Pertandingan basket di menit terakhir cukup memanas, skor kedua lawan itu beda tipis. Kini bola dikuasai oleh Edgar, satu kali lagi masuk ring, maka timnya akan menang.
"Edgar!" teriakan begitu nyaring mengalahkan suara penonton yang membuatnya kehilangan fokus lantaran suara itu terlalu membuyarkan konsentrasinya.
"Lo kenapa sih, Gar?" kesal Rangga, anggota tim basket yang di pimpim Edgar itu. Tak hanya Rangga yang kecewa, melainkan semua anggota lainnya, Edgar adalah kapten kebanggaan semua orang.
"Lo denger gak ada yang teriakin nama gue?"
"Banyak, tuh." Rangga menunjuk beberapa penonton yang sedari tadi bersorak mendukung kapten tim basket yang kelewat tampan itu.
Telinganya sangat peka, ia meninggalkan lapangan karena waktu permainan habis, lalu menuju sumber suara itu berasal tanpa memedulikan beberapa teman-temannya yang memanggil Edgar.
Radarnya cukup kuat untuk menemukan Katya si mulut toa, julukan yang diciptakan Edgar.
"Apa lagi?" tanyanya dengan datar setelah berlari cukup jauh karena mading berada di lantai dua.
"Kamu kenapa ngalahin aku?" katanya, setelah itu ia menggembungkan kedua pipinya dan melipat tangannya di depan dada. Ia marah pada Edgar.
Edgar hanya membuang napas berat, setelah tahu apa yang di permasalahan Katya, ia tidak menginginkan peringkat satu, berada di peringkat dua sudah cukup baginya, karena ia tahu risiko apa ketika mendapatkan posisi itu, dan sekarang ia mengalaminya.
"Jangan berisik atau nanti kita jadi bahan tontonan," ujar Edgar berbisik.
"Hah?" Katya memperhatikan sekitarnya yang semula sepi mendadak ramai karena pertandingan basket berakhir, mereka mengerubungi papan pengumuman itu.
Lantas cowok itu menarik Katya menjauh meskipun ia heran dengan sikap Edgar.
"Dengerin gue Katya Violetta." Edgar memegang kedua bahu gadis itu agar menghadapnya dan berusaha menatap manik matanya yang enggan melihat Edgar.
"Gue berusaha mengalah terus dari lo, inget kan tahun kemarin lo pengen jadi ketua klub musik yang seharusnya itu gue, tapi gue ngalah demi lo, olimpiade matematika lo yang mewakili sekolah dan itupun seharusnya gue."
"Sebenarnya masih ada lagi, tapi liat wajah lo bete kayak gitu jadi gak enak." tidak, Edgar justru tertawa dalam hatinya, ia senang menjahili Katya.
"Bohong! Pasti kamu suka liat aku menderita kayak gini," ujarnya sambil menepis tangan Edgar.
"Menderita apaan sih? Hidup lo lebay amat."
"Edgar jahat banget sih mulutnya!"
"Bersyukur harusnya lo, lebih baik di IPA 1 atau IPA 5?" pertanyaan Edgar hanya membuat Katya menelan ludahnya.
Katya tidak menjawabnya, ia hanya menatap Edgar kesal, yang ditatapnya menaikan sebelah alisnya.
"Kalau gak ada yang mau diomongin lagi, gue pergi nih."
"Pergi aja sana, siapa juga yang suruh kamu bertahan di sini!"
"Yaudah." jawabnya tak acuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAGIC VIOLET ☑️
Teen FictionMagic Violet (Fan fiction x Fantasi) ~•~ Katya hilang ingatan, ia hanya ingat dua tahun yang lalu, sejak lahir hingga 15 tahun entah bagaimana hidupnya dulu. Ada sesuatu yang menarik dalam dirinya, di SMA Cendrawana Katya menjadi sorotan karena mem...