Pemandangan pertama saat ia masuk ke dalam rumah adalah seorang wanita setengah baya tengah berbicara dengan papanya, karena pintu terbuka dari jauh ia melihatnya dan sang papa menyadari keberadaannya ketika Katya masuk ke dalam rumah.
"Kamu sudah pulang?" papanya berdiri dan menghampiri anak gadisnya.
"Edgar masih ada di luar? Papa mau ngomong sama dia." tanyanya lagi.
"Aku pulang sama Jevan."
"Oh begitu."
Sejujurnya Edgar akan mengantarkanya pulang namun Katya menolaknya dan kebetulan Jevan menawarkan tumpangan di bandingkan meminta tolong pada Auriga karena masih ada sedikit rasa canggung walaupun ia sudah tahu siapa Auriga di masa lalunya.
"Pa, itu siapa?" bisiknya.
"Oh iya, ini Bu Asih." Tunjukknya pada wanita yang kini berdiri dengan sopan.
"Bi Asih, ini anak saya."
"Selamat sore, non." sapanya pada Katya, ia hanya mengangguk sambil tersenyum tipis.
"Bi Asih ini yang akan merawat kamu beberapa hari ke depan, Papa harus kembali ke Aussie."
"Hah? Ada informasi, Pa?"
"Ya, ada banyak informasi yang papa dapat kemarin."
"Apakah berbahaya?"
"Tidak, tenang saja papa gak sendiri."
Katya tersenyum antusias juga panik bersamaan, entah kenapa yang ada di pikirannya selalu negatif dan berbahaya.
Papanya besok akan berangkat, ia tidak ingin kehilangan jejak Jane yang menjadi sumber kekacauan semua ini, Erina yang notabenenya seorang dokter beralih profesi menjadi seorang analis karena Jane menjadikannya sebagai pekerja di sebuah perusahaan ilegalnya yang Jane dirikan bersama papa Edgar.
Dan tentu saja Erina melakukannya secara terpaksa, laboratorium yang di tempatinya di jaga ketat, pekerja di sini secara suka rela menjadi pengikut Jane terkecuali Erina.
Seperti saat ini, di sebuah laboratorium besar, di Aussie hari sudah malam dan sudah tidak ada kegiatan di sini, hanya Erina sendiri yang tersisa, tempat istirahat mereka juga masih ada di gedung ini, jika keluar maka Jane akan mengirimkan seseorang untuk menjaganya agar tidak kabur.
Setelah selesai dengan apa yang di kerjakannya, ia membuka jas putih yang di pakainya lalu keluar dari ruangan ini, ia ingin ponselnya kembali ke tangannya, Jane mengambilnya karena ia tahu Erina akan melakukan sesuatu jika memakai ponselnya, seperti meminta pertolongan atau bahkan melaporkan tempat ini.
Kini Erina sudah berdiri di dekat pintu ruangan Jane sambil bersembunyi di balik tembok, ia tidak tahu apakah Jane ada di dalam atau tidak, yang jelas kali ini Erina sangat bertekad mengambil ponselnya, satu-satunya alat yang bisa menyelamatkannya.
Dewi fortuna sedang berpihak padanya, Jane keluar dengan pakaian rapi tentu saja matanya tidak dapat menangkap sosok Erina yang bersembunyi, setelah merasa aman karena Jane sudah masuk ke dalam lift, Erina mengeluarkan kunci berbentuk card yang beberapa hari lalu berhasil di ambil diam-diam dari Jane, beruntung Jane mengira hilang begitu saja kuncinya.
Erina tidak memikirkan apapun lagi selain ponsel itu, ia masuk ke dalam ruangan Jane dan menggeledah seluruh isi ruangan ini, tak lama kenop pintu dari luar akan terbuka saat Erina tengah membuka nakas di ruang tamu, menyadari hal itu Erina segera lari ke dalam kamar dan bersembunyi di sana.
"Ternyata di sini."
Hanya itu gumaman dari mulut Jane yang terdegar Erina, sepertinya ada sesuatu yang tertinggal hingga ia harus kembali ke ruangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAGIC VIOLET ☑️
Teen FictionMagic Violet (Fan fiction x Fantasi) ~•~ Katya hilang ingatan, ia hanya ingat dua tahun yang lalu, sejak lahir hingga 15 tahun entah bagaimana hidupnya dulu. Ada sesuatu yang menarik dalam dirinya, di SMA Cendrawana Katya menjadi sorotan karena mem...