"Loh kok itu bukunya masih di sini?" tanya Katya pada semua anak kelas 12 IPA 1.
"Oh iya Jevan gak masuk biasanya kan dia yang bawa balik ke perpus," jawab Rangga.
Katya hendak mengambil bukunya, namun Edgar lebih dulu mencegahnya, "Biar gue aja, Kat."
"Oke."
"Katya." panggil seseorang dari luar kelasnya.
"Kenapa, Lun?" katanya saat Katya menghampiri Luna.
"Ini charger hp kamu ketinggalan."
"Oh iya makasih ya udah di bawain."
"Sama-sama."
Pandangan Luna beralih ke belakang Katya lalu melempar senyum tipis pada seseorang yang barusan lewat, Katya mengikuti arah pandang Luna, ternyata temannya itu tersenyum pada Edgar.
"Lun, kamu udah agak baikan? Masih sakit gak?" tanya Katya mengalihkan perhatian Luna, entah kenapa.
"Udah mendingan kok."
Gadis itu sakit saat upacara tadi, wajahnya pucat pasi dan nyaris pingsan, beruntung Edgar yang berada di dekat barisan perempuan menyadarinya dan membawa Luna ke UKS. Posisi Katya saat itu agak jauh dari teman-temannya, ia hanya tahu setelah upacara.
"Bagus deh, Lun. Kalau masih butuh istirahat ke UKS aja."
"Kayaknya iya deh, Kat. Aku masih pusing."
"Yaudah yuk aku anterin ke UKS." Katya meraih lengan Luna dan menuntunnya hati-hati.
Sesampainya di UKS ada perawat yang membantu Luna, sementara itu Katya berhenti tepat di ambang pintu karena ponselnya bergetar. Saat mengetahui siapa pengirim pesan tersebut, Katya sempat mematung di tempat, membaca kembali deretan kata yang membuatnya terkejut. Pesan itu sangat tiba-tiba baginya.
"Luna aku ada urusan penting, aku tinggal ya?" katanya sambil berpamitan pada Luna tanpa masuk ke dalam. Luna hanya mengangguk, ia tidak melihat ekspresi wajah Katya karena pandangannya agak kabur, efek dari sakitnya.
Perasaannya sudah tidak menentu, ia berjalan cepat menelusuri koridor, bertemu beberapa orang yang menyapanya, namun pikirannya sedang dipenuhi hal lain membuat pandangan di sekitarnya seolah tak ada apa-apa.
"Katya!" seseorang menahan lengannya, rupanya Edgar dari tadi melihat gadis yang sudah tidak karuan itu terburu-buru dan mencoba memanggilnya namun tak ada respon dari Katya.
"Edgar lepasin aku mau keluar."
"Keluar?"
"Iya."
"Gue temenin."
"Gak usah."
"Emang mau kemana?"
"Gar, please.." dapat Edgar lihat sorot mata memohon dari Katya, seolah Edgar tidak perlu tahu urusannya.
"Oke, kalau ada apa-apa telepon gue." akhirnya Edgar melepaskan lengannya, membebaskan Katya yang melanjutkan langkahnya menuju gerbang sekolah.
Katya menghentikan taxi yang kebetulan lewat di depannya, keberuntungan sedang berpihak padanya. Mobil itu meninggalkan pekarangan sekolah menuju tempat yang sebutkan Katya, sementara gadis itu mencoba menghubungi seseorang, beberapa kali panggilannya tidak di jawab. Katya tidak menyerah, hingga panggilan ke 10 kalinya dapat ia dengar suara sapaan yang sedari tadi ditunggu.
"Hallo, Katya?"
"Papa dimana?"
"Papa baru sampai di Aussie."
KAMU SEDANG MEMBACA
MAGIC VIOLET ☑️
Teen FictionMagic Violet (Fan fiction x Fantasi) ~•~ Katya hilang ingatan, ia hanya ingat dua tahun yang lalu, sejak lahir hingga 15 tahun entah bagaimana hidupnya dulu. Ada sesuatu yang menarik dalam dirinya, di SMA Cendrawana Katya menjadi sorotan karena mem...