Part 21 • Miss Conveyed

50 18 0
                                    

Koridor sekolah tengah ramai karena jam pulang, orang-orang berlalu lalang membuat Jevan harus berdecak kesal karena menghalangi jalannya, cowok itu sedang terburu-buru setelah mendapatkan pesan bahwa mamanya akan pulang hari ini tapi disertai kepanikan hingga Edgar yang sudah berada di lantai bawah melihatnya tak biasa.

"Hari ini kita ada janji temuin Bu Anne." ujar Edgar sambil menyejajarkan langkah cepat dari Jevan.

"Sorry, tapi gue ada urusan yang lebih genting."

"Ada apa? Lo baik-baik aja kan?"

"Emm."

Meskipun Jevan menjawab baik-baik saja, namun raut wajahnya tidak bisa berbohong, Edgar mengambil alih kunci mobil yang ada di tangan Jevan ketika hampir tiba di parkiran.

"Biar gue yang bawa, gue yakin lo gak akan fokus."

"Thanks."

Sementara Katya, gadis itu juga terburu-buru berlari sampai ke depan gerbang sekolah dan menghentikan taxi yang lewat di depannya.

Sepanjang perjalanan perasaannya tak karuan, di kursi penumpang pun ia terus menghentak-hentakkan kakinya, meminta supir taxi itu menambah kecepatan laju kendaraan yang di tumpanginya.

Lima belas menit penuh dengan kepanikan, akhirnya Katya sampai di rumahnya, segera ia berlari masuk ke dalam dan membuka pintu dengan napasnya tersenggal-senggal, pandangannya menyapu ke seluruh ruangan, melihat Katya kebingungan asisten rumah tangganya menghampiri Katya.

"Ada yang bisa saya bantu, Nona?"

"Bi, Papa udah pulang?"

Bi Asih belum menjawab pertanyaannya namun sang papa muncul terlebih dahulu menuruni anak tangga.

"Katya?"

"Papa!" Katya menghampirinya membuat papanya berhenti di anak tangga terakhir.

"Ayo ke atas."

Katya menurut dan bahkan mendahului papanya, setelah terlihat ruangan di lantai dua rumah ini, sosok yang menjadi tujuannya saat ini terburu-buru pulang sudah menunggunya, sama hal nya dengan Erina yang matanya menangkap Katya yang menatapnya tidak percaya.

"Mama?"

Mendengar panggilan itu, Erina menangis berbarengan dengan Katya yang menghambur ke dalam pelukannya.

Katya begitu yakin dengan wanita ini adalah sang mama kandung, wajahnya muncul dalam ingatannya ketika ia tidak sadarkan diri selama tiga hari beberapa waktu lalu.

Dua tahun bukanlah waktu yang sebentar bagi keduanya, tak ada komunikasi bahkan Katya sempat melupakannya adalah hal yang menyakitkan menurut Erina. Kala itu, ia berhasil mengambil ponselnya tanpa sepengetahuan Jane.

"Maaf."

Katya menggelengkan kepalanya pelan, tak ada yang harus meminta maaf sekarang, semua ini bukan kesalahan Erina.

"Maaf mama gak bisa melakukan sesuatu." lanjutnya lagi.

"Mama pulang aja aku udah bahagia." jawabnya kemudian melepaskan pelukannya dan menampakkan senyuman sembari mengusap air matanya.

"Papa sudah laporkan Dokter Jane."

Katya menengok ke belakang setelah mendengar ucapan papanya, senyumnya memudar perlahan, "Tapi-"

Sekarang perasaannya campur aduk, bukan memikirkan orang yang barusan di sebut papanya tapi Jevan.

"Ada apa?" tanya mamanya.

"Bukan apa-apa." finalnya karena tidak ingin merusak suasana bahagianya saat ini.

***

Baru kali ini Edgar melihat Jevan dalam keadaan terpuruk, sosok ketua kelas pencair suasana itu kini menangis tanpa suara, berjongkok di samping mobilnya yang terparkir.

Setelah bertemu sang mama yang harus di tahan saat ini juga, Jevan menumpahkan semuanya sekarang.

"Mungkin ini jalan keluarnya dari masalah kita semua."  Edgar menepuk pundak Jevan yang masih menundukkan kepalanya.

"Gue ngerti." katanya pelan.

"Lo gak sendiri, Jevan."

Jevan baru mengetahui semua faktanya saat sang mama sudah di tahan, dan mereka diberi kesempatan bertemu lalu dari sanalah semua yang di sembunyikan terungkap sudah. Jevan tahu mamanya salah dan menjadikan Katya sebagai 'bahan percobaannya' ia juga kecewa namun hati kecilnya tetap bersedih sebagai seorang anak.

"Apa Katya juga kecewa ke gue?"

"Gue rasa enggak, karena bukan lo yang salah walaupun lo anaknya Dokter Jane."

"Bahkan gue gak berani buat ketemu Katya."

"Lo kenal Katya udah lama, dia bisa bedain mana yang salah atau enggak, harusnya lo tahu itu."

Jevan ragu, selain itu ia juga belum bisa menerima kenyataan pahit tentang keluarganya yang berantakan, mama dan papanya sudah berpisah sejak satu tahun lalu. Sekarang, mamanya juga pergi meninggalkannya walaupun sering di tinggal ke Aussie.

Berbeda dengan ayahnya Edgar, walaupun terlibat dengan Dokter Jane, tapi pria itu terbukti tidak bersalah.

*

Kesedihannya masih berlanjut hingga tiga hari kedepan, ia tidak masuk sekolah tanpa kabar, padahal ujian kelulusan dilaksanakan sebentar lagi.

"Jevan masih belum ada kabar?" Bu Anne bertanya pada semua anak kelas 12 IPA 1 ketika pelajaran usai, Katya mendadak merasa bersalah seketika, "Atau siapa yang terakhir bareng Jevan?"

"Saya." Edgar yang duduk di belakang seraya mengangkat tangannya.

"Bisa bicara sebentar, Edgar?"

Cowok itu menurut dan keluar mengikuti Bu Anne.

"Gue baru tahu Jevan ada masalah, Edgar baru ngomong ke gue." Rangga menghampirinya, ia tahu Katya cukup dekat dengan Jevan, dapat ia pastikan Katya khawatir.

"Tapi kamu sempet ketemu dia gak?"

"Gue sama Edgar kemarin mau liat keadaannya, tapi kata asisten rumah tangganya dia lagi keluar, jadi gak ketemu."

***

Dikit bgt part ini ehehe.

MAGIC VIOLET ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang