan teori fisika dengannya di jam istirahat ini.

"Kayaknya urgent deh, mending cepat temui." saran Jevan.

"Huft, feeling gue sih mempersulit hidup." gumamnya, tetapi ia tetap menghampiri Bu Anne selaku wali kelasnya itu.

Karena Edgar sedikit terburu-buru, saat melewati ambang pintu tak sengaja menabrak seseorang yang kebetulan melewati jalan yang sama.

Haduh bisa panjang lagi urusannya.

Batinnya pasrah melihat siapa yang ditabraknya dari belakang.

Katya berbalik badan dan menatap Edgar dengan memicingkan matanya, mulutnya siap memaki Edgar, namun ia kalah cepat dengan Edgar yang bergerak cepat membekap mulut Katya dengan tangannya sendiri.

"Gue minta maaf," ujarnya mengalah, jika tidak terburu-buru mungkin Edgar tidak akan mengatakan kalimat itu.

Lagipula masalahnya dengan Katya akan semakin banyak jika keduanya tetap egois, dan masalah peringkat adalah masalah terbesarnya saat ini.

Setelah membuat Katya terdiam, segera Edgar melangkahkan kakinya menuju ruangan Bu Anne sebelum Katya tersadar dengan lamunannya.

"Ehh." teriaknya pada Edgar yang berjalan cepat tanpa memedulikan Katya lagi.

"Kamu tadi terpana liat Edgar?" tanya Nara yang baru saja tiba di depan kelas 12 IPA 1 atau kelas unggulan. Walaupun Katya memiliki banyak teman, namun di kelasnya tak ada perempuan selain dirinya. Hal itu yang membuat Katya di jam istirahat selalu pergi ke kelas lain atau mereka yang akan menghampirinya.

"Gak mungkin! Aku cuma aneh aja dia bisa bilang kata maaf."

"Dia juga punya attitude, Katya," kata Nara yang memutar kedua bola matanya, lelah dengan ucapan Katya yang kadang terlalu berlebihan.

"Maksudnya-

"Ke kantin aja yuk, daripada mikirin Edgar, tar kamu kangen sama dia."

"Idih, impossible"

***

Bu Anne, guru yang terbilang masih muda itu sibuk membolak-balikan kertas catatan prestasi Edgar yang cukup banyak.

"Coba kamu cari prestasi apa yang sudah kamu raih." Edgar yang duduk di depannya itu mengerutkan keningnya bingung, namun ia tetap mengambil map tebal yang letakkan Bu Anne begitu saja di atas meja, sepertinya beliau sedang dalam mode marah pada Edgar, namun entah karena apa.

"Bu, ini prestasi saya semua," ujarnya dengan percaya diri.

"Saya tahu, tapi itu non akademik semua Edgar, kamu sudah kelas 12, siswa dari kelas unggulan tanpa ada prestasi di bidang akademik akan sulit untuk lulus."

Edgar hanya menghela napasnya berat, jika seperti ini pertandingan basket pekan depan Bu Anne tidak akan mengijinkannya.

"Lihat, catatan prestasi milik Katya." Bu Anne membuka catatannya dan menunjukannya pada Edgar.

"Ini juga salah ibu."

"Maksud kamu apa?"

"Tenang Bu, jangan marah dulu. Bulan lalu harusnya saya dan Katya mewakili sekolah untuk olimpiade Matematika, tapi ibu mengubah keputusan sendiri kalau Jevan menggantikan saya." jelas Edgar tak kalah kecewa.

MAGIC VIOLET ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang