Lalu lalang kendaraan di jalan raya cukup kencang, ia menerima pesan bahwa papanya dalam perjalanan pulang, Katya memberitahukan pada papanya ia akan menjemputnya di bandara, setelah membalas pesan ia memasukkan ponselnya pada tas kecil.
Sejenak menghela napas dalam-dalam bersiap untuk melakukan hal konyol, di sebrang jalan sana adalah rumah sakit tempat Jane bekerja, Katya takut dan ragu namun tak ada jalan lain untuk bertemu Jane selain sebagai passien.
"Tuhan, jangan ambil nyawa Katya dulu."
"Semoga cuma luka kecil."
Setelah yakin, Katya mulai menyeberangi jalan dan sengaja tanpa aba-aba agar sebuah mobil atau motor menabraknya meskipun ia takut, sampai akhirnya ia berdiri di tengah-tengah jalan dengan kakinya yang sebenarnya sudah tak sanggup berdiri karena panik dan takut menguasainya, klakson kendaraan saling sahut-menyahut memenuhi indera pendengarannya karena ulahnya yang menghalangi jalan, banyak dari mereka yang menghindari Katya bahkan tak jarang umpatan-umpatan tertuju padanya.
Sesuai harapannya, sebuah mobil dengan kecepatan kencang menabraknya hingga membuat tubuh gadis itu terpental cukup jauh, Katya terkejut dan panik namun ini adalah keinginannya. Rasanya seperti kejadian yang lama terulang kembali, memorinya nyaris mengingat sesuatu tapi tubuhnya sudah tergeletak di atas aspal dan Katya tidak tahu apa yang terjadi selanjutnya, ia pingsan dan berharap ada orang yang menolongnya membawa ke rumah sakit tujuannya.
Sejujurnya Katya tidak bersungguh-sungguh akan menjemput sang papa di bandara, itu hanya akan menjadi alasannya nanti agar papanya tidak curiga Katya bisa tertabrak seperti ini dengan sengaja.
***
Katya baru saja tersadar, dalam hati mengucap syukur masih diberikan kesempatan hidup, tapi badannya sangat sakit mungkin efek terpental dan yang paling terasa adalah kakinya, ia menyibakkan selimutnya dan terlihat kakinya dibalut perban, lantas mulutnya terbuka karena terkejut.
"Kenapa gak bisa di gerakin?" tanyanya panik pada diri sendiri.
"Katya? sudah siuman?" sekarang harapannya terkabul satu persatu, Jane yang dinantikannya kini dalam pandangannya.
"Mama kaki aku."
"Itu gak apa-apa kok, jangan terburu-buru untuk di gerakin," katanya sambil mendekat pada Katya.
Syukur deh baik-baik aja, semoga kedepannya berjalan sesuai rencana. batinnya.
"Minum obat dulu ya?"
Katya hanya mengangguk menuruti Jane yang memberikan satu obat berbentuk kapsul dan segelas air minum.
"Mama tinggal dulu ya, kamu istirahat yang cukup jangan dipaksain gerak."
"Oke, Ma."
Setelah memastikan mamanya benar-benar keluar, Katya meraih tasnya yang berada di nakas samping brankar, mengambil ponselnya untuk menghubungi papa.
"Hallo Pa? Aku kecelakaan pas mau jemput papa, sekarang aku di rumah sakit dan mama yang tangani aku."
"Apa kamu bilang? Kecelakaan?"
"Iya Pa?"
"Papa kesana sekarang."
"Hati-hati."
Tepat saat sambungan telepon terputus, ia merasakan kepalanya berdenyut secara tiba-tiba, terdengar ringisan pelan dari gadis itu yang kini mulai memegangi kepalanya, samar-samar kejadian tadi terputar kembali di otaknya, sebuah mobil putih menabraknya dari arah berlawanan saat Katya mencoba menyebrang, tas ransel yang hanya disampirkan di sebelah bahunya sudah terpental terlebih dahulu disusul tubuhnya yang melayang sebelum akhirnya terjatuh, masih dengan keadaan sadar, seseorang meneriakkan namanya karena terkejut melihat Katya yang tergeletak di aspal dengan darah yang perlahan mengalir di kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAGIC VIOLET ☑️
Novela JuvenilMagic Violet (Fan fiction x Fantasi) ~•~ Katya hilang ingatan, ia hanya ingat dua tahun yang lalu, sejak lahir hingga 15 tahun entah bagaimana hidupnya dulu. Ada sesuatu yang menarik dalam dirinya, di SMA Cendrawana Katya menjadi sorotan karena mem...